Ilustrasi psoriasis. (Pinterest/Freepik)
Beauty, tahukah kamu, tak sedikit pejuang psoriasis di Indonesia kerap mengalami berbagai diskriminasi karena kondisinya. Penyakit yang menyebabkan peradangan pada kulit itu memang gak hanya mengganggu kesehatan tapi juga mental.
Banyak orang menganggap psoriasis penyakit kulit yang disebabkan oleh virus atau bakteri bahkan menular. Akibatnya, tak jarang pejuang psoriasis dijauhi oleh lingkungan karena dianggap sebagai pembawa penyakit.
Padahal nyatanya, psoriosis bukanlah penyakit yang disebabkan bakteri atau virus. Bahkan, masalah kulit ini sama sekali gak menular antar manusia.
Nah Beauty, biar gak keliru, yuk kenali fakta-fakta terkait psoriasis berikut ini.
Dermatologist ERHA, Dokter Grace NS Wardhana mengungkapkan, gejala psoriasis umumnya berbeda-beda, tergantung pada jenisnya. Umumnya, gejala terkena psoriasis muncul di kulit bagian lutut, siku, punggung bagian bawah, dan kulit kepala.
“Perbedaan gejala yang timbul bergantung pada jenis peradangan dan lokasi timbulnya psoriasis, seperti psoriasis vulgaris, yang diderita 90 persen pasien psoriasis, yaitu bercak merah meradang dan tebal di area luar tubuh seperti siku, lutut dan tengkuk leher,” ungkap Dokter Grace, saat ditemui HerStory, di kawasan Sudirman, Jakarta.
Gejala lain adalah psoriasis inversa, yaitu yang terjadi di daerah lipatan tubuh bagian dalam seperti siku dan leher. Ketiga, psoriasis gutata, berupa bintik merah kecil di badan, perut, punggung dan dada dikaitkan adanya infeksi bakteri atau kuman.
Keempat, psoriasis pustular, berupa nanah kecil di telapak tangan dan kaki namun gak menimbulkan bercak atau menebal. Sebanyak 40-50 persen psoriasis juga bisa terjadi di kuku tangan dan kaki, serta psoriasis arthritis yang menyerang persendian.
Kondisi kulit yang meradang pada penderita psoriasis kerap dianggap sebagai penyakit virus atau bakteri. Faktanya, psoriasis merupakan penyakit kulit kronis faktor genetik dan penyakit autoimun.
Dokter Grace mengungkapkan, imun tubuh menganggap kulit sebagai benda asing. Akibatnya, pelepasan kulit mati terjadi setiap hari dan menyebabkan penebalan.
"Faktor genetik perannya sangat kuat, ditemukan pada 60-90 persen pasien psoriasis. Kalau salah satu orangtua menderita psoriasis maka risiko anak terkena 10 persen. Jika kedua sisi maka meningkat jadi 50 persen. Ada juga riwayat keluarga bukan inti, di samping autoimun juga," tutur Grace.
Selain itu, Beauty, penting untuk dicatat, psoriasis bukan penyakit menular. Seperti dijelaskan sebelumnya, ini merupakan penyakit yang pencetusnya genetik atau autoimun. Bahkan, jika menyentuh lesi psoriasis itu gak akan menyebabkan penularan.
satu fakta lainnya ada di halaman selanjutnya ya Beauty!
Meski bukan penyakit menular, sayangnya hingga saat ini para ilmuwan dan dokter belum menemukan penyembuh psoriasis. Meski demikian, Dokter Grace mengatakan, psoriasis tetap bisa diobati atau dikontrol.
"Memang psoriasis tidak bisa sembuh tapi bisa diobati. Kita bisa dikontrol tapi tidak akan sembuh 100 persen, itu yang harus diingatkan," ucap Grace.
Cara mengontrolnya adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait tingkat keparahan psoriasis. Ini guna menentukan jenis pengobatan yang perlu dilakukan.
“Jika gak cukup menggangu aktivitas bisa dengan olesan yang melunakkan, seperti varian Ultracalm dari ERHA. Kalau cukup menganggu ditambah penyinaran atau ultraviolet. Kalau makin luas, makin gatal dan mengenai sendi, ditambah obat oral,” papar Dokter Grace.
Lebih lanjut, jika tak menunjukkan kondisi yang membaik juga kombinasikan dengan biologic agent melalui suntikan. Sebab itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter.
"Pengobatan berdasarkan beberapa faktor, seperti tingkat keparahan dari penyakit, ketersedian obat, kenyamanan pasien, dan harga," tutup Dokter Grace.