Menu

Benarkah Mengonsumsi Sodium Dalam Jumlah Banyak Bisa Picu Penyakit? Cari Tahu Jawabannya di Sini Yuk Moms!

26 Juni 2023 23:05 WIB

Monosodium Glutamat (MSG) atau micin. (Freepik/poringdown)

HerStory, Jakarta —

Beauty, beberapa waktu lalu pemerintah Singapura mendorong warganya untuk beralih dari garam biasa ke alternatifnya yang rendah sodium. Dilansir dari Channel News Asia (CNA), warga Singapura mengonsumsi rata-rata 3.600 mg sodium. Padahal, batas harian konsumsi sodium oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 2.000 mg.

Survei Kesehatan Penduduk Nasional Singapura pada 2020 mengatakan hal ini menjadi faktor utama penyakit kardiovaskular, stroke, dan lainnya. Tren ini juga berlaku untuk semua kelompok usia, jenis kelamin, dan etnis.

Layaknya Singapura, Indonesia juga menerapkan batas atas konsumsi sodium pada 2.000 mg per hari. Batas ini diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Di mana penggunaan sodium terus meningkat dan bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan

Apakah garam alami yang lainnya lebih sehat?

Garam merah muda Himalaya, garam kosher, atau garam laut dianggap lebih sehat daripada garam biasa. Nyata garam jenis ini tidak mempunyai perbedaan kandungan nutrisi yang signifikan dibanding garam meja biasa.

Garam merah muda Himalaya mengandung lebih banyak potasium dibandingkan dengan garam meja. Garam kosher mirip dengan garam meja dan tidak mengandung jejak mineral atau yodium.

“Keberadaan mineral ini sangat kecil dan tidak menambah banyak nilai gizi. Lebih baik mendapatkan mineral ini dari makanan sehat lainnya untuk manfaat kesehatan yang lebih nyata," Ujar Carolyn Stephen, seorang ahli gizi senior di Singapore Polytechnic's Food Innovation and Resource Centre dalam siaran persnya, Senin (26/6/2023).


Lantas, apa MSG bisa menjadi alternatif pengganti garam?

Anggapan MSG berbahaya bagi kesehatan dimulai pada 1968-an. Seorang dokter AS menulis surat ke jurnal medis berjudul “Chinese Restaurant Syndrome.” Dalam dokumen tersebut, dia menggambarkan gejala seperti mati rasa di belakang leher, kelemahan umum, dan jantung berdebar.

Ia menduga, MSG yang dicampur bahan lain seperti anggur masak dan natrium dalam jumlah tinggi bisa menyebabkan gejala suatu penyakit. Namun, MSG atau monosodium glutamat ternyata bisa diproduksi oleh manusia tanpa didapatkan dari makanan.

MSG juga ditemukan di berbagai bahan makanan alami seperti tomat, jamur, dan bawang. Menariknya, MSG hanya mengandung sekitar 12% natrium daripada garam biasanya. Rasa umami dan asin bisa lebih terasa ketika menggunakan MSG daripada garam.

Penelitian terbaru juga membuktikan MSG bisa jadi pengganti garam dalam makanan kemasan seperti camilan atau sup. Dengan MSG, kandungan natrium bisa berkurang hingga 30% sampai 50%.

Bagaimana cara memastikan makanan enak jika menggunakan lebih sedikit garam atau beralih ke alternatif rendah sodium?

Presiden Asosiasi Nutrisi dan Diet Singapura, Dr Kalpana Bhaskaran mengatakan bahwa substitusi garam dengan varian rendah sodium tidak akan terlalu mengorbankan rasa. Bahkan, penelitian terbaru membuktikan orang yang diet asupan sodium akan lebih suka makanan yang rendah garam.

Menariknya, hanya dibutuhkan dua hingga tiga minggu untuk menyesuaikan makanan yang rendah garam. Penggunaan bumbu, rempah segar, jeruk, cuka, dan lain-lain bisa digunakan untuk meningkatkan rasa.

Selain itu, bawang merah, bawang putih, jahe, dan rempah-rempah seperti kunyit, merica, dan cabai juga dapat menonjolkan rasa dan aroma sehingga membuat makanan lebih nikmat tanpa perlu tambahan garam.

Nah, membaca label nutrisi dapat membantu seseorang membuat pilihan yang lebih jelas saat membandingkan produk makanan berdasarkan kandungan natriumnya. Kurangi konsumsi sodium saat makan di luar.

Misalnya, mintalah garam atau saus lebih sedikit saat memesan nasi goreng, tumisan sayur, atau jajanan kaki lima lainnya. Hindari menambah garam yang tersedia di atas meja, ya!

Share Artikel:

Oleh: Nailul Iffah

Artikel Pilihan