Menu

Jangan Anggap Remeh! Kenali Bahaya Penyakit PPOK, Ternyata Batuk dan Sesak Nafas Jadi Gejala Awalnya, Yuk Di Simak...

30 Mei 2023 19:30 WIB

Ilustrasi paru-paru. (pinterest/freepik)

HerStory, Jakarta —

Beauty, kualitas udara yang buruk bisa berdampak pada kesehatan paru. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) bisa berdampak pada penurunan kualitas hidup penderitanya.

"Yang penting itu adalah kualitas hidupnya. Kualitas hidupnya jadi sangat terganggu. Dia tergantung pada orang akhirnya, atau tergantung pada penggunaan oksigen kalau yang sudah makin berat," jelas dr. Triya Damayanti, Ph.D, Sp.P(K), dalam acara Kenali PPOK, Sayangi Parumu, Senin (29/5/2023).

PPOK merupakan penyakit pada paru-paru yang terjadi dalam jangka panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara dari dalam paru, yang membuat penderitanya mengalami sesak napas.

Berbeda dengan asma, sesak napas pada penderita PPOK sifatnya terus-menerus. Umumnya penderita PPOK tak mampu menyelesaikan pekerjaan fisik seperti orang normal.

"PPOK itu sesak napasnya makin lama makin memberat, gradual, dan itu progresif. Yang tadinya bisa jalan, katakanlah 1 kilometer terus makin lama 100 meter saja sudah nggak kuat. Sesak, berjalannya lebih lambat sehingga dalam melakukan aktivitas sehari-hari menjadi terganggu," jelas dr Triya.

Menurut penelitian Global Burden Disease pada 2022, penyakit PPOK di Indonesia menduduki peringkat kesembilan untuk estimasi nilai years of life lost (YLL) atau jumlah tahun yang hilang akibat PPOK dari total usia harapan hidup.

PPOK biasanya dialami orang berusia di atas 40 tahun dengan faktor risiko utama merokok dan polusi udara. Di mana rata-rata usia penderitanya masih produktif.

Seringkali, gejala seperti batuk, sesak napas, dan produksi dahak erat kaitannya dengan PPOK. Namun banyak di antara kita yang masih menyepelekan gejala tersebut.

"Pasien mungkin meremehkan gejala keparahannya. Seringkali menganggap, 'Oh, ini mungkin karena hubungannya dengan usia'. Dan juga gak meminta pertolongan medis secara langsung," ujar dr Triya.

Jika pengobatan dilakukan sejak awal, bisa mengurangi risiko eksaserbasi atau perburukan pada penderita dapat dicegah.

Sayangnya, bagi penderita PPOK yang mengalami eksaserbasi bisa merusak fungsi paru-parunya, tak lagi berfungsi sebelum terkena PPOK.

Namun, penderita PPOK masih mengalami gejala sesak napas meski sudah diresepkan pengobatan. Kondisi ini dapat berisiko memperburuk penderita yang sudah mengalami eksaserbasi sebelumnya.

Hal tersebut menjadi salah satu tantangan bagi para dokter. Meski begitu, pasien tetap harus mematuhi pengobatan atau terapi yang diberikan oleh dokter.

"Inilah yang harus kita (dokter) lakukan bagaimana pencegahan jangan sampai si pasien PPOK mengalami eksaserbasi," tutup dr Triya.

Artikel Pilihan