Menu

Ketua Srikandi TelkomGroup Justi Ariesthiawati Tekankan Pentingnya Peran Perempuan di Posisi Top Manajemen: Bisa Memberikan Warna Berbeda…

21 Juni 2023 14:51 WIB

Ketua Srikandi TelkomGroup, Justi Ariesthiawati. (Istimewa/Edited By HerStory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, tak dapat dipungkiri, kontribusi para pemimpin perempuan di berbagai perusahaan BUMN dan Swasta di Indonesia sangat positif bagi pengembangan ekonomi dan industri Tanah Air. Tentunya, perjalanan seorang perempuan menjadi pimpinan perusahaan bukan perkara mudah. Selain tuntutan dunia usaha yang berubah sangat cepat, juga persepsi tentang gender masih membayangi kiprah para perempuan.

Nah, meski partisipasi perempuan di level pimpinan masih terbilang minim dan mungkin didominasi oleh pria dalam hal jumlah, tetapi nyatanya ada banyak perempuan Indonesia yang brilian dalam posisi kepemimpinan yang mampu mengubah pakem. Salah satunya adalah Justi Ariesthiawati.

FYI Beauty, saat ini, Justi menjabat sebagai Senior General Manager - Assessment Center Indonesia di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi di Indonesia, PT. Telkom Indonesia (Persero) Tbk.

Tak hanya itu, Justi pun dikenal sebagai certified professional executive coach. Pengalaman berharga yang diperolehnya dari mengimplementasikan layanan SDM, melakukan Assessment Center dan proses seleksi seperti wawancara, fasilitasi, dan pemberian umpan balik, membantunya mengembangkan keterampilan kepelatihannya. Dan, atas kiprah dan prestasinya di Telkom, Justi pun kini dipercaya sebagai Ketua Srikandi TelkomGroup, lho Beauty.

Nah menyoal Srikandi TelkomGroup sendiri, dikatakan Justi, pembentuan Srikandi TelkomGroup sendiri bisa dibilang sebagai ‘turunan’ dari Srikandi BUMN. Adapun, tujuan pembentukan Srikandi BUMN sendiri bertujuan untuk membangun kesadaran semua pihak tentang perkembangan karir berbasis kompetensi dan performansi karyawan, tidak ada perbedaan kesempatan karena gender. Hal ini bisa dilakukan jika dibangun talent management system yang transparan dan fair untuk memberikan kesetaraan kesempatan karir yang tak bias gender.

“Jadi Srikandi TelkomGroup ini dibentuk ketika di BUMN juga sedang dibentuk. Jadi kalau dari sisi waktu hampir bersamaan, tapi kemudian meresmikannya itu di Telkom setelah Srikandi BUMN. Jadi Srikandi TelkomGroup ini juga memberikan wadah bagi perempuan berkarya di perusahaan agar dapat saling mendukung, membangun personal and professional capability,” tutur Justi, kepada HerStory belum lama ini.

Fyi Beauty, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) sendiri pernah meraih penghargaan dalam ajang Women’s Empowerment Principles (WEPs) Awards yang diadakan oleh UN Women Indonesia atas komitmen dan upayanya sebagai perusahaan yang mempromosikan kesetaraan gender di lingkungan kerja. Terbaru, Telkom pun meraih penghargaan Best Workplaces for Women 2023 in Providing Women Employee Welfare Facilities di ajang HerStory Indonesia Best Workplace for Women Awards 2023: Bring Inspirational in the World to Bridging the Gap with Inclusivity.

Menurut Justi, progam kerja Srikandi TelkomGroup sendiri sebenarnya mengikuti program kerja di Kementerian (Srikandi Bumn). Namun kata dia, di Telkom sendiri proses pemberdayaan perempuan terimpelentasi bukan hanya di internal program, tapi juga semaksimal mungkin melibatkan peran perempuan dalam kegiatan yang menuju kepada taken posisioning Telkom sendiri, yakni beraktivitas tanpa batas.

Justi juga bilang, dalam mengimplementasikan program-program Srikandi TelkomGroup dirinya tak bekerja sendirian, melainkan di-support oleh tim yang isinya tak hanya perempuan saja, tapi juga terdiri dari laki-laki.

