Menu

Rekonstruksi Payudara: Bukan Cuma Jadi Solusi Estetika, tapi Bisa Tingkatkan Kualitas Hidup Penyintas Pasca-Terapi, Begini Kata Dokter Ahli

03 Februari 2023 22:52 WIB

Ilustrasi kanker payudara (SciTechDaily/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, hingga saat ini, kanker payudara masih menjadi kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia. Menurut data yang dirilis The Global Cancer Observatory per tahun 2020, kasus baru kanker payudara di Indonesia mencapai lebih dari 65 ribu. 

Terkait hal itu, banyak wanita yang harus menjalani operasi pengangkatan kanker pada payudara yang tak jarang mengubah bentuk asli payudara atau bahkan membuat payudara menjadi hilang.

Tentunya hal ini menjadi momok tersendiri bagi sebagian wanita karena berkaitan erat dengan menurunnya kepercayaan diri dan kualitas hidup pasca-kanker. 

Namun, menurut dr. Mohamad Rachadian Ramadan, Sp. B.P.R.E, Subsp. M.O. (K), selaku dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi dan estetik subspesialis rekonstruksi bedah mikro dan onkoplasti RS Pondok Indah, bedah rekonstruksi payudara hadir sebagai jawaban untuk mengatasi hal tersebut. 

Lebih jauh, dr. Rachadian pun menjelaskan seputar tata laksana tindakan rekonstruksi payudara pasca-kanker payudara. Menurutnya, tindakan rekonstruksi payudara lazimnya dilakukan pada pasien kanker payudara yang kankernya sudah diangkat. Pengangkatan kanker membuat salah satu payudara kempes atau tak berbentuk.

“Inovasi rekonstruksi payudara bukan hanya menjadi solusi estetika, tetapi juga sarana peningkatan kualitas hidup para penyintas kanker payudara,” tutur dr. Rachadian, saat acara small group media discussion yang digelar di SEIA Restaurant Menara Astra, di Kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (3/1/2023).

dr. Rachadian juga mengatakan bahwa rekonstruksi payudara ini bertujuan untuk mengembalikan bentuk payudara semirip mungkin seperti semula. Dan kata dia, setidaknya dua jenis tindakan bedah untuk payudara, yakni mastectomy dan lumpectomy.

“Mastectomy adalah tindakan pembedahan untuk mengatasi kanker payudara dengan mengangkat total seluruh jaringan di payudara, menyisakan kulit (skin sparing), dan menyisakan puting (nipple sparing). Sementara, lumpactomy adalah tindakan pembedahan dengan mengambil sel kanker dan bagian jaringan sehat sekitarnya tanpa menghilangkan payudara,” paparnya.

Meski upaya rekonstruksi hanya mampu mendekati normal, dr. Rachadian mengklaim bahwa kebanyakan pasien yang dia tangani sudah merasa lebih baik secara psikis.

“Mereka lebih percaya diri ketika bersosialisasi ataupun lebih nyaman saat berhubungan seksual dengan pasangan,” tuturnya.

Lebih lanjut, dr. Rachadian juga memaparkan soal pilihan rekonstruksi payudara, yakni dengan flap atau implan. Flap adalah rekonstruksi menggunakan jaringan dari tubuh, sementara implan merupakan pemasangan implan payudara atau benda dari luar tubuh.

“Saat ini, rekonstruksi flap tipe ini gak direkomendasikan karena mengganggu gerakan. Kini yang direkomendasikan adalah rekonstruksi dengan diep free flap,” imbuhnya.

Sementara itu, tindakan implan adalah tindakan memasukkan implan ke dalam payudara agar volumenya sama dengan payudara yang tak terdampak kanker. Adapun, kelebihan implan adalah operasinya lebih cepat ketimbang flap.

“Kalau implan itu cepat sekali, sehari dua hari bisa pulang. Tapi kalau flap sedikit lebih lama karena harus dimonitor secara ketat selama 4 bulan pertama. Tapi, karena implan ini menggunakan benda asing (di luar tubuh), maka akan ada reaksi dan perlu diganti dalam kurun waktu 10 tahun,” tandasnya.

Dikatakan dr. Rachadian, meski tak sedikit wanita yang takut untuk memilih prosedur rekonstruksi flap, namun faktanya, flap justru mampu 'menghasilkan' payudara yang cukup lembut dan hangat, mirip payudara asli. Selain itu, dibandingkan dengan implan, tingkat sensitifitas flap masih bisa dirasakan. 

“Jadi kalau masih ada kulitnya disisakan itu biasanya masih ada sensitifitasnya. Tapi kalau mastectomy secara total, diangkat semua, maka sensitifitasnya udah gak ada,” ujarnya.

Berbeda dengan implan, lanjut dia, keunggulan flap ini gak akan pecah, gak bocor, atau mengeras dan bersifat permanen. Tingkat keberhasilannya pun sangat tinggi, 99 persen jika ditangani oleh tenaga medis yang sangat berpengalaman.

“Namun saya tegaskan, jika pasien ingin melakukan rekonstruksi payudara, maka sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis yang bersertifikat dan berpengalaman,” tandasnya.

Artikel Pilihan