Kiri-kanan: Research Associate HCC Bunga Pelangi, mantan Menteri Kesehatan Prof Nila Moeloek, dan Chairman HCC Ray Wagiu Basrowi, dalam Media Breafing hasil Penelitian HCC, di Jakarta, Selasa (13/12) (Press Release)
Stunting menjadi salah satu masalah kesehatan yang masih banyak di alami oleh masyarakat Indonesia. Meski sudah lama mendapat perhatian khusus dari pemerintah, namun kondisi kurang gizi yang dialami anak-anak belum juga bisa diatasi. Padahal sttunting bisa menurunkan koginitif anak.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Health Collaborative Center (HCC) menyatakan bahwa masyarakat sudah mengetahui adanya stunting. Sayangnya, mereka tidak paham dengan ancaman dan dampak buruk akibat stunting yang dialami anak di masa mendatang.
"Meskipun pemerintah gencar memprioritaskan penanganan stunting, namun pemahaman masyarakat terhadap isu ini tampaknya belum memadai," kata Peneliti Utama dan Chairman HCC, Ray Wagiu Basrowi dalam Media Briefing Pemahaman Stunting di Jakarta, Selasa (14/12/2022).
Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa dampak dari upaya pemerintah dalam menggencarkan edukasi stunting mulai terasa. Hal itu terbukti degan 95 responden mengaku mengetahui stunting dan 98 persenn di anatarany percaya bahwa stunting terjadi di Indonesia.
Bahkan, 65 persen masyarakat juga percaya stunting berkaitan erat dengan kehidupan keluarga. 54,5 persen percaya stunting disebabkan oleh asupan makanan dan minuman yang diberikan pada anak, serta 52 persen lainnya menyatakan stunting terjadi karena keluarga tidak mampu membelikan makanan bergizi untuk anak.
"Ini menunjukkan bahwa faktor-faktor terkait seberapa efektif masyarakat menerima informasi dan sedukasi tentang stunting diduga masih belum optimal," kata Dokter Ray.
Oleh sebab itu, Dokter Ray menyarankan agar pemerintah mulai memantapkan metode edukasi stunting dengan pembahasan yang sederhana dan sebanyak mungkin menggunakan pola seperti edukasi protokol selama pandemi yang menggunakan kekuatan media sosial.
Di sisi lain, mantan Menteri Kesehatan, Prof. Nila Moeloek menyampaikan pengetahuan dan perspektif atau pemaknaan masyarakat adalah kunci keberhasilan intervensi stunting.
"Itu sebabnya, peningkatan kapasitas pengetahuan kesehatan, terutama terkait stunting perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah dan semua pihak agar target 14 persen penurunan stunting dapat tercapai," jelas Prof. Moeloek.
Lebih lanjut, HCC mengusulkan enam hal dalam mengatasi stunting di Indonesia, yaitu:
1. Program edukasi stunting yang melibatkan orang tua.
2. Memperkuat konten edukasi stunting terkait bahaya serta pembagian peran anatara ibu dan abapak.
3. Kampanye gizi seimbang, stunting, dan pola asuh orang tua sebagai satu kampanye terintegrasi.
4. Menjadikan bidan sebagai agent of change dalam edukasi gizi dan pola makan yang seimbang dalam 1.000 hari pertama kehidupan.
5. Memastikan adanya program terintegrasi untuk penyediaan pangan yang bergizi dan terakses bagi seluruh masyarakat.
6. Memastiakn adanya layanan posyandu, puskesmas yang dapat diakses oleh keluarga.