ilustrasi orang tua bertengkar depan anak (Klikdokter/Edited by HerStory)
Moms, kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dialami anak-anak akan mengakibatakan luka mendalam bagi mereka. Dalam beberapa kasus, trauma masa kecil ini juga bisa menyebabkan anak berlaku KDRT saat mereka dewasa.
Seperti kita ketahui Moms, KDRT adalah bentuk pelampiasan emosi kepada anggota keluarga, salah satunya anak, baik dalam bentuk kekerasan fisik maupun verbal.
Psikolog Anak dan Parenting Coach, Irma Gustiana mengungkapkan, pelampiasan emosi disebabkan banyak hal, salah satunya hubungan pernikahan yang tak sehat dan faktor ekonomi.
“Pasangan yang kerap bertengkar cenderung emosional ke anak dan berpotensi melakukan KDRT. Selain itu, faktor ekonomi akibat kebutuhan yang tak terpenuhi, tak merasa aman, cenderung menimbulkan stres,” ungkap Irma, dikutip HerStory dalam akun Instagram @parentalk.id, Kamis (29/6/2023).
Gak cuma pelampiasan emosi, penyebab lain KDRT adaah relasi kuasa yang menganggap anak harus nurut orang tua. Dalam hal ini, orangtua merasa lebih superior dan membenarkan semua tindakannya.
Hingga kini, banyak sosial budaya orang tua yang menganggap ‘gak apa-apa, itu cara saya disiplin anak’, ‘sudah diobrolin, damai aja’ juga menjadi penyebab KDRT.
Kendati demikian Moms, tindakan KDRT bisa dihindari. Tentunya, hal ini wajib dilakukan setiap orang tua agar anak tumbuh menjadi sosok yang baik dalam berperilaku.
“Kenali tombol marah kita, cari tahu penyebabnya agar lebih sabar dan waspada. Pegang kendali diri kita, misal atur napas saat terasa mulai marah, minum dan tenangkan diri,” tutur Irma.
Selain itu, Irma menyarankan para Moms untuk mengomunikasikan ke pasangan agar saling mengingatkan. Sebab, pasangan jadi alarm emosi dalam diri.
“Perbanyak juga quality time keluarga agar saling kenal, paham karakter dan kebutuhan anak. Komitmen bersama, di keluarga gak boleh ada kekerasan dalam bentuk apapun,” ucap Irma.
Adapun jika melihat keluarga mengalami KDRT, Irma menjelaskan, segera dokumentasikan bukti, dalam bentuk video, suara atau foto yang menunjukkan adanya tindak kekerasan.
“Laporkan segera mungkin ke pihak berwajib. Datangi konseling, psikolog anak agar korban mendapatkan penanganan tepat untuk meminimalisir traumanya,” tutup Irma.