Menu

Gak Cuma Lindungi Anak dari Penyakit Berbahaya, Imunisasi Bisa Tingkatkan Daya Tahan Tubuh!

09 Mei 2023 16:25 WIB

Pekan Imunisasi Dunia 2023, GSK berkolaborasi dengan Kemenkes RI, paling kiri host, Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), (dok. HerStory)

HerStory, Depok —

Moms, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membuat kebijakan vaksin bagi anak dari usia 0 hingga kelas 6 SD.

Di mana orangtua harus memperhatikan vaksin apa saja yang wajib diberikan kepada anak dan jadwal pemberiannya agar anak mendapatkan vaksin lengkap. Hal ini bertujuan untuk menurunkan risiko berbagai penyakit berbahaya pada anak di kemudian hari.

Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, SpA(K), selaku Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengatakan ada beberapa vaksin yang perlu diberikan kepada anak demi menurunkan risiko penyakit dan memperkuat daya tahan tubuh.

Dari mulai lahir, vaksin sudah bisa diberikan kepada anak,” jelas Prof. Hartono, Senin (8/5/2023).

Moms, imunisasi bisa diberikan pada anak dimulai sejak usia 0. Pada 24 jam pertama, bayi yang baru lahir dapat diberikan vaksin hepatitis B.

Lalu, saat menginjak usia 1 bulan, bayi sudah bisa diberikan vaksin BCG untuk mencegah TBC dan OPV guna mencegah polio.

"Untuk bayi berusia 2-4 bulan, vaksin yang dapat diberikan adalah DPT 1 untuk mencegah difteri, pertusis, dan tetanus, vaksin OPV 2, PCV 1 untuk mencegah pneumonia, serta IPV untuk mencegah polio," terang Prof. Hartono.

Saat bayi menginjak 9 bulan, Moms bisa berikan vaksin MR untuk mencegah campak dan rubella. Bayi 10 bulan beri vaksin JE untuk mencegah virus penyakit radang otak, 12 bulan dengan PCV 3, dan usia 18 bulan dengan DPT dan MR 2.

Selain itu, Prof. Hartono juga menjelaskan pemberian beberapa vaksin yang sama bagi anak sekolah dilakukan untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu.

Seiring bertambahnya usia, daya tahan tubuh akan berkurang dan diperlukan vaksin lanjutan sebagai booster. Bagi anak usia kelas 1 SD, vaksin yang diberikan adalah DT dan MR.

Kelas 2 SD vaksin Td untuk mencegah tetanus, kelas 5 SD vaksin Td dan HPV 1 untuk mencegah kanker serviks, dan kelas 6 SD vaksin HPV 2 sebagai booster.

Moms, anak yang mengalami alergi setelah vaksin terhitung sedikit, jadi Moms tak perlu khawatir, yah. Pasalnya, saat memiliki alergi vaksin, bahan atau zat yang dapat membuat alergi kambuh pada anak akan dihindari dan tak digunakan.

Misalnya, dalam vaksin terdapat bahan yang memicu pertusis atau batuk rejan pada anak, maka bisa diganti dengan vaksin pentavalen atau kombinasi.

Selain vaksinasi wajib pada anak, orangtua juga dapat memberikan vaksin tambahan sebagai pilihan untuk mencegah risiko penyakit tertentu.

Contohnya vaksin influenza, di mana vaksin tersebut bisa dilakukan secara mandiri di rumah sakit atau klinik terdekat yang menyediakan.

Buat Moms yang melewatkan salah satu jenis vaksin pada anak, maka bisa diberikan sesuai jenis yang belum dilakukan tanpa harus mengulang dari awal.

"Kalau lupa, daya tahan tubuh anak akan menurun. Saat dia menurun di bawah ambang proteksi, anak rentan terinfeksi. Sebelum hal itu terjadi, berikan vaksin pada anak segera,” tambah Prof. Hartono.

Oh iya Moms, dari data Kemenkes 2019-2021 menunjukkan masih ada 1,7 juta anak yang belum mendapatkan vaksin lengkap di Indonesia.

Sehingga Prof. Hartono mengimbau para orangtua memeriksa jadwal vaksinasi rutin yang telah diberikan oleh posyandu atau dokter agar anak terbebas dari risiko penyakit serta memperkuat daya tahan tubuh.

Share Artikel:

Oleh: Nailul Iffah