Menu

Kolaborasi, Lakon Indonesia x Mamo Studio Hadirkan Keindahan Wastra Berbalut Misi Pelestarian Budaya di 'Lorong Waktu The Instalation'

18 November 2022 23:03 WIB

(Ki-ka): Thresia Mareta, Founder Lakon Indonesia; Engel Tanzil, Founder & Curator Dia.Lo.Gue Artspace; dan, Adi Purnomo, Arsitek (Mamo Studio). (Riana/HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, sebagai kelanjutan dari pagelaran ‘Lorong Waktu’ yang dilaksanakan dalam event JF3, 6 September 2022 lalu, jenama fesyen lokal, Lakon Indonesia, memamerkan keindahan wastra Nusantara yang dirilisnya lewat instalasi seni dengan menggandeng arsitek ternama Adi Purnomo, atau yang biasa disapa dengan Mamo.

Adapun, instalasi ini akan menjadi media untuk menyampaikan sebuah tujuan usaha Pelestarian Budaya.

Thresia Mareta, selaku Founder Lakon Indonesia, menuturkan bahwa instalasi ini akan menjadi media untuk menyampaikan sebuah tujuan yakni pelestarian budaya Indonesia.

“Lewat ‘Lorong Waktu’ ini, saya ingin mempresentasikan busana dengan ‘cara’ yang berbeda. Seperti berbicara dalam bahasa yang lain, analoginya itu. Karena pelesetarian budaya ini gak bisa dilakukan sendirian, kami membutuhkan perhatian dan dukungan dari banyak pihak, agar usaha pelestarian budaya ini memberikan hasil yang nyata,” tutur Thresia, saat konferensi pers sekaligus peluncuran  "Lorong Waktu The Instalation Lakon Indonesia x Mamo Studio", di Dia.Lo.Gue Artspace, di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (18/11/2022).

Lebih lanjut, Thresia pun membeberkan ihwal kolaborasinya dengan Mamo di ‘Lorong Waktu’ ini. Menurutnya, kerjasama ini bukan kali pertama yang mereka jalani. Tapi, awal kerjasamanya dengan Mamo justru diawali dengan sebuah project TK Pahoa yang berkonsep hijau pada tahun 2012 silam

“Sebenarnya saya awal kerjasama dengan Mamo itu tahun 2012 lalu, tapi bukan di fashion, melainkan untuk project TK Pahoa yang berkonsep hijau. Dari proyek itu kami mencari solusi natural yang dapat meningkatkan kenyamanan penggunanya dengan semaksimal mungkin menggunakan sumber daya natural dan konsumsi energi yang sangat rendah. Dan pada akhirnya proyek itu membuahkan 7 penghargaan internasional,” beber Thresia.

Kemudian, kata Thresia, kolaborasi keduanya berlanjut pada “Pakaiankoe: A Journey to Java” yang digelar di ASTHA, Jakarta pada November 2020 dan “Gantari: The Final Journey to Java” yang digelar di Candi Prambanan, Yogyakarta pada Oktober 2021 lalu.

Kedua kolaborasi ini telah membawa sebuah pembaharuan dalam presentasi mode di Tanah Air, dan berhasil mendorong pergerakan industri kreatif di masa pandemi dengan melibatkan lebih dari 2500 pelaku dari berbagai bidang.

“Dari kedua project tersebut, saya pun merasa kita punya kesamaan visi dan tujuan yang sama, hingga akhirnya berlanjut di project ‘Lorong Waktu’ ini,” sambung Thresia.

Thresia melanjutkan, berbeda dari pertunjukan fashion konvensional lewat peragaan oleh para model, ‘Lorong Waktu’ ini menghadirkan tampilan fashion yang baru khususnya untuk pecinta seni.

Di project ‘Lorong Waktu The Instalation’ yang digelar mulai 18 s.d 27 November 2022 di Dialogue Art Space Kemang ini, lanjut Thresia, Lakon Indonesia dan Mamo Studio akan menyajikan cerita sebuah perjalanan pelestarian budaya yang telah berlangsung lebih dari empat tahun.

“Kolaborasi ini juga sebagai respon terhadap banyak hal yang terjadi di sekeliling, tentang keseimbangan yang menyelaraskan dan tentang menciptakan kemungkinan baru, sebuah selasar yang akan mengantarkan kita menuju ke Teras Lakon,” papar Thresia.

