Menu

Bank DBS Usung Sustainable Finance: Mona Monika Ungkap Peran Penting Wanita dalam Bidang Sustainability, Simak Yuk Beauty!

07 Desember 2022 07:05 WIB

Mona Monika, selaku Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia. (Dok. Pribadi/Edited By HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, pernahkah kamu mendengar soal bisnis berkelanjutan atau sustainable business? Ya, saat ini mungkin belum banyak yang menyadari manfaat bisnis berkelanjutan tersebut, baik bagi perusahaan maupun kelangsungan hidup manusia. 

Namun ternyata, gagasan tentang bisnis berkelanjutan ini semakin banyak diterapkan oleh perusahaan di Indonesia. Dan, salah satu perusahaan perbankan yang bisa dikatakan pioner  melakukan upaya nyata berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat adalah PT Bank DBS Indonesia.

Menurut Mona Monika, selaku Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia, Bank DBS sendiri secara global memiliki komitmen besar dalam sustainalibity ini, yakni dengan memberikan pendanaan berkelanjutan kepada perusahaan-perusahaan yang menjadi nasabahnya. Diakui Mona, hal ini merupakan bagian dari upaya menyelamatkan bumi sekaligus mendorong agar dunia bisnis tetap berjalan di masa depan.

Dan sebagai salah satu woman leader di Bank DBS Indonesia, Mona pun punya pandangan menarik soal kiprah wanita di sektor sustainability ini lho, Beauty. 

“The good thing dari wanita itu adalah can use their head and their heart also. Jadi, dia gak hanya punya logika, tetapi dia juga punya perasaan atau hati. Nah jadi menurut saya, itu adalah aset yang sangat penting bagi wanita untuk bisa maju dan berkembang, dan memimpin di bidang keberlanjutan atau sustainalibity ini, karena dia bisa balance,” tutur Mona, saat berbincang dengan HerStory, belum lama ini.

Dikatakan Mona, wanita gak hanya bisa berpikir dari aspek logika saja, tetapi dia juga bisa memimpin dengan hati. Dan menurutnya, keterlibatan wanita di dunia keberlanjutan ke sangat-sangat penting dan akan sangat menguntungkan.

“Karenanya, di dunia keberlanjutan, kita tak hanya mengejar profit gitu, tetapi kita juga mengajari namanya keberlanjutan masa depan kita. Kalau orang hanya besar di logika saja pasti akan mengejar profit, profit, dan profit. Nah, kalau dia punya hati dan dia punya empati serta melihat masa depan, buat apa kita mengejar profit kalau masa depannya hancur. Jadi saya rasa, keterlibatan wanita di dunia keberlanjutan ke sangat sangat penting dan sangat menguntungkan,” papar Mona.

Kemudian, terkait peran wanita dalam hal sustainability sendiri, Mona mengaku tak bisa men-judge perannya sudah maksimal atau belum. Karena menurutnya, kehidupan itu sendiri adalah sesuatu yang berjalan. 

“Kehidupan itu moving forward, dia maju ke depan bukan ke belakang.  Jadi menurut saya, kita gak bisa men-judge sesuatu bahwa ‘oh (peran wanita di sektor sustainability) ini udah maksimal, oh ini belum maksimal’. Karena semua aspek dalam kehidupan kita itu adalah work in progress,” jelas Mona.

“Semua aspek dalam kehidupan kita itu selalu atau masih ada room of improvement. Karena masih ada hal yang baru, masih ada hal yang mesti diperbaiki. Jadi, saya rasa, saya akan sangat berhati-hati dalam menggunakan kata-kata maksimal. Dan saya akan menggunakan bahwa there is still work in progress and there will always be a room for improvement,” lanjut Mona.

Terlepas dari hal itu, Mona berpandangan bahwa wanita merupakan salah satu penggerak perubahan dengan kekuatan yang cukup besar, termasuk halnya dalam mewujudkan dunia yang berkelanjutan. Mona pun lantas menuturkan bahwa dalam menyukseskan program sustainability ini, ia merasakan banyak tantangan. Apa saja?

“Menurut saya tantangannya sangat menarik ya, karena sustainability ini kan udah lama ya. Kalau kita lihat negara-negara Eropa mereka udah sangat maju di bidang sustainability ini. Baik dari segi bisnis industri ataupun dari segi kehidupan sehari-hari. Kayak sampah aja kan di sana udah dibagi 3 kan, yang recycleable dan juga organik dan non-organik. Nah di kita, kemampuan dan pengetahuan mengenai seluruh aspek keberlanjutan secara general aja mungkin menurut saya masih harus kita miliki,” terangnya.

Dikatakannya, tantangan dalam menyukseskan sustainability ini sendiri adalah bagaimana kita me-reskill dan me-upskill diri kita masing-masing.

