Menu

Gandeng Komunitas Difabel, Luxcrime Suarakan Kecantikan dalam Keragaman dan Kesetaraan, Intip Yuk!

27 Maret 2023 07:10 WIB

Kampanye Luxcrime bertajuk "Beauty in Diversity & Equity". (Dok. Istimewa/Luxcrime)

HerStory, Yogyakarta —

Menjadi puncak dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional, Luxcrime, merek kecantikan lokal, menggandeng komunitas difabel untuk mengampanyekan Beauty in Diversity & Equity.

Kampanye tersebut menyuarakan bahwa setiap perempuan di dunia dan di Indonesia khususnya memiliki hak untuk merasa cantik dan menarik dengan kondisi apapun. 

Walaupun dengan keterbatasan serta keragaman, perempuan itu memiliki kekuatan dan sudah saatnya perempuan percaya akan kapabilitas serta kemampuan yang dimiliki.

"Luxcrime mencoba untuk mengerti setiap problematika yang dihadapi oleh perempuan dan menjadi komitmen Luxcrime untuk dapat membantu perempuan Indonesia dalam memancarkan kecantikan yang dimiliki melalui produk yang kami hadirkan atau kegiatan-kegiatan sosial seperti ini. Bagi Luxcrime cantik itu universal dan tak terbatas,” ungkap Ahmad Nurul Fajri, Founder Luxcrime dalam acara Beauty in Diversity & Equity di Yogyakarta, Jumat (24/3/2023).

Dalam menyuarakan kampanye ini, Luxcrime berkolaborasi dengan komunitas Unique Project Theater dan Nalitari, komunitas difabel dari Yogyakarta. 

Kegiatan puncak kampanye sosial Luxcrime ini diisi oleh pertunjukan seni dan budaya dari Unique Project dan Nalitari dengan mengangkat cerita “The Unlimited of Beauty".

“Dialog-dialog yang disampaikan para penampil menyuarakan isu-isu kecantikan bagi tubuh perempuan difabel yang mengalami keterbatasan karena tubuhnya tidak memenuhi standar kecantikan yang diidealkan terutama dalam berpenampilan," tutur Nanik Indarti, selaku Founder Komunitas Unique Project Theater.

Pertunjukkan teater ini mengandung pesan bahwa kecantikan itu tidak terbatas, bukan untuk si tinggi kurus dan putih, tapi untuk semua perempuan di Indonesia.

Sementara itu, penampilan dari kelompok Nalitari yang mengusung cerita “KAKSA”. KAKSA merupakan kayu yang tumbuh tanpa bisa memilih di mana dia akan memulai hidupnya. 

Kaksa tak memiliki nafsu dan keinginan, hidup mengikuti peredaran waktu untuk akhirnya akan tumbang dan menjadi sebuah perdu.

"Kami berharap kegiatan sosial ini dapat menjadi salah satu wadah kami dalam menyuarakan isi hati kami, yang selama ini  sering mendapatkan diskriminasi dan masih dipandang sebelah mata sebagai objek belas kasihan," pungkas Nanik.