Menu

Stop Gunakan Produk Sekali Pakai Ya! Guna Ulang Jadi Solusi: Budaya Lama dengan Gaya Baru, Seperti Apa?

23 Februari 2023 20:05 WIB

Konferensi pers oleh Gerakan Diet Kantong Plastik dan Zero Waste Living Lab - Enviu (Noorma/HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, sampah yang menggunung masih menjadi permasalahan yang gencar untuk segera ditangani. Oleh karena itu, Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) kini mengajak masyarakat untuk kembali menggaungkan budaya daur ulang.

Tiza Mafira, selaku Director Executive Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik menyebut bahwa gerakan ini merupakan revolusi guna ulang yang sudah populer sejak dahulu. Namun, kini daur ulang sudah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

"Kita memulai babak baru yaitu revolusi guna ulang. Gerakan Guna Ulang Jakarta merupakan program yang ingin mempopulerkan kembali konsep guna ulang. Konsep ini sebenarnya sudah familiar sekali dan bukan hal baru," ungkapnya, saat press conference, di Jakarta, Kamis (23/2/2023)

"Konsepnya sejak dulu misal ada mi tek-tek, jamu, bakso yang menggunakan mangkok atau gelas yang sama. Jadi ini bagian dari daur ulang," sambungnya.

Sayangnya kini banyak penjual yang menyediakan wadah sekali pakai yang gak ramah lingkungan. Tiza merasa budaya daur ulang tersebut harus kembali digalakkan.

"Sekarang kalau jajan di kaki lima pakai styrofoam yang sekali pakai. Jadi ini merupakan budaya lama yang baik dan harus dipopulerkan. Ini merupakan budaya lama dengan gaya baru,"

Oleh karena itu Tiza memperkenalkan dua metode daur ulang dengan gaya baru. Kira-kira apa saja, ya? Yuk, simak selengkapnya di halaman berikutnya ya, Beauty.

1. Refill

Nah, Tiza menegaskan bahwa konsumen hanya membutuhkan produk bukan kemasannya. Sayangnya, banyak produk yang tersedia hanya bisa dibeli dengan kemasan.

Oleh karena itu, salah satu cara daur ulang yang bisa kamu lakukan adalah refill, Beauty. Ini merupakan salah satu cara untuk isi ulang dengan membawa wadah sendiri.

"Kita sebagai konsumen kita bawa sendiri kontainernya. Misal bawa tumbler sendiri yang dari rumah," ungkapnya.

2. Return

Nah, selanjutnya ada cara baru yang sangat mudah untuk diterapkan, yaitu return. Saat kamu membeli suatu produk, maka kemasannya bisa dikembalikan ke produsen untuk digunakan ulang. Ada dua jenis return yang bisa dilakukan, yaitu return from home dan return on the way.

"Berarti kita gak bawa kontainer sendiri tapi belanja seperti biasa, kita datang ke supermarket pilih, bayar, dan pulang. Bedasanya, ketika' buang' kontainernya itu dikembalikan ke produsen. Container akan dicuci, sanitasi, dan digunakan kembali oleh si produsen. Yang ini gak akan distruktif kepada lifestyle kita sebagai konsumen karena seperti belanja biasa. Ini ada keajaiban yang gak terlihat yaitu digunakan ulang," 

Return from home berarti kamu bisa mengumpulkan produk di rumah dan menunggu agar produk tersebut dijemput. Kamu bisa mencucinya secara biasa lalu nanti kemasan tersebut akan dijemput lalu dibersihkan dan disanitasi oleh produsen agar kemasan tersebut bisa digunakan kembali.

Sedangkan return on the go berarti kamu bisa membawa kemasan yang sudah dibersihkan terlebih dahulu lalu memasukkannya ke dropbox yang tersedia, Beauty.

Tiza menjelaskan bahwa gerakan guna ulang ini akan memotong emisi di hulu hingga hilir. Apalagi kini isu mengenai sampah sudah menjadi masalah global yang mana kelak nanti dunia akan bergerak menuju hidup yang lebih sustainable.

“Ini adalah solusi, bukan hanya pengurangan sampah plastik, tapi juga solusi menghadapi krisis iklim yaitu emisi,” tandasnya.

Guna menyukseskan gerakan ini GIDKP bekerja sama dengan Zero Waste Living Lab (ZWLL) Enviu. Enviu merupakan rumah bagi start up dengan inovasi ramah lingkungan. 

Ada tiga start up yang kini ikut terlibat dalam Gerakan Guna Ulang, yaitu Alner, ALLAS, dan QYOS. Dengan begitu, kamu bisa menemukan solusi mudah guna ulang yang convenient, Beauty.