Menu

Fokus Selamatkan Bumi dan Lingkungan, Tiza Mafira Ungkap 3 Tantangan Terbesar Masyarakat Enggan Terapkan Gaya Hidup Guna Ulang, Apa Saja?

24 Februari 2023 15:32 WIB

Tiza Mafira, selaku Director Executive Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP). (Instagram/@tizamafira)

HerStory, Jakarta —

Beauty, ternyata kamu bisa berkontribusi dalam pengurangan sampah dan emisi karbon di bumi, lho. Caranya adalah dengan menerapkan gaya hidup guna ulang.

Gerakan Guna Ulang Jakarta (GGUJ) sudah disuarakan oleh Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) sejak tahun lalu. Bekerja sama dengan Zero Waste Living Lab (ZWLL) Enviu, gerakan ini bertujuan untuk mempopulerkan kembali budaya guna ulang di masyarakat.

“Ini (guna ulang) adalah solusi, bukan hanya pengurangan sampah plastik, tapi juga solusi menghadapi krisis iklim, yaitu emisi,” ungkap Tiza Mafira, selaku Director Executive GIDKP, saat press conference, di Jakarta, Kamis (23/2/2023).

Di bawah naungan Enviu, ada beberapa start up ramah lingkungan yang menyediakan inovasi guna ulang agar memudahkan masyarakat. Mulai dari layanan isi ulang atau refill hingga pengembalian kemasan (return).

Sayangnya, Darina Maulana, selaku Indonesia Program Lead Enviu melihat masih ada beberapa tantangan yang dirasakan masyarakat saat ingin memulai gaya hidup ini. Kira-kira apa saja, ya? Yuk, simak selengkapnya dalam artikel berikut ini, Beauty.

1. Convenient atau mudah

Darina menjelaskan bahwa konsumen cenderung ingin sesuatu yang mudah dan praktif. Oleh karena itu, sering kali produk sekali pakai dinilai mudah untuk digunakan sebab tinggal buang saja.

Namun, tanpa kamu sadari bahwa perilaku menggunakan produk sekali pakai sangat buruk, lho, Apalagi produk ini sangat mencemari lingkungan serta menjadi salah satu penyumbang emisi karbon.

“Dari konsumen karena ini produk harian yang cepat dipakai jadi pertama adalah convenient (mudah). Konsumen akan memilih produk yang mudah untuk didapatkan,” ungkapnya.

2. Preferensi Brand

Gak dipungkiri bahwa beberapa orang memang memiliki merk langganan tertentu dan merasa sulit untuk beralih ke produk lain. Enviu memandang ini sebagai sebuah kesempatan untuk melebarkan kerja sama agar makin banyak perusahaan yang juga menerapkan guna ulang.

“Konsumen biasanya sudah punya produk langganan yang mereka punya. Tapi tiap household (rumah tangga) berbeda jadi kami memperbesar kerjasama. Jadi lebih banyak pilihan, maka makin banyak konsumen yang ikut,” terang Tiza..

3. Harga

Beauty, banyak yang menganggap gaya hidup berkelanjutan itu mahal. Padahal setiap orang jika memiliki keinginan mampu menerapkan gaya hidup ini bahkan tanpa disadari ini akan memangkas biaya yang harus kamu keluarkan, lho.

Guna ulang berarti kamu gak butuh membeli kemasan dan hanya isi produk. Oleh karena itu, biayanya pasti lebih murah.

Selain itu, GIDKP dan Enviu memiliki target pasar dengan seluruh kondisi ekonomi, kok. Oleh karena itu, gerakan ini banyak mendapatkan feedback positif dari ibu-ibu PKK, pemilik warung kecil, dan lainnya.

GIDKP dan Enviu telah memberikan solusi praktis guna ulang dengan memanfaatkan teknologi. Oleh karena itu, gak ada alasan lagi untuk enggan melaksanakannya, ya.