Menu

Gak Seindah Dongeng! Pernikahan Dini Justru Bisa Picu Depresi Berat pada Remaja Putri, Ternyata Ini Penyebabnya!

26 Juni 2023 11:35 WIB

Ilustrasi pernikahan dini (Geotimes.id/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Kasus pernikahan dini di Indonesia masih sering terjadi. Indonesia merupakan negara dengan pernikahan dini terbanyak di kawasan Asia Pasifik, dan tertinggi kedelapan di dunia. 

Satu dari setiap sembilan anak perempuan di Indonesia menikah sebelum mereka berusia 18 tahun. Kondisi ini disebabkan berbagai hal, termasuk terkait dengan kepercayaan, budaya, dan sebagainya. 

Di banyak komunitas, pernikahan dini dipandang sebagai cara untuk melindungi anak perempuan dan memastikan keamanan finansial. 

Seperti diketahui, pada 2019, pemerintah Indonesia merevisi Undang-Undang Perkawinan. Dalam hal ini, pemerintah menaikkan usia minimum bagi anak perempuan untuk menikah yakni 19 tahun, sama dengan laki-laki. 

Sebelumnya, dengan izin orang tua, anak perempuan diizinkan menikah dari usia 16 tahun. Namun tahukah Beauty, menikah tak selamanya indah, lho. 

Peneliti Health Economics di Center for Health Economics (CHE), Monash University, Australia, Danusha Jayawardana mengungkapkan, pernikahan dini bisa tingkatkan risiko depresi pada remaja putri. 

“Studi kuantitatif saya di Indonesia menunjukkan, pernikahan dini memiliki dampak negatif kuat terhadap kesehatan mental wanita. Menggunakan data dari lebih dari 5000 wanita Indonesia, saya menemukan menikah lebih awal, terutama pada usia 18 tahun menyebabkan depresi yang lebih tinggi,” ungkap Jayawardana, dalam penelitiannya yang diunggah di laman Lens Monash, Senin (26/6/2023). 

Lebih lanjut Jayawardana menuturkan, mobilitas kerja terbatas dan kesehatan fisik yang buruk adalah faktor mendasar potensial, berkontribusi pada depresi.

Penjelasan mendalam di halaman selanjutnya ya Beauty!

“Menikah di usia muda bisa menjadi pengalaman traumatis dan menegangkan bagi anak perempuan. Mereka sering dipisahkan dari keluarga dan teman-teman mereka, dan dipaksa untuk tinggal bersama suami dan keluarganya, meningkatkan risiko isolasi sosial mereka,” tutur Jayawardana. 

Tanggung jawab pernikahan, seperti melahirkan dan membesarkan anak, dapat memberikan tekanan fisik serta emosional yang signifikan pada gadis-gadis muda. Penelitian ini menunjukkan, mereka juga lebih mungkin menjadi korban kekerasan pasangan intim dan hubungan seksual paksa.

“Menurut penelitian psikologis, terus-menerus terpapar pengalaman buruk dan stres seperti itu dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, yang menyebabkan gangguan seperti depresi, kecemasan, dan serangan panik (panic attack),” ungkap Jayawardana. 

Lebih lanjut, Jayawardana mengatakan, pernikahan dini sering kali merupakan hasil dari ketidaksetaraan gender, mempengaruhi wanita secara hak proporsional, dan memperparah masalah kesehatan mental seperti depresi dan stres berat. 

“Hal ini dapat menyebabkan konsekuensi yang merugikan, karena individu dengan gangguan mental lebih rentan untuk terlibat dalam perilaku berisiko, seperti melukai diri sendiri,” ucapnya. 

Apakah kamu setuju Beauty?

Artikel Pilihan