“Jadi memang kalau terkait dengan program-program itu tak hanya perempuan yang menjalankan tapi juga ada laki-lakinya yang juga membantu. Saya di Srikandi BUMN juga menjadi tim teknis di bidang kajian dan pendampingan. Nah progam kerjanya juga sebenarnya mengikuti program kerja di kementerian (Srikandi BUMN), yakni terkait dengan kajian dan pendampingan seperti melakukan survey, riset, terkait dengan berbagai topik apakah kaitannya dengan engagement, empowerment, juga terkait dengan pendampingan, sebagai follow up dari survey ataupun tidak, itu ada juga sebetulnya tidak hanya untuk perempuan, tapi memang mayoritas yang memanfaatkan itu perempuan,” papar Justi.

“Selain itu, Telkom pun concern melakukan kegiatan terkait pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, komunikasi dan sosial masyarakat,. Jadi programnya itu ada yang untuk internal TelkomGroup, ada juga yang untuk masyarakat. Tapi memang porsinya untuk masyarakat itu dibantu oleh unit-unit terkait,” sambung Justi.

Lantas, kira-kira apa saja ya yang melatarbelakangi semangat Justi untuk memperjuangkan peran dan kepemimpinan perempuan, serta mempromosikan kesetaraan gender di lingkungan kerja? 

Sebagai Ketua Srikandi TelkomGroup, Justi menilai, ketidaksetaraan gender masih terjadi dimana-mana dan menghambat kemajuan sosial. Tak hanya itu, perempuan pun dirasa masih kurang terwakili di semua tingkat kepemimpinan, tak terkecuali di perusahaan-perusahaan BUMN.

Namun, kata dia, Srikandi TelkomGroup terus berupaya untuk mempromosikan kesetaraan gender di lingkungan kerja. Sebab, Telkom sendiri adalah perusahaan yang terbuka pada keberagaman dan inklusif. Ia pun mengaku tertarik memperjuangkan isu-isu perempuan, jauh sebelum Srikandi TelkomGroup ini terbentuk.

“Jadi saya memang tertariknya sebelum Srikandi TelkomGroup terbentuk ya, temen-temen saya yang di luar perusahaan banyak yang menjadi global researcher gitu. Jadi mereka meneliti tentang work life balance, work life integration dan itu lintas budaya. Sampai akhirnya saya beli buku yang diterbitkan oleh teman saya. Terlebih latar belakang saya juga psikologi,” tutur Justi.

“Jadi pada saat selama di Telkom ini juga saya mengamati betapa di level bawah ketika proses seleksi, proses pengumpulan kandidatnya, sebetulnya kandidat perempuan tuh banyak, dan ketika lulus pun relatif berimbang dan ada saatnya lebih besar meskipun mungkin dari sisi prosentasenya tidak begitu signifikan dibanding level lelaki. Nah tapi di level tertentu tuh jauh, pada kemana ya perempuan, kok mulai berguguran. Nah, di tahun 2019 dan selama covid itu saya di kasih kesempatan melakukan survey dan mendapatkan kajian itu adalah pada tahapan di level middle itu perempuan memang dihadapkan pada pilihan,” sambung Justi.

Justi melanjutkan, di Telkom sendiri ketertarikan terhadap perempuan itu sudah terimplementasikan, tak hanya di level BOD minus 1 saja sebagimana menjadi target dari kementerian BUMN sendiri yang harus dalam jumlah tertentu, tapi sampai ke level bawah itu pun diperhatikan.

“Keterwakilannya berapa banyak. Jadi kalau ketertarikan personality saya seperti itu, kemudian secara profesi karena posisi saya juga di posisi yang tak banyak unit yang dominasinya perempuan justru. Kalau unit-unit lain itu didominasi oleh laki-laki. Jadi saya tuh merasakan di unit saya tuh bisa ada yang hamil dan melahirkan berbarengan. Akhirnya saya pun memberikan mereka izin cuti, sertai zin-izin lainnya, dimana perhatian saya itu walk the talk gitu. Kalau secara profesinya terujinya ketika saya mengatakan saya peduli pada perempuan, saya pun dikasih ujian di unit sendiri banyak perempuannya ketika menghadapi situasi seperti itu," papar Justi.

Sebagai Ketua Srikandi TelkomGroup, Justi pun lantas membeberkan pentingnya pemberdayaan perempuan dalam perusahaan. Ia menilai, ketidaksetaraan gender masih terjadi dimana-mana dan menghambat kemajuan sosial. Namun, kata dia, Srikandi TelkomGroup terus berupaya untuk mempromosikan kesetaraan gender di lingkungan kerja. Sebab, Telkom sendiri adalah perusahaan yang terbuka pada keberagaman dan inklusif.

