Menu

Moms, Ternyata Orang yang 'Gila Kerja' Bisa Bikin Hubungan Hancur Lho, Kok Bisa?

21 Maret 2023 14:25 WIB

Ilustrasi sedang bekerja (Freepik/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Terlalu sibuk bekerja rupanya tak hanya bisa berdampak pada kesehatan kamu, namun juga bisa berimbas pada hubungan terlebih rumah tangga.

Pasalnya, orang yang terlalu sibuk bekerja akan lebih mementingkan kerjaannya sendiri. Jangankan keluarga, terkadang diri sendiri pun kerap diacuhkan.

Biasanya, terlalu sibuk bekerja atau gila kerja merupakan sebuah kondisi yang membuat seseorang memiliki keinginan dan keterlibatan kerja yang tinggi, tetapi gak menikmati pekerjaannya.

Buruknya, orang yang dianggap gila kerja ini lebih sering memikirkan pekerjaannya dibandingkan dengan hubungan asmara atau keluarga.

Bisa dikatakan, mereka lebih memprioritaskan pekerjaan di atas segalanya.

Berikut beberapa dampak buruk yang timbul akibat terlalu sibuk bekerja atau gila kerja, selengkapnya!

1. Gak pernah merasa puas

Sebuah penelitian di Jepang yang diterbitkan dalam jurnal Industrial Health (2009) menyebutkan soal efek gila kerja terhadap kesejahteraan karyawan.

Hasilnya, ditemukan bahwa pekerja yang lebih fokus terhadap pekerjaannya cenderung lebih mudah lelah secara emosional. Selain itu, orang tersebut sering menetapkan standar tinggi dan gak puas dengan pekerjaan yang dimiliki.

Paling parah, orang itu sering menganggap level orang lain berada di bawahnya.

2. Merusak hubungan

Salah satu efek buruk terlalu sibuk bekerja juga bisa menimbulkan dampak pada hubungan dengan orang terdekat, yakni pasangan dan keluarga.

Jika kamu lebih sering memprioritaskan pekerjaan dibandingkan menghabiskan waktu bersama pasangan atau keluarga pada akhir pekan.

Akibatnya, hal tersebut bisa membuat kamu gak terlibat dalam pengambilan keputusan atau setidaknya mengetahui kabar terkini tentang mereka.

3. Meningkatkan risiko gangguan kecemasan

Selain itu, efek buruk terlalu sibuk bekerja juga cukup besar terhadap kesehatan mental. Biasanya, masalah tersebut meliputi depresi dan gangguan kecemasan.

Menurut penelitian dari University of Bergen, Norwegia, melibatkan 16.426 pekerja dan 8 persen dari mereka termasuk dalam kategori workaholic.

Sepertiga di antaranya lebih berisiko mengalami ADHD dan 26 persen dari mereka menunjukkan tanda-tanda OCD.

Top Stories

Artikel Pilihan