Menu

Bertahan karena Anak Kerap Jadi Alasan Ketika Diselingkuhi Pasangan, Psikolog Tegaskan Itu Bukan Pilihan Tepat, Dampaknya...

19 Mei 2023 19:50 WIB

Ilustrasi suami tunjukkan tanda tulus menyesali perselingkuhan (Freepik/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Perselingkuhan adalah suatu situasi yang gak bisa kita kontrol karena hubungannya dengan orang lain dan situasi tertentu yang mendukung hal tersebut terjadi.

Bahkan, ketika kita berpikir punya segala-galanya atau lebih unggul dari orang lain, hal itu gak menjamin akan terhindar dari perselingkuhan.

Baca Juga: Marak Isu Perselingkuhan, 3 Zodiak Pria Ini Ternyata Terkenal Tukang Bohong, Waspada Beauty!

Moms, mungkin beberapa pasangan yang ketahuan selingkuh akan menyesali perbuatannya. Namun, tak sedikit dari pelaku perselingkungan gak merasa bersalah atas perbuatannya.

Dijelaskan oleh Reynitta Poerwito, Bach.Of Psych., M.Psi, Psikolog Klinis Eka Hospital BSD, bahwa ada kondisi khusus yang gak diketahui penyebab kenapa pelaku gak merasa bersalah dan malah bangga.

"Bisa dari faktor fisik, dari cara dia berpikir atau dari faktor psikologis yang kemungkinan harus dibenahi dari sistem sarafnya. Umumnya sistem saraf itu mempengaruhi kita dalam mengambil keputusan," ungkap Reynitta kepada HerStory lewat sambungan telepon, Selasa (16/5/2023).

Selain faktor tersebut, bisa juga dari gangguan psikologis yang membuat orang berpikir seperti itu, bukannya merasa bersalah malah membenarkan tindakannya.

Lantas, bagaimana dengan korban? Seberapa lama rasa trauma mengantuinya?

Menurut Reynitta, trauma itu bisa disembuhkan atau enggak, tergantung dari banyak faktor intensitas traumanya.

"Diselingkuhi ketika pacaran dan menikah itu berbeda. Hal itu mempengaruhi seberapa lama seseorang bisa sembuh dari traumanya," tambah Reynitta.

Ditegaskan oleh Reynitta, gak semua pasangan yang menjadi korban perselingkuhan menyalahkan dirinya. Pasalnya, rasa bersalah itu sendiri biasanya sudah ada di dalam diri masing-masing orang tanpa harus menjadi korban perselingkuhan.

"Cuma diri kita yang tahu jawabanya seberapa lama menyalahkan diri sendiri hingga akhirnya bangkit lagi," kata Reynitta.

Namun Moms, bertahan demi anak bukanlah jawaban atau pilihan yang tepat dalam mempertahankan hubungan rumah tangga yang mulai goyang. Karena ketika ibu merasa tersakiti, maka anak yang terkena dampaknya.

"Ketika kita tidak bahagia yang kena dampak itu anak. Kalau anak masih kecil, kita bisa pura-pura bahagia. Tapi kalau anak udah gede, dia bisa menilai apa yang terjadi antara kita dan pasangan," pungkas Reynitta.

Baca Juga: Waduh! Ternyata Ini Usia Pernikahan Rentan Perselingkuhan, Lama Bersama Gak Jadi Jaminan Moms!

Kadang yang harus kita pikirkan adalah apakah kita takut berpisah karena anak yang akan kena nampaknya atau memang kita yang takut meninggalkan pernikahan tersebut.

"Kadang yang diingat oleh anak bukan tentang seberapa besar rumah yang kita punya, berapa banyak mobil yang dipunya, kenyamanan lewat materi yang ditawarkan tapi lebih ke apakah ibunya merasa bahagia, perhatian dari ibu ke anak, komunikasi yang baik dan gak melulu soal uang," tutup Reynita.