Menu

Ini Sederet Pendekatan yang Sehat dalam Menghadapi Burnout di Tempat Kerja Menurut Para Women Leader Inspiratif, Yuk Simak Beauty!

02 Desember 2022 14:27 WIB

Para pembicara di acara Women with Impact, yang digelar East Ventures, beberapa waktu lalu. (Istimewa/Edited By HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, setiap orang memiliki tanggung jawab dan ekspektasi yang harus dipenuhi, baik sebagai pemilik bisnis, pendiri startup, karyawan, orang tua, pelajar, atau banyak peran lainnya. Pasti ada saatnya kita mengalami kelelahan, baik secara fisik maupun emosional, yang melibatkan berkurangnya rasa pencapaian.

Dan berdasarkan laporan Deloitte terbaru, berjudul “Women @ Work 2022: A Global Outlook”, laporan tersebut mengungkapkan bahwa 53% wanita mengatakan bahwa tingkat stres mereka lebih tinggi daripada tahun lalu, dan hampir setengahnya merasa burnout.

Berdasarkan temuan bahwa wanita lebih rentan terhadap burnout, East Ventures, perusahaan modal ventura terkemuka yang terbuka pada seluruh sektor (sector-agnostic) di Indonesia dan Asia Tenggara, memfasilitasi sesi diskusi dan networking melalui program pemberdayaan wanita, Women with Impact. 

Acara keempat ini diadakan pada tanggal 24 November lalu untuk membantu para audiens memahami, mengidentifikasi, dan mengelola tekanan kerja yang mungkin muncul dalam kehidupan sehari-hari, terutama dari pengalaman beberapa perwakilanwanitadari ekosistem startup dan teknologi.

Co-Founder dan Chief Executive Officer Pintarnya, platform digital terpadu untuk pekerja kerah biru di Indonesia, Nelly Nurmalasari, menuturkan bahwa dia percaya terdapat banyak definisi dari burnout. Namun, akhir-akhir ini, istilah tersebut semakin banyak digunakan, setiap orang dapat memiliki interpretasi yang berbeda tentang stres dan kelelahan yang mereka alami. 

Bahkan, kata Nelly, penggunaannya semakin samar dan kurang akurat, karena setiap orang memiliki mekanisme yang berbeda untuk mengatasi tekanan pekerjaan dan kehidupan.

Nelly pun lantas mengilustrasikan burnout dengan karet yang elastis. Meregangkan dan menarik karet merupakan suatu hal yang baik untuk dilakukan, tetapi hal yang perlu diperhatikan adalah untuk berhati-hati agar tidak merusak karetnya. 

“Ketika karet tersebut rusak, maka karet tersebut kehilangan fungsinya. Penting untuk menangkap sinyal burnout dalam aktivitas kita sehari-hari, terutama tidak ada kesamaan gejala yang dimiliki setiap orang,” kata Nelly, dalam program Women with Impact, di channel YouTube East Ventures.

Menurut Nelly, berbagai posisi/peran yang berbeda dalam lingkungan kerja memiliki fungsi yang berbeda dalam mengelola burnout.

Sebagai pemimpin yang pada umumnya memutuskan sebuah kebijakan, merupakan hal penting untuk mendorong keterbukaan dan mempertimbangkan kebutuhan karyawan. 

Dia juga bilang, beberapa ketentuan dapat dibuat untuk mendukung hal ini, seperti melalui pertemuan 1-on-1 secara reguler untuk memahami keadaan dan kondisi karyawan.

“Sepertinya saya melihat beberapa founder di sini, disadari atau tidak, burnout bisa disebabkan oleh Anda. Bahkan saya, misalnya, di Pintarnya. Terkadang, sebagai founder, kami bermimpi besar. Kami ingin A, B, C, D, dan saya terus memberi tahu tim saya, merupakan tugas saya untuk bermimpi besar karena jika tidak, kita tidak akan pergi kemana-mana. Tapi membuatnya secara eksplisit untuk "tantang saya" jika (ide) ini bukan hal yang benar. Itu penting,” kata Nelly.

