Menu

Bahaya Flexing Bagi Kesehatan Mental, Ahli Minta Orang Tua Ajarkan Hal Ini Sejak Dini untuk Anak-anak, Apa Saja?

29 Mei 2023 16:00 WIB

Pentingnya menjaga kesehatan mental. Media brief bersama Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK dan Era Maria Ekowati, Psikolog

HerStory, Jakarta —

Beauty, belakangan banyak anak muda yang ingin mendapatkan validasi dan merasa posisinya lebih unggul dari lingkungan sekitar.

Menurut Ketua Wanita Indonesia Keren (WIK) sekaligus Psikolog, Maria Ekowati, flexing menjadi salah satu fenomena mental disorder.

"Misalnya aku baru punya cincin baru nih, itu masih flexing yang wajar. Flexing yang berlebihan ini yang dikhawatirkan, yang membuat kesehatan mental terganggu," kata Maria dalam acara Pentingnya Kesehatan Mental untuk Mencegah Bullying dan Flexing, di Jakarta, Jumat (25/5/2023).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2018, separuh (50 persen) dari masalah kesehatan yang dialami orang dewasa, sudah terbentuk sejak dini.

Survei dari Indonesia-National Adolescent tahun 2022 menyatakan dari tiga remaja Indonesia memiliki satu masalah kesehatan mental.

Data yang sama menyebut, 1 dari 20 remaja memiliki satu gangguan mental. Sementara, 15,5 juta remaja (34,9 persen) mengalami masalah mental sedang.

Masa depan generasi emas 2045 di Indonesia akan terancam karena kesehatan mental yang terganggu. Masalah ini terbilang serius untuk diperhatikan dan waspada terhadap diri.

Data yang menunjukkan bahwa orang dewasa mengalami masalah kesehatan mental sejak kecil, menjadi pengingat bahwa orang tua berperan penting bagi tumbuh kembang anak.

Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK selaku Ketua Health Collaborative Center pun mengatakan sejak kecil, anak-anak perlu untuk mempelajari persoalan kesetaraan.

Dampak kesetaraan akan mengenalkan anak bahwa manusia lahir dengan latar belakang berbeda-beda, tetapi harus diperlakukan sama.

Perbedaan strata sosial menjadi salah satu dampak anak-anak bisa kena bully sejak dini. Mereka diajarkan konsep strata sosial, di mana penggambarannya adalah tingkatan. Padahal, pemahaman persoalan ini bagi anak-anak masih terdengar abstrak.

"Anak-anak hingga 17 tahun ini sebenarnya konsep ekonomi, konsep sosial ini abstrak untuk mereka. Perlu diperkenalkan gak? Perlu, tapi tidak dalam konsep strata," kata dr. Ray.

Dr. Ray menganjurkan agar orang tua tidak mengajarkan konsep strata, tetapi konsep kesetaraan. Jika mengajarkan konsep strata, akan menimbulkan kecemburuan hingga bisa mengganggu kesehatan mental anak. Sementara, psikologis anak terbentuk sejak dini.

"Jangan ajarkan konsep seperti oh dia orang kaya, saya orang miskin. Memperkenalkan itu jangan memperkenalkan pekerjaan dengan (menyatakan) gajinya berapa. Tidak mengenalkan strata, tapi mengenalkan kekerabatan," tutup dr. Ray.

Konsep kesetaraan pun gak hanya sebatas ekonomi dan sosial, tetapi juga gender. Kesetaraan ini meliputi bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam proses tumbuh kembang.

Artikel Pilihan