Menu

Darurat Kesehatan Mental, Yuk Beauty Mulai Aware dengan Sekitar, Psikolog Ungkap Flexing dan Narsis Termasuk Lho, Kok Bisa?

29 Mei 2023 21:35 WIB

Ilustrasi orang yang flexing (iStockphoto/Khosrork)

HerStory, Jakarta —

Ketua Wanita Indonesia Keren (WIK) sekaligus Psikolog, Maria Ekowati menyebut bahwa satu dari dua masyarakat Indonesia memiliki gangguan kesehatan mental.

“Indonesia sedang menghadapi darurat kesehatan mental. Akhir-akhir ini, banyak terjadi flexing, bullying, kekerasan yang dilakukan banyak kalangan,” kata Maria dalam acara WIK Dorong Kesehatan Mental, Jumat (26/5/2023).

Penyakit gangguan mental meliputi flexing, narsis, KDRT, bullying, intimidatif. Sehingga penting bagi kita untung mulai peduli dengan lingkungan sekitar.

“Jika ada kecenderungan flexing atau narsis, itu termasuk gangguan kesehatan mental,” ujar Maria.

Menurut penelitian, narsis dan flexing secara signifikan dipengaruhi gangguan kepribadian dan psikologis di masa kecil. “Temuan satu dari dua masyaakat Indonesia merasa dirinya punya masalah kesehatan mental,” jelas Maria.

Ditambahkan Maria, persentase komulatif orang Indonesia dengan masalah kesehatan mental sebanyak 52 persen.

Bahkan, kualitas keparahan kesehatan mental ini juga dialami wanita lintas usia, termasuk ibu hamil, menyusui, dan ibu dengan anak usia dini.

Merujuk pada laporan Indonesia National Adolescent Mental Health-SUrvey (I-NAMHS) 2023, Maria menjabarkan masalah kesehatan mental paling menkhawatirkan.

Yaitu, satu dari tiga remaja mengalami kesehatan mental, satu dari 20 remaja ada gejala gangguan mental dalam 12 bulan terakhir, dan 15,5 juta (34,9 persen) remaja mengalami masalah mental tingkat sedang.

Masalah kesehatan mental pada populasi penduduk usia anak juga tinggi. Di Semarang, 57 persen anak TK mengalami gangguan mental emosional.

Di Denpasar, 83,3 persen pada anak usia 6 tahun menunjukkan skala emosi abnormal. Dan di Jakarta, 28 persen anak usia dini mengalami perkembangan emosional meragukan.