Menu

Moms, Kenali Gejala Diabetes Pada Anak, Jangan Sampai Menyesal

26 Februari 2023 19:20 WIB

Illustrasi Anak Makan sambil Main Gadget (Sumber/www.ayeem.com)

HerStory, Jakarta —

Moms, meski umumnya diabetes dialami oleh orang dewasa atau lanjut usia, rupanya penyakit yang satu ini juga bisa menyerang anak-anak.

Belum lama ini beredar kabar bahwa meningkatnya kasus diabetes pada anak di Indonesia. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan kasus diabetes pada anak melonjak hingga 70 kali lipat sejak 2010 hingga awal 2023.

Angka itu muncul ke publik dari pernyataan IDAI bahwa prevalensi diabetes anak pada 2010 adalah 0,028 per 100.000 anak, sementara per Januari 2023 angkanya 2 per 100.000 anak.

Hal tersebut tentu membuat kita para orang tua khawatir ya, Moms.

Data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan 10,8 persen dan 9,2 persen anak berusia 5-12 tahun mengalami kegemukan dan obesitas secara berurutan.

Keduanya merupakan salah satu faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya diabetes. Menurunkan angka kegemukan dan obesitas pada anak merupakan langkah preventif untuk mengurangi risiko terjadinya diabetes tipe 2, diabetes karena gaya hidup saat mereka dewasa.

Banyak penelitian menyebut bahwa menyusui merupakan faktor pelindung terjadinya diabetes tipe 1 (pada anak) dan tipe 2 baik pada anak di masa mendatang maupun bagi ibu.

Diabetes terdiri dari dua tipe.

Diabetes tipe 1 biasanya muncul pada usia anak yang disebabkan oleh kondisi genetik.

Sedangkan diabetes tipe 2 biasanya muncul karena pengaruh gaya hidup dan mayoritas menimpa orang dewasa.

Meski dalam berita tidak disebutkan tipe diabetes mana yang meningkat, namun kedua tipe diabetes ini merupakan kondisi kronis, hingga saat ini tidak ada obat untuk menyembuhkan.

Kondisi ini hanya bisa dikelola dengan menjaga kadar gula darah terkendali agar orang dengan diabetes memiliki kualitas hidup yang optimal.

Gejala yang muncul pada penderita diabetes, antara lain sering merasa haus dan lapar, buang air kecil lebih sering dan merasa lemah.

Untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter secara langsung, termasuk pemeriksaan laboratorium.

Diabetes yang muncul pada usia anak adalah diabetes tipe 1, saat tubuh tidak dapat memproduksi hormon insulin yang berfungsi untuk mengatur makanan menjadi energi.

Faktor penyebab diabetes tipe 1 masih belum jelas, meski seringkali penyebab dianggap karena faktor genetik.

Diabetes tipe 2 dapat didiagnosis pada anak dan dapat dicegah.

Faktor risiko diabetes tipe 2 adalah pola makan, kurangnya aktivitas fisik atau olahraga, berat badan berlebih atau obesitas.

Laporan dari IDAI pada berita di atas menyebutkan bahwa faktor penyebab meningkatnya diabetes pada anak Indonesia salah satunya karena faktor gaya hidup, terlebih kurangnya aktivitas fisik dan tingginya konsumsi makanan dengan pemanis tambahan.

Pola makan sehat pada anak, meliputi menyusui anak usia 0-2 tahun, konsumsi makanan rendah gula, dan konsumsi makanan segar seperti buah, sayuran dan biji-bijian utuh.

Panduan pemberian makan pada bayi dan anak

Seribu hari pertama kehidupan anak, yang dihitung sejak dalam kandungan, memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan fisik dan mental anak, tapi juga terhadap pola makan anak pada masa mendatang.

Dalam panduan pemberian makan pada bayi dan anak, rekomendasi utama adalah memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sejak lahir hingga usia 6 bulan atau yang biasa disebut ASI eksklusif.

Sejak usia 6 bulan, bayi bisa diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). Sesuai namanya, MPASI mengiringi proses menyusui yang direkomendasikan hingga usia 2 tahun.

Anak di atas usia 2 tahun tidak membutuhkan susu lagi sebagai asupan utama, meski ASI masih boleh terus diberikan dengan manfaat membantu meningkatkan imunitas tubuh.

Manfaat lainnya terkait diabetes, ada banyak riset menyatakan menyusui merupakan faktor pencegah diabetes tipe 1 (pada anak) dan tipe 2 baik pada anak pada masa mendatang maupun bagi ibu.

Banyak orang tua merasa nutrisi anak tidak lengkap jika tidak mengkonsumsi susu formula pertumbuhan (dalam bahasa Inggris disebut growing-up milk atau toddler milk). Susu ini dipasarkan dengan target anak usia 1 sampai 3 tahun.

Satu riset di Indonesia menyebutkan bahwa kandungan gula dalam susu pertumbuhan yang beredar di Indonesia sebesar 7,3 ?gram per 100 ?mililiter. Hal ini setara dengan level gula dalam minuma tambahan gula (sugar-sweetened beverages).

Banyak susu pertumbuhan yang dipasarkan di Indonesia mengklaim manfaat gizi untuk anak, namun kandungan gula yang tinggi merupakan satu masalah penting dan tidak pantas diberikan dalam pola makan anak.

Pencegahan di keluarga

Peningkatan kasus kegemukan, obesitas, dan diabetes pada anak merupakan peringatan bagi orang tua untuk menjadi lebih perhatian terhadap gaya hidup dan pola makan mereka.

Gaya hidup dan pola makan keluarga sangat berpengaruh pada pola makan dan aktivitas fisik anak-anak.

Calon ibu dan calon ayah perlu mempersiapkan menyusui bayinya sejak masa kehamilan dengan menghadiri kelas edukasi pengasuhan bayi.

Mereka bisa berdiskusi dengan tenaga kesehatan saat melakukan periksa kehamilan, memilih fasilitas kesehatan yang mendukung menyusui serta bergabung dengan komunitas pendukung menyusui.

Setelah persalinan, ibu dapat berdiskusi dengan konselor menyusui atau konsultan laktasi jika mereka berencana kembali bekerja.

Pemberian MPASI pada usia 6 bulan juga merupakan tahapan penting saat bayi mendapatkan kesempatan belajar pertama untuk mengenali bahan makanan asli dan juga kebiasaan makan yang baik.

Jadi, MPASI merupakan kesempatan yang penting dari sekadar memberikan makanan pada bayi.