“Tak hanya di Bank DBS Indonesia saja, tapi dimana saja, bahwa kita kesadaran kita dan pengetahuan kita mengenai aspek keberlanjutan itu harus kita miliki. At least basic-nya dulu deh. Nah sebelum kita terjun ke dalam misalnya hal-hal yang kita akan dig atau kita gali lebih dalam,” ujar Mona.

Lebih lanjut, Mona pun mengatakan bahwa visi yang diemban Bank DBS sendiri adalah menjadi the best bank yang berkontribusi for the better world. Maka, kata dia, Bank DBS pun fokus pada sustainability dalam agenda bisnis dan juga menjadi landasan DBS secara grup dalam menjalankan operasional bisnisnya. Selain itu, misinya juga disempurnakan menjadi “We Make Banking Joyful”. 

Dibeberkan Mona, Bank DBS sendiri memiliki tiga pilar sustainability, yaitu Responsible Banking, Responsible Business Practices, dan Creating Social Impact Beyond Banking. 

“Di dalam bisnis sendiri, the good thing about DBS adalah kita sudah sangat berpikir early mengenai hal ini. Pertama, Responsible Banking, yang sudah menjadi lini bisnis bank ini. Baik customer banking ataupun corporate banking. Nah contohnya corporate banking kita akan memberikan pinjaman ke perusahaan-perusahaan yang mau ekspansi, perusahaan yang mau bisanya buka lini usaha baru,” kata Mona.

“Misalnya,  perusahaan energi dia akan mulai menggali ke arah renewable energi. Nah, kita sebagai Bank, untuk corporate banking kita tuh punya namanya kredit transisi. Nah itu kita memberikan bunga yang jauh lebih kompetitif dan lebih bagus daripada bunga komersil, kalau perusahaan itu mau bertransisi. Dengan begitu orang akan merasa “Oh gw mau deh bikin yang gini juga”. Jadi kita menstimulasi bisnis dan industri-industri untuk bertransisi,” sambung Mona.

Kedua, Responsible Business Practices adalah sebagai walk the talk. Artinya, di dalam operasional sehari-hari, bank DBS meminimalkan karbon footprint. Gedung kantor pusatnya sudah tersertifikasi green office, dan cabang-cabang yang gedungnya milik DBS sedang dipasangi panel surya secara bertahap.

Selain itu, DBS pun menjalin kerjasama dengan wirausaha sosial Waste4Change yang membantu mengatur sampah di kantor DBS, sehingga di setiap pojok kantornya ada tiga jenis tempat sampah, dan bank ini pun terus mengedukasi karyawan supaya mengurangi sampah-sampah yang tercampur.

“Karena kita mempunya tujuan dimana kita meminimalkan yang namanya yang namanya waste to land fill. Jadi WasteForChange bantu kita ngangkut sampah-sampah kita yang udah terpilah gitu ya, terus make sure zero waste to landfill nanti. Tapi ini masih work in progress,” kata Mona.

“Terus yang kedua, kita pelan-pelan masang yang namanya solar panel di kantor-kantor cabang kita yang gedungnya memang kita punya. Jadi supaya sebagian konsumsi listrik itu dari solar panel. Nah, terus kita juga punya kerja tahunan, target tahunan adalah untuk reduce yang namanya penggunaan paper atau kertas. Nah jadi itu tuh salah satu dari bagaimana kita berusaha walk the top gitu,” sambung Mona.

Ketiga, Create Impact Beyond Banking, yaitu bagaimana DBS Indonesia memberikan dampak yang baik, tapi di luar tadi bisnis dan bagaimana DBS Indonesia berusaha menumbuhkembangkan wirausaha sosial di Indonesia.

“Karena wirausaha sosial adalah usaha yang mempunyai 2 bottom line, dia ada social efect-nya tapi ada bisnisnya juga. Jadi sambil meningkatkan ekonomi tetapi juga menjawab isu sosial kita. Nah semakin banyak wirausaha sosial di Indonesia in, maka akan semakin terjawab lebih banyak lagi isu-isu sosial yang akan ditanggulangi gitu kan,” terang Mona.

Gak cuma itu, lanjut Mona, DBS juga mempunyai brand campaign yang fokus pada lingkungan, yaituk ‘Makan Tanpa Sisa’ atau zero food waste.

“Kita ngajak orang tuh untuk “Jangan buang makanan”. Itu karena sampah makanan itu kan menghasilkan gas metana yang gak bagus kan sebenarnya, dan udah banyak insiden di Bantargebang yang ‘meledak-meledak’ dan menimbulkan korban,” ujar dia.

Gak berhenti di situ, lanjut Mona, di dalam brand campaign DBS juga kerja tuh bareng wirausaha social, Surplus. Surplus sendiri adalah wirasusaha sosial  dimana mereka itu membeli dan menjual bahan-bahan makanan atau buah atau sayur yang bentuknya jelek.  