Thresia bilang, Teras Lakon sendiri adalah 'laboratorium' publik yang ditujukan sebagai pusat pelatihan, kolaborasi, dan kreasi bagi masyarakat luas, khususnya dalam bidang seni dan kerajinan di era modern. Sehingga hasil karya anak bangsa dapat dikenal luas, diakui, dan dapat bersaing di pasar dunia.

“Teras Lakon ini adalah sebuah bangunan yang diharapkan bisa jadi wadah bertemunya berbagai bidang ilmu untuk bekerjasama, untuk melestarikan budaya Indonesia tentunya. Nantinya, di Teras Lakon ini akan ada workshop, ada art room, dan sewaktu-waktu bisa dibuka kayak museum, dan sebagai sarana untuk berbagi ilmu pengetahuan,” kata Thresia.

“Kemudian ada ruang sebagai pintu inkubator mendorong pelaku bisnis fashion masuk ke pasar bisnis global. Selama ini Indonesia belum mempunyai tempat presentasi untuk dunia fashionnya dan itu belum ada. Nantinya itu ada di Teras Lakon,” lanjutnya.

Di kesempatan yang sama, Adi Purnomo, selaku Arsitek dan pemilik Mamo Studio secara khusus merancang dan menata agar busana-busana yang dipamerkan terasa hidup meski tak dikenakan oleh model.

“Jadi, ‘Lorong Waktu’ ini lebih kepada sebuah kolaborasi untuk menyampaikan ke audience bahwa Lakon Indonesia ini sebagai sebuah filosofi, karena kebetulan ada beberapa hal yang beririsan yang saya percayai dari pelestarian budaya yang diusung Lakon ini,” kata Adi Purnomo.

Fyi Beauty, di pameran yang disuguhkan Lakon x Mamo ini, ada total 40 busana baik itu berupa gaun, blus, blazer, hingga rok terinstalasi dengan apik sebagai inti dari ‘Lorong Waktu’.

Puluhan busana itu seluruhnya berasal dari koleksi-koleksi pakaian yang dirilis oleh Lakon Indonesia sejak 2020 mencakup Pakaiankoe, Gantari, Aradhana, dan Lorong Waktu.

Dengan menggantung pakaian-pakaian itu layaknya ‘makhluk’ yang sedang terbang, Adi Purnomo ingin menonjolkan karakter dan kecantikan wastra-wastra tersebut.

“‘Lorong Waktu’ ini saya menilainya bukan sekedar kolaborasi semata. Saya melihat koleksi busana ini sebagai materi yang bisa mengisi ruang dari artspace. Ketika saya melihat potensi dari ruang-ruang terhubung ini, saya pikir kita akan memperlihatkan sebagai ‘makhluk-makhluk’ yang ‘berkeliaran’ di galeri ini. Saya menikmati prosesnya, hal ini membuat saya belajar sesuatu yang baru,” tutur Adi Purnomo.

Selanjutnya, Engel Tanzil, selaku Founder & Dia.Lo.Gue Artspace,menambahkan, ke depannya Lakon bisa menjadi besar, dari sebuah ide tercetus ada proses panjang. Sehingga bisa menjadi sebuah cerita bagi anak-anak muda nantinya.

Engel juga bilang, lewat instalasi ‘Lorong Waktu’ ini, Lakon merepresentasikan budaya Indonesia dengan sisi yang berbeda.

“Budaya itu kan beragam ya, dan untuk menjaga itu tentu banyak kendala. Dan saya waktu melihat instalasi Lakon ini sangat terkesima. Lakon bisa melestarikan budaya dengan cara yang berbeda, bisa bercerita secara mendalam, dan bisa memukau untuk generasi sekarang,” tutur Engel.

“Ini kan seperti kolaborasi dari berbagai bidang yang berbeda, jadi satu ide, satu kesatuan seperti Bhineka Tunggal Ika, meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Harapannya, pameran Lorong Waktu ini dapat menggaet utamanya generasi muda agar tertarik pada budaya Indonesia,” tantas Engel. 

Nah Beauty, bagi kamu yang tertarik untuk melihat karya seni luar biasa ini atau bahkan ingin memiliki deretan busana Lakon Indonesia di instalasi ‘Lorong Waktu’, kamu bisa memesan ataupun membeli-nya di pop-up store Lakon Indonesia di Dia.lo.gue Art Space selama instalasi seni itu dipamerkan.

Di tempat itu pula, kamu juga bisa mengikuti tapak tilas Lakon Indonesia mengenalkan serta melestarikan budaya berupa wastra Nusantara ke generasi masa kini.

So, jangan ketinggalan untuk melihat