Lebih lanjut, Justi menuturkan bahwa sebagai wujud menciptakan lingkungan kerja aman, TelkomGroup pun mendukung penuh pedoman implementasi Respectful Workplace Policy (RWP) atau kebijakan berperilaku saling menghargai di tempat kerja yang digagas bagi seluruh karyawan dan anak perusahaan.

Respectful Workplace Policy sendiri hadir sebagai pedoman yang mengatur tentang bagaimana seorang individu sebaiknya bersikap, dalam mencegah tindakan diskriminasi, pelecehan dan kekerasan.

"RWP ini gunanya menjamin lingkungan kerja yang bebas dari diskriminasi, kekerasan, dan pelecehan (zero harassment). Karena, RWP ini bukan sekadar memberi kesempatan, tapi bagaimana agar tak ada lagi diskriminasi di dalamnya," imbuh Justi.

Kemudian, Justi pun memaparkan terkait peran TelkomGroup untuk memajukan perempuan Indonesia. Menurutnya, peran Telkom untuk memajukan perempuan Indonesia adalah melalui program penerapan empowering society dengan mengusung konsep 3C (connectivity, creativity, dan charity) yang tentunya berkaitan pula dengan bidang pendidikan dan pemberdayaan ekonomi bagi perempuan.

“Kemudian, dukungan Telkom untuk memajukan perempuan Indonesia juga kami terapkan dalam lingkungan kerja di TelkomGroup. Implementasi di Telkom diwujudkan dengan mengedepankan kesetaraan gender tanpa adanya diskriminasi (zero discrimination) dari semua aspek perjalanan karyawan (talent journey), mulai saat karyawan mengikuti masa perekrutan, pertama kali bergabung, pengembangan, performance management, reward, working arrangement, hingga masa pensiun,” jelas Justi,

Lalu, terkait dengan apa yang bisa dilakukan perempuan sebagai pembawa perubahan, Justi pun punya pandangannya sendiri, Beauty.Justi bilang, kesetaraan gender sendiri bukan hanya tujuan bagi kaum perempuan, tapi atas dasar pengertian bahwa jika perusahaan punya keragaman di level pemimpin maka akan memberikan warna berbeda dalam pengambilan keputusan, serta peningkatan produktivitas dan profitabilitas perusahaan tersebut. 

Justi juga bilang, kepemimpinan perempuan mampu menghasilkan keputusan yang komprehensif dan inklusif karena mempertimbangkan berbagai aspek. Kepekaan perempuan dinilai mampu merumuskan strategi perusahaan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dan mendorong peningkatan performa perusahaan. 

“Jika sebagai karyawan, dari survey-survey ataupun riset global, perempuan ketika di posisi top itu berimbang maka memberikan warna berbeda dalam pengambilan keputusan. Nah berimbangnya sendiri bisa dari sisi jumlah ya, tapi juga bisa dari sisi suara. Meskipun sendiri tapi punya suara yang kuat, bisa juga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Apakah itu terkait dengan bisnis, people, ataupun hal-hal lain dalam perusahaan itu. Jadi peran pentingnya tentunya berada sejajar dengan para laki-laki dalam hal bagaimana perusahaan ini bertumbuh berkembang,” terang Justi.

Justi juga bilang, tanpa mengesampingkan peran laki-laki, perempuan itu juga lebih dibutuhkan dari sisi energi yang besar dibanding lelaki. 

“Rolenya itu kan perempuan sebagai karyawan kemudian sebagai istri dan ibu, nah energinya perlu lebih. Nah pentingnya bagaimana memiliki energi yang lebih besar gitu jadi buktiinnya itu double,” kata Justi.

Ditambahkan Justi, jika dikaitkan dengan tenaga laki-laki, perempuan mungkin akan ‘kalah’. Dan terkait bagaimana memberikan masukan-masukan positif, kata Justi, yang ada perempuan pun cenderung lebih emosional.

“Tapi ya gak apa-apa kalau posisinya positif, sisi aspek-aspek yang tak hanya berkutat dengan rasio. Jadi saya mengacu juga kepada apa yang sudah dilakukan global consultan terhadap peran pentingnya perempuan dalam bisnis. Nah tapi peran penting perempuan juga menjadi ini kaitannya sentuhannya posisi-posisi sebagai nurture-nya gitu, bagaimana proses memelihara, proses mengembangkan, itu mungkin dari sisi dominannya lebih banyak perempuan gitu, kalau laki-laki banyaknya terkait dengan rasio-rasionya gitu,” sambung Justi. 

