Menu

Hadirkan Program Making a House a Home, P&G Indonesia Tingkatkan Kesejahteraan Sosial Lewat Renovasi Rumah dan Warung

26 Mei 2023 19:30 WIB

Proses Berjalannya Program ‘Making a House a Home' oleh P&G Indonesia dan Habitat for Humanity Indonesia di Desa Wanakerta, Karawang (Noorma/HerStory)

HerStory, Depok —

Procter & Gamble (P&G) Indonesia bersama mitranya, Habitat for Humanity Indonesia (Habitat) kembali hadir dengan program ‘Making a House a Home’ tahun ke-7, dimana program ini juga dilaksanakan di beberapa negara lain dimana P&G beroperasi. Program ini terus dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas lokal.

Sebelumnya, P&G bersama Habitat for Humanity telah merenovasi 77 bangunan rumah dan warung agar lebih layak huni, mulai dari wilayah Jawa Barat, Jawa Timur hingga Sulawesi Tengah. Dalam beberapa tahun terakhir, program ‘Making a House a Home’ telah berimprovisasi sehingga dapat memberikan dampak yang lebih luas, yakni dengan tak hanya merenovasi fisik rumah, namun juga turut menggerakkan perekonomian lokal dengan memberdayakan pemilik usaha mikro, khususnya wanita.  

Tahun ini, P&G dan Habitat for Humanity Indonesia bergotong-royong merenovasi rumah dan warung milik warga Desa Wanakerta yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat. Program ‘Making a House a Home’ gak hanya merenovasi rumah menjadi tempat hunian yang lebih layak, namun juga merevitalisasi warung/tempat usaha yang menyatu dengan rumah, serta memberikan pelatihan soft-skill seperti literasi finansial, perencanaan keuangan, dll, kepada pemilik usaha rumahan, sehingga mereka dapat mengembangkan usaha dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya, terutama pada masa pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Pada kesempatan yang sama, kegiatan ini juga melibatkan sekitar 30 karyawan P&G Indonesia yang berpartisipasi sebagai relawan, yang turut serta membantu proses renovasi rumah dan tempat usaha warga Desa Wanakerta, Karawang. Di samping itu, pada kesempatan ini pihak P&G Indonesia juga menyerahkan dukungan berupa produk-produk P&G yang dapat digunakan kembali oleh para pemilik warung untuk mendukung usaha mereka.

Kami menyadari bahwa bangunan yang layak huni adalah salah satu faktor penentu tingkat kesehatan, produktivitas, dan kualitas hidup masyarakat, terutama pasca pandemi Covid-19. Selain persoalan tempat hunian, kami juga menyadari masih banyak pemilik usaha mikro yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya,” ujar Saranathan Ramaswamy selaku Presiden Direktur P&G Indonesia, dalam keterangan pers yang diterima oleh HerStory, Jumat (26/5/2023).

Lewat program ini, kami tidak hanya memperbaiki fasilitas fisik milik warga, namun kami juga memperlengkapi mereka dengan kemampuan dan pengetahuan guna meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Inilah bentuk dukungan kami untuk hadir dan bergerak bersama masyarakat lokal dalam memperkuat perekonomian dan kesejahteraan hidup mereka,” lanjutnya,

Seperti yang telah diketahui bersama, Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) adalah rumah yang gak memenuhi persyaratan hunian yang nyaman dan aman serta gak menyehatkan bahkan berisiko membahayakan penghuninya. 

Begitu juga halnya dengan warung yang dianggap Tidak Layak Huni beroperasi dengan ciri-ciri gak memiliki pondasi permanen (hanya menggunakan kayu lapis), kurang mendapatkan pencahayaan alami, sirkulasi udara gak baik, gak tersuplai air bersih yang memenuhi standar kesehatan dan sanitasi buruk. Kondisi inilah yang menjadikan dukungan dan program seperti ‘Making a House a Home’ semakin penting untuk diselenggarakan.

Masih buruknya kondisi tempat usaha serta rendahnya literasi finansial juga menjadi hambatan tumbuhnya usaha mikro seperti warung yang menjadi salah satu tulang punggung ekonomi lokal di Desa Wanakerta, Karawang, Jawa Barat. Seperti halnya di area pedesaan lainnya, banyak perempuan di Desa Wanakerta menghabiskan sebagian besar waktunya di warung, karena warung melekat pada rumah mereka. 

Dalam jangka panjang, warung dan rumah yang aman dan layak juga dapat mempengaruhi kualitas kehidupan, kesehatan mental, mengurangi kekerasan rumah tangga, dan berbagai dampak positif lainnya.

Oleh karena itu, P&G bersama Habitat meninjau dan melakukan proses seleksi melalui delapan langkah pendekatan partisipasi komunitas melalui survei hingga berbagai tahapan hingga lainnya hingga terpilih enam penerima manfaat pemilik usaha mikro (warung) di Desa Wanakerta, Karawang. 

Ada beberapa kriteria dari penerima manfaat dalam program P&G ‘Making a House a Home’. Pertama, penerima manfaat bekerja sebagai Buruh Tani dan Buruh Pabrik yang memiliki penghasilan di bawah Rp 50.000 per hari. Kedua, mereka memiliki tanah/bangunan sendiri, namun kondisi bangunannya tergolong tidak layak huni. Ketiga, pemilik usaha adalah perempuan dengan modal usaha yang masih di bawah Rp 50.000.000.

Kami berharap kontribusi P&G ini dapat memberikan warna baru dalam menggerakan perekonomian lokal pasca pandemi dan berkomitmen memberdayakan masyarakat lokal melalui program ‘Making a House a Home’. Semoga apa yang kami kerjakan ini menjadi inspirasi dan pemantik bagi pihak lain dan terus berkembang luas memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat dan komunitas sekitar,” ungkap Rudi Nadapdap, selaku Senior Operations Manager Habitat for Humanity Indonesia.

Melalui program ‘Making a House a Home’ P&G Indonesia akan terus berinovasi dan berimprovisasi bersama mitranya, Habitat for Humanity Indonesia untuk memastikan para penerima manfaat akan mendapatkan hunian yang aman dan warung layak, serta berbagai kemampuan lainnya yang mereka butuhkan sebagai aset dasar kewirausahaan.

Share Artikel:

Oleh: Noorma Amalia Siregar