Ilustrasi melatih anak puasa. (Shutterstock/edited by HerStory)
Puasa di bulan Ramadan memiliki segudang manfaat bagi yang menjalankannya. Selain bisa meningkatkan pahala dan ketakwaan kepada Allah SWT, puasa juga bermanfaat bagi tubuh, salah satunya meningkatkan kecerdasan otak.
Puasa dapat merangsang produksi protein dalam sel saraf, disebut faktor neurotropik yang diturunkan dari otak, atau BDNF.
Protein ini memainkan peran penting dalam pembelajaran, memori, dan generasi sel saraf baru di hippocampus.
Melansir dari Brain Facts, Rabu (12/4/2023) BDNF membuat neuron lebih tahan terhadap stres. Puasa juga memicu proses yang disebut autofagi, di mana sel-sel menghilangkan molekul yang rusak.
Jadi, neuron berada dalam semacam mode "konservasi sumber daya dan ketahanan stres" selama puasa. Nah, ketika berbuka puasa, neuron bergeser ke mode pertumbuhan, sehingga membuat banyak protein tumbuh dan membentuk sinapsis baru.
Gak cuma itu, beberapa penelitian telah menyelidiki manfaat kognitif puasa pada manusia.
Dalam studi di National Institute on Aging, orang-orang yang berisiko mengalami gangguan kognitif karena usia dan berat badan mereka secara acak dianjurkan untuk puasa.
Nah, saat tidak puasa, tubuh menerima banyak asupan kalori dari makanan. Hal ini menyebabkan tubuh tak memiliki kesempatan menghabiskan glikogen atau glukosa yang disimpan di hati sehingga bahan kimia asam digunakan otak sebagai energi disebut keton gak diproduksi.
Setiap kali makan, glukosa disimpan di hati membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 12 jam untuk dicerna tubuh.