Sementara itu, menurut Hillary Buntara,  selaku Experimenter Xendit, tak semua perusahaan dan atasan memberikan kesempatan bagi kita untuk angkat bicara. Apalagi dengan iklim pekerjaan saat ini, di mana pekerjaan merupakan hal yang penting karena sebagian orang hidup dari gaji ke gaji, sehingga meninggalkan pekerjaan bukanlah pilihan. 

“Oleh karena itu, secara tidak langsung lingkungan kerja saat ini telah membentuk kita sebagai pria dan wanita yang selalu berkata “ya” dan takut untuk mengatakan tak pada pekerjaan yang ditugaskan, meskipun berada posisi yang telah memiliki banyak pekerjaan,” tutur Hillary.

“Di sinilah peran rekan kerja masuk, memastikan kabar serta ide untuk berbagi beban kerja sangat membantu untuk menciptakan sistem pendukung dalam mencegah satu sama lain dari burnout,” sambungnya.

Kemudian, dari sudut pandang investor, Melisa Irene, Partner East Ventures, berbagi tentang pentingnya melakukan double clicking atau menyelam lebih dalam tentang bagaimana perasaan dan pikiran mengenai suatu masalah dalam mengelola kejenuhan. 

Ia menjelaskan bahwa banyak aspek yang dapat menyebabkan burnout, bahkan terkadang bisa terkait dengan hal-hal yang tidak terkait dengan pekerjaan. Dengan melakukan double clicking, kita dapat lebih memahami penyebab kejenuhan dan bagaimana sebagai pemimpin di perusahaan atau sebagai investor dapat membantu mengatasinya.

“Jadi menurut saya sebagai investor, peran yang coba kita lakukan adalah untuk bersikap empati dan bisa duduk bersama dalam memahami seperti apa sumber permasalahan yang mereka hadapi,” kata Melisa.

Berikut adalah panduan yang dapat dengan mudah diterapkan dalam membangun lingkungan kerja yang lebih positif dan mengelola kejenuhan, yang tidak hanya dapat diikuti oleh pekerja wanita, tetapi juga para pekerja pria.

1. Menetapkan ekspektasi yang jelas

Dikatakan Melisa, pemimpin atau perusahaan tak  akan menurunkan standar pekerjaan untuk mencegah karyawan mereka mengalami stres. Namun, menetapkan ekspektasi dengan jelas dapat berfungsi sebagai salah satu cara untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih bersahabat. 

2. Bangun kredibilitas 

Melisa mengatakan bahwasanya penting untuk memahami bahwa mengharapkan dukungan di tempat kerja tidaklah mudah, terutama jika kita berada di tahap awal pada posisi baru.

“Membangun kredibilitas adalah fondasi karier Anda, dan perlu disadari bahwa dukungan yang Anda terima tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan sebuah keharusan,” imbuhnya.

3. Istirahat 

Dikatakan Melisa, istirahat, meskipun hanya dalam waktu yang singkat bisa menjadi perubahan total bagi kita dalam mendapatkan kembali semangat dan motivasi. 

“Saat Anda bekerja keras untuk perusahaan, Anda berhak dan layak akan waktu untuk dihabiskan untuk diri sendiri,” ujarnya.

4. Memberikan konteks secara lengkap

Menurut Melisa, ada kalanya beberapa panggilan sulit harus dilakukan, seperti tenggat waktu proyek yang singkat, meskipun beberapa orang sudah memiliki rencana atau hal lain yang sedang dikerjakan. 

“Namun, memberikan konteks lengkap, dan memberikan pemahaman tentang urgensi, dapat berfungsi sebagai tips bermanfaat untuk membawa dan memastikan semua orang pada tujuan yang sama tanpa menyebabkan hilangnya motivasi dan burnout,” pungkasnya.