Gerakan Transisi PAUD ke Sekolah Dasar (SD) yang Menyenangkan. (Kemendikbudristek/Edited by HerStory)
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama dengan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) dan Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menghadirkan Gerakan Transisi PAUD ke Sekolah Dasar (SD) yang Menyenangkan.
Pada Maret lalu, Kemendikbudristek meluncurkan Episode ke-24 Merdeka Belajar: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.
Kebijakan tersebut dikeluarkan untuk meluruskan miskonsepsi praktik pembelajaran pada PAUD dan SD yang masih kuat pada masyarakat.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek (Dirjen PAUD Dikdasmen) Iwan Syahril mengungkapkan, gerakan Transisi PAUD ke SD yang menyenangkan memiliki tiga target perubahan.
“Tiga target perubahan itu ialah menghilangkan tes calistung, menerapkan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama, dan menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak,” ujar Iwan dalam keterangan resmi yang diterima HerStory, Kamis (8/6/2023).
Lebih lanjut, Iwan menyampaikan apresiasi kepada para Bunda PAUD di seluruh pemerintah daerah untuk membuat Rencana Tindak Lanjut 2023 dan melakukan pencanangan komitmen bersama untuk terus menguatkan gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.
“Saya mengucapkan terima kasih, kita tidak bisa melakukan ini tanpa dukungan semua pihak. Khususnya bagi semua yang sudah mendukung dan bahu membahu dengan Kemendikbudristek dalam upaya mencapai tiga target perubahan pada PAUD dan SD,” ucap Iwan.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bidang 1 OASE KIM, dan Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan (DWP), Franka Makarim turut mengungkapkan apresiasi kepada bunda-bunda PAUD yang sudah mengajarkan orangtua dan mendukung gerakan transisi PAUD ke SD untuk mematahkan miskonsepsi tersebut.
“Saya yakin transisi anak-anak kita dari PAUD ke SD apabila itu menyenangkan dan tidak traumatis, dampak yang bunda-bunda lakukan akan sangat dipegang dan diingat sepanjang hayat mereka sebagai pelajar sepanjang hayat,” ujar Franka.
Nanny Hadi Tjahjanto, Anggota Bidang 1 OASE KIM, dan Penggerak Pendidikan, mengatakan, Bunda PAUD merupakan sosok hebat yang turun langsung menghadapi miskonsepsi pada praktik pembelajaran PAUD dan SD.
Nanny menambahkan, perlu adanya penekanan dalam meniadakan tes calistung karena hal tersebut menjadi momok bagi guru-guru PAUD.
“Itulah yang perlu ditekankan kembali untuk masyarakat Indonesia tahu bahwa yang dimaksud dengan Merdeka Belajar adalah pembelajaran secara bermain, seperti yang sudah diterapkan oleh para guru PAUD. Sehingga disaat 100 tahun Indonesia merdeka, anak-anak ini akan menjadi generasi Indonesia Emas,” tegas Nanny.
Elvira Berta, Bunda PAUD Kabupaten Timor Tengah Utara, menyampaikan miskonsepsi di Timor Tengah Utara masih ada.
Pembelajaran yang dilaksanakan di SD belum menyenangkan karena para guru beranggapan di PAUD anak-anak sudah belajar membaca, padahal gak semuanya seperti itu.
“Saya harap dengan adanya gerakan ini, miskonsepsi yang terjadi di Kabupaten kami dapat teratasi,” tutup Elvira.