Menu

Studi HCC Temukan Niat Pola Makan Berkelanjutan Orang Indonesia Selama Bulan Ramadan Cenderung Rendah, Dokter Sarankan Hal Ini

21 Maret 2023 11:51 WIB

Mengonsumsi makanan sehat untuk isi energi tubuh. (Unsplash/Louis Hansel)

HerStory, Jakarta —

Bulan suci Ramadan sudah di depan mata. Wajib hukumnya bagi setiap umat Muslim di dunia ini untuk menjalankan ibadah puasa. Banyak hal yang perlu disiapkan untuk menyambut datangnya bulan penuh ampunan ini, salah staunya yaitu menyiapkan makanan dan minuman untuk disantap saat berbuka dan sahur.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Health Collaborative Center (HCC), keinginan masyarakat utuk menerapkan pola akan berkelanjutan atau sustainable eating masih terbilang rendah.

Mungkin sebagian dari Moms bertanya-tanya apa itu pola makan berkelanjutan atau sustainable eating. Ini merupakan sebuah konsep memilah dan memilih makanan yang akan di konsumsi berdasarkan dampak produksi makanan tersebut terhadap kesejahteraan lingkungan.

Kebiasaan ini akan membuat orang menerapkan konsep yang hanya akan mengonsumsi makanan yang diolah dengan cara yang bermanfaat dan tidak menyakiti atau memberikan dampak buruk terhadap lingkungan Moms.

Menurut Ketua HCC sekaligus peneliti Utama dari penelitia tersebut, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK menjelaskan bahwa indeks sustainable feeding intention orang Indonesia menjelang puasa Ramadan 2023/ 1444 H adalah moderate atau cenderung rendah.

Pasalnya, 7 dari 10 responden tidak berniat untuk mengurangi makanan yang mengandung minyak olahan, serta sumber makanan yang mengandung lemak selama bulan puasa.

Sedangkan 8 dari 10 responden tidak berniat untuk makan lebih banyak ikan untuk buka puasa dan sahur. Selain itu ditemukan juga bahwa 5 dari 10 responden tersebut tidak berniat untuk membawa tumbler atau tempat minum pribadi saat bukber atau sahur.

Nah, salah satu hal untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan cut the waste atau mengurangi kecenderungan membuang sisa makanan. Kabar baiknya, dari hasil survei tersebut juga ditemukan banyak responden yang sadar untuk menyimpan makanan untuk dimakan kembali saat sahur.

Selain itu, perilaku yang paling tidak sustainable adalah dari aspek memilih jenis dan bahan makanan. Sayangnya, masih banyak responden yang ingin mengonsumsi makanan daging, serta diolah dengan minyak olahan.

Lebih lanjut, Dokter Ray memberi contoh beberapa perilaku sustainable eating yaitu dengan banyak mengonsumsi makanan bersumber pangan nabati dengan local wisdom. Artinya, makanan lokal akan memberikan dampak yang baik untuk kesehatan dan juga lingkungan karena tidak megandung banyak pengawet.

Begitu juga saat mengonsumsi ikan, pilihlah ikan segar lokal ketimbang ikan import yang telah diawetkan. Pasalnya, ikan yang sudah diawetkan, kandungan protein didalamnya bisa berkurang agar dia tahan lama saat diawetkan.

Tapi, jika kamu tidak bis amenghindari daging, maka wajib hukumnya bagi kamu untuk meningkatkan konsumsi serat yang berasal dari sayuran dan tumbuhan. Seperti diketahui, serat dengan mudah menarik lemak-lemak hewani yang bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan Moms.

Mengapa kita harus menerapkan perilaku sustainable eating?

Tak hanya baik untuk menjga kesehatan tubuh, perilaku ini juga berdampak baik pada lingkungan. Berikut ini sederet keuntungan yang akan diperoleh jika kamu menerapkan pola makan berkelanjutan:

  • Mengurangi inflamasi
  • Menurunkan risiko kesehatan
  • Sumber makana bergizi yang lebih baik bagi tubuh
  • Membantu adaptasi dengan musim dan suasana loka
  • Membantu mengatur berat badan
  • Mengurangi food waste
  • Meningkatkan keberlanjutan pertanian
  • Mencegah sampah berlebih
  • Menurunkan potensi polusi

Share Artikel:

Oleh: Sri Handari