“Nah karena bentukan sayur dan buah itu jelek, maka supermarket itu gak mau ambil. Itu kan jadi sampah. Nah Surplus itu dia ambil, dia beli, trus dia jual. Nah sama kita, kita beli, lalu diolah jadi makanan, dan kemudian kita donasikan lewat Food Bank Indonesia untuk masyarakat yang terdampak Covid-19 kemarin. Jadi, itu sebenarnya bentuknya aja yang jelek, tapi barangnya sama sekali gak jelek,” papar Mona.

Selain itu, kata Mona, DBS juga mem-brokerkan salah satu wirausaha sosial namanya Magalarva dengan salah satu e-commerce.

“Di mana e-commerce itu kan pasti banyak jualan tuh barang-barang yang jadi end of expired. Nah, sudah expired kan akhirnya dikasih ke Magalarva, dimana sama mereka itu dibikin barang-barang expired itu jadi pakan ternak,” kata Mona.

“Jadi kita berusaha, misi keberlanjutan yang memang kita usung dan menjadi fokus bisnis kita, ak hanya terjadi dalam bisnis, tetapi terjadi dalam kita beroperasi di Indonesia dan juga di negara lain, dan juga terjadi di mana kita memberikan dampak kepada masyarakat dimana kita beroperasi, nah sekarang khususnya di Indonesia,” lanjut Mona.

Saat disinggung mengenai manfaat dari efektivitas program sustainability terhadap pertumbuhan bisnis Bank DBS sendiri, Mona menilai hal itu jelas sangat baik ke depannya. 

“Sekarang kita rasain kan kayak misalnya mobil listrik itu sudah mulai ada, ada wacana kalau Indonesia akan bangun pabrik pembuat baterai mobil listrik dari nikel. Jadi kelihatan banget bahwa industri dan bisnis ke depannya itu akan sangat terfokus pada yang namanya bisnis yang punya aspek keberlanjutan,” imbuh Mona.

Menurut Mona, the good thing about DBS sendiri, Bank ini sudah lama menjalankan konsep sustainability. Dengan begitu, kata dia, DBS udah mereskill dan me-upskill semua timnya, dan timnya itu sudah punya kemampuan dan pengetahuan dalam bidang ini.

“Dan gak hanya itu aja, kita juga udah punya tools dan pengalaman untuk bekerja di bidang ini. Dimana nanti ke depannya ini bakal jadi demand yang sangat tinggi. Nah DBS inilah yang akan jadi Bank yang paling berpengalaman dan juga top leader di bidang ini. Dan saya rasa melihatnya itu bukan sekarang, melihatnya itu ke masa depan, justru keberlanjutan bisnis di masa depan itu akan lebih bagus menurut saya,” terang Mona.

Terakhir, Mona pun menyelipkan harapannya terkait sustainability ini, Beauty. Ia berharap lebih banyak lagi awareness dari seluruh lini masyarakat untuk menerapkan praktik sustainability ini.

“Kalau harapan, banyak orang yang semakin tahu mengenai aspek keberlanjutan ini. Jadi kalau ini semakin dimasyarakatkan, industri, institusi atau apapun, mereka akan bergerak ke arah sana. Nah semakin bergerak ke arah sana, maka ini akan terus dilanjutkan oleh kebijakan-kebijakan yang mendukung keberlanjutan tersebut,” papar Mona.

Dan kata Mona, jika  kebijakan terkait sustainability ini sudah ada, dan industri memang ke arah sana, itu menjadi lebih meriah lagi di masa depannya. Jadi potensi ekonomi juga akan lebih tinggi lagi. 

“Dan bukan hanya potensi ekonomi, tetapi juga potensi keberlanjutan itu akan lebih bagus lagi untuk Indonesia. Indonesia menurut saya akan lebih jauh lebih makmur. Gak cuma makmur hanya secara ekonomi, tetapi juga secara lingkungan, sosal, kita lebih baik lagi,” imbuh Mona.

Sementara itu, terkait peran wanita di sektor sustainability ini ke depannya, Mona pun berharap lebih banyak wanita yang berperan di dalamnya. Karena menurut dia, sektor sustainalibity atau keberlanjutan adalah sektor yang akan langgeng sampai masa kapanpun.

"Dan biasanya orang akan melihat dari aspek ekonomi dulu ya. Nah dari aspek diri sendiri dan dari aspek ekonomi its gonna make a very good carier choices, karena itu dibutuhkan ke depannya,” kata Mona.

“Dan yang kedua, is not only good carier choices, tetapi karena wanita tadi lead with head and heart, maka wanita akan menjadi seseorang yang saya rasa memiliki balance yang sangat kuat dalam mengusung dan mengaplikasikan aspek keberlanjutan ini, baik di industri dimana dia bekerja maupun juga di rumah. Maupun juga dalam membesarkan anak contohnya. Jadi akan tercipta generasi dan masa depan yang lebih baik,” pungkas Mona.