Menu

Beauty Harus Tahu! Ini 5 Dampak saat Wanita Telah Menopause, Apa Saja?

06 Maret 2023 08:35 WIB

Illustrasi Wanita Alami Menopause (Freepik/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Moms, seiring bertambahnya usia, perempuan akan mengalami masa menopause. Di mana perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan banyak perubahan pada tubuh, mood, dan bahkan kebiasaan.

Dilansir dari Verywell Health, menopause adalah proses alami yang terjadi pada tubuh saat perempuan mencapai akhir masa reproduksinya. Menopause terjadi ketika ovarium berhenti menghasilkan estrogen dan kadar progesteron menurun.

Tanpa kedua hormon ini, perempuan berhenti mengalami menstruasi dan tidak lagi bisa bereproduksi. Umumnya, menopause secara natural terjadi pada perempuan yang telah menginjak usia 51 tahun tapi juga bisa terjadi antara usia 45 dan 55.

Pada kasus tertentu, perempuan bisa mengalami menopause lebih awal atau lebih lambat akibat faktor eksternal, seperti operasi atau pengobatan tertentu.

Seorang perempuan dapat dikatakan telah memasuki masa menopause ketika ia tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Ketika memasuki masa ini, menopause bisa menyebabkan efek samping yang tidak nyaman.

Dirangkum oleh HerStory, Senin (6/3/2023), berikut lima efek samping yang mungkin Moms alami ketika sudah berada di periode menopause. Yuk, simak baik-baik, ya!

Vagina kering

Vagina kering adalah salah satu efek samping menopause yang paling khas. Dikutip dari Mayo Clinic, kondisi ini membuat jaringan vagina menjadi lebih tipis dan mudah iritasi. Ini disebabkan oleh penurunan alami kadar estrogen tubuh selama menopause.

Vagina yang kering bisa menimbulkan rasa nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia) yang terkait dengan sindrom genitourinari menopause.

Untuk mengurangi rasa nyeri dan tidak nyaman ini, dokter mungkin akan memberikan rekomendasi, termasuk pelembab vagina, pelumas vagina, dan krim, tablet, atau cincin estrogen vagina berdosis rendah. Konsultasi dengan doktermu untuk mendapatkan rekomendasi yang paling tepat.

Insomnia

Menurut National Library of Medicine, hingga 60% perempuan pascamenopause sering mengalami insomnia. Menopause bisa mengakibatkan insomnia karena adanya perubahan hormon.

Dilansir dari Healthline, penurunan tingkat estrogen dan progesteron selama menopause bisa memicu sejumlah perubahan gaya hidup, terutama kebiasaan tidur. Hal ini dikarenakan hormon progesteron juga merupakan hormon penghasil tidur.

Selain itu, menopause juga meningkatkan kemungkinan keringat malam. Karena kadar hormon yang berfluktuasi, seorang perempuan mungkin mengalami peningkatan dan penurunan suhu tubuh secara tiba-tiba. Ketika terjadi di malam hari, ini berpotensi mengganggu tubuh yang sedang berusaha untuk tidur.

Peningkatan berat badan

Dikutip dari Verywell Health, sekitar 12% perempuan melaporkan kenaikan berat badan sebagai gejala atau efek samping menopause. Secara alami, penuaan bisa memperlambat tingkat aktivitas yang bisa membuat berat badan mudah meningkat.

Perubahan hormon juga berperan dalam metabolisme dan tingkat aktivitas. Ketika memasuki masa menopause, perubahan fisik juga bisa terjadi pada tubuh perempuan, seperti pinggang yang berubah bentuk, tulang yang mulai kehilangan kepadatan dan melemah, dan otot yang menghilang. Faktor-faktor ini bisa membuat bentuk tubuh perempuan terlihat lebih berisi.

Sakit kepala

National Library of Medicine menunjukkan bahwa 60% perempuan menopause melaporkan sakit kepala baru atau peningkatan sakit kepala.

Dilansir dari Gennev, penurunan hormon estrogen dan progesteron memicu peningkatan sakit kepala. Namun, sakit kepala hormonal ini biasanya menurun atau berhenti sepenuhnya setelah menopause.

Perubahan mood

Selain menyebabkan efek samping fisik, pergeseran hormonal yang terjadi selama menopause juga berdampak besar pada mood atau suasana hati.

Perubahan mood ini bisa dipicu oleh stres dan frustasi dalam menghadapi efek samping menopause lainnya, seperti insomnia atau peningkatan berat badan.

Perempuan menopause yang memiliki riwayat depresi atau masalah kesehatan mental lainnya memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami perubahan mood selama masa menopause.

Share Artikel:

Oleh: Nailul Iffah