Menu

Jangan Emosi Dulu, Ini 5 Cara yang Bisa Moms Lakukan untuk Atasi Tantrum pada Anak

22 Desember 2022 12:10 WIB

Ilustrasi menghadapi tantrum pada anak (Shutterstock/Edited by HerStory)

HerStory, Bandung —

Kondisi tantrum bisa dialami oleh setiap anak kapanpun dan di manapun. Penyebab anak tantrum pun bisa disebabkan oleh banyak hal. Tetapi, tak jarang orangtua juga ikut terbawa bingung dan emosi saat anak tantrum. Nah, untuk itu coba simak tips berikut ini untuk mengatasi anak tantrum!

1. Ajarkan Berpendapat dengan Baik

Anak-anak terkadang berbicara tidak jelas atau langsung menangis saat sedang mengambek. Hal ini membuat orang tua jadi salah paham menanggapinya. Sebagai solusi, rangkul anak dan minta ia menyatakan pendapat dengan suara lembut.

2. Dengarkan Keluhan Anak

Ketika anak sedang mengambek, coba orang tua lakukan kontak mata lalu dengarkan keluhannya tanpa memotong ucapannya. Terima keluhan anak tanpa menghakimi. Biarkan ia selesai berbicara, lalu katakan bahwa tidak semua hal dapat sesuai dengan keinginan kita.

3. Beri Pilihan

Perjelas apa yang sebenarnya diinginkan anak. Tanyakan padanya dua hal, masih mau terus marah-marah atau segera menyusun rencana untuk bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.

Jika ia mulai berhenti melakukan komplain dan menyiapkan rencana selanjutnya agar tidak kecewa, hal tersebut menandakan bahwa ia sudah mampu melakukan problem-solving.

4. Gunakan Kata ‘Ingin’ atau ‘Mau’

Minta anak mengganti kata-katanya saat menggerutu dengan mengatakan ‘ingin’ atau ‘mau’ hal yang lain. Sebagai contoh, saat ia tidak menyukai baju barunya, ia tak lantas kesal lalu mengambek.

Tetapi, menyampaikan pada orangtua bahwa ia menginginkan baju yang berbeda. Sebagai orangtua, jangan langsung merespon dengan memarahi. Karena ekspresi anak menunjukkan ia sudah bisa memilih dan memutuskan apa yang disuka dan tidak suka.

5. Beri Batas Waktu Menggerutu

Buatlah kesepakatan bersama dengan anak untuk membatasi waktunya untuk mengambek. Misalnya, dimulai dari sehari hanya boleh 3 kali, kemudian minggu depannya 2 kali, sampai akhirnya si anak tidak pernah melakukan hal yang sama lagi.