Dengan kondisi ini, Justi pun lantas memaparkan berbagai tantangan dihadapi perempuan ketika menduduki posisi sebagai pemimpin. Meski demikian, Justi optimistis, ada solusi untuk berbagai tantangan yang dihadapi perempuan dalam dunia profesional.

“Jadi tantangannya berbagi energi, berbagi perhatian, kemudian lebih ke bagaimana mengajak mereka ini kalau bicaranya ke ujung itu kan akhirnya keterwakilan perempuan di level atas ya, itu mau naik terus. Kecenderungannya kalau sudah di level middle, sudah naik itu mereka mencukupkan diri nih, ini agak beratnya,” imbuh Justi.

“Kemudian tantangan lainnya terkait dengan bagaimana mereka siap untuk menerima tantangan di posisi yang lebih tinggi, meyakinkan bahwa memang perusahaan tuh perlu loh perempuan di level tinggi. Itu sebenarnya garis besarnya. Karene mencukupkan di posisi ini tuh itu yan menjadi kendala. Kalau urusan hal-hal  berbau knowledge itu bisa ditambah, tapi lebih kepada aspek personal,” lanjut Justi.

Lebih lanjut Justi pun mengungkapkan ihwal values yang harus dimiliki perempuan agar sukses di karir dan hidupnya. Namun sebelumnya, ia menegaskan bahwa setiap orang memiliki definisi kesuksesan yang berbeda-beda.

“Kalau ada yang suksesnya ini bisa membesarkan putra putrinya gitu maka mungkin pilihannya lebih banyaknya keluarga. Tapi kalau suksesnya juga menjadi wanita karir plus sukses di rumah nah itu berarti yang kita akan jadikan contohnya.

Justi bilang, valuesnya seorang perempuan bisa memunculkan kemampuan di level yang lebih tinggi lagi. Dari sisi valuesnya itu, kata Justi, seperti self confidence, self efficacy, dalam arti bagaimana perempuan memiliki keyakinan bahwa mereka sebenarnya mampu menangani tugas-tugas apapun.

“Nah kemudian juga bahwa perempuan memang maju sampai di posisi tententu itu bukan karena dia sendiri, memang ada support dari perempuan lain dan juga ada support dari laki-laki. Jadi bagaimana keduanya berkolaborasi. Lalu valuesnya juga bahwa mungkin kita menguatkan diri tak hanya secara fisik tapi juga secara mental. Lalu trust, kolaborasi, bisa dipercaya, kalau sifat-sifat lain mungkin heartfull juga bisa dikuatkan. Utamanya itu, meyakinkan bahwa kita bisa sampai ke sana dan everything will be alright,” papar Justi.

Terakhir, Justi pun menyampaikan harapan ke depannya soal keterisian kepemimpinan wanita di jajaran top level suatu perusahan. Justi menuturkan bahwa sebagai perempuan kita harus produktif di posisinya sebagai karyawan, dan juga berperan dalam hal reproduktif, yakni melahirkan generasi berikutnya yang juga bisa jadi sosok produktif.

“Harapan saya mungkin kalau terkait dengan faktor personal dikuatkan ya, jadi masing-masing bisa mengukur ada di posisi seperti apa, kemudian juga melihat, mengkalibrasi, perempuan tuh tuntutannya sampai dimana. Nah kemudian harapan dari luar, support yang dibutuhkan perempuan semoga bisa terpenuhi,” pungkas Justi.

“Memang bukan berarti ‘digelar karpet merah’ khusus untuk perempuan, tidak. Tapi mungkin kesempatan itu diberikan. Kalau saya sekarang sudah ada di level BOD minus 1, bukan karena perempuan harus ada di posisi sekian persen, tidak, tapi ada pembuktian dan sudah kami lakukan juga begitu,” sambung Justi.

Nah Beauty, sederet kontribusi Justi Ariesthiawati sebagai Ketua Srikandi TelkomGroup ini merupakan contoh bahwa ia mampu menjadi Kartini masa kini lewat caranya sendiri. Semoga kisahnya menginspirasimu, ya Beauty!

Artikel Pilihan