Menu

BKKBN Ungkap Wanita dengan Anemia Berisiko Tinggi Lahirkan Bayi Stunting, Calon Moms Wajib Tahu!

11 Juli 2023 11:45 WIB

Ilustrasi ibu hamil mengalami anemia. (Hermina Hospitals)

HerStory, Jakarta —

Moms, stunting masih menjadi momok di Indonesia. Adapun faktor utama kelahiran bayi stunting sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kesehatan sang Moms. 

Salah satu penyakit pada Moms yang sangat berpengaruh pada kelahiran stunting adalah anemia. Anemia merupakan penurunan kadar hemoglobin darah di bawa normal berdasarkan usia dan jenis kelamin. 

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo menuturkan, wanita penderita anemia atau kekurangan energi kronis dapat dilihat dari Indeks Massa Tubuhnya. 

"Hasil berbagai kajian menunjukkan bahwa kejadian stunting dipengaruhi oleh faktor orangtua, terutama ibu seperti usia terlalu muda, anemia, dan kekurangan energi kronis, yang dapat dilihat dari Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Lengan Atas. Wanita yang hamil di usia muda memiliki potensi yang tinggi melahirkan anak yang stunting. Begitupun perempuan yang hamil dalam kondisi anemia dan kekurangan energi kronis," kata Hasto, dalam keterangan tertulis yang diterima HerStory, Selasa (11/7/2023).

Menurut Hasto, sangat perlu meningkatkan pemahaman remaja untuk mendapatkan informasi penyiapan kehidupan berkeluarga dan pencegahan stunting, terutama terkait kondisi anemia pada Moms. 

“Sebagai calon pasangan pengantin merupakan sasaran strategis dalam upaya pencegahan stunting dari hulu yang perlu mendapat penguatan pemahaman, kesadaran, dan perilaku yang positif sehingga menikah di usia yang ideal, memiliki status gizi dan kesehatan yang ideal, dan tidak anemia,” tambahnya.

Mengutip dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Dokter Gizi, dr. Nurul Ratna Mutu Manikam mengungkapkan, prevalensi Moms hamil mengalami anemia paling besar yang usianya muda, yaitu 15-24 tahun. 

Informasi lebih mendalam ada di halaman selanjutnya ya!

“Ibu-ibu yang mengalami anemia adalah yang hamil pada usia muda karena pernikahan dini. Banyak yang mengalami anemia, melahirkan dengan Berat Badan Lahir rendah (BBLR). Otomatis dengan BBLR sebagian besar mengalami anemia dan menjadi stunting. Kemudian karena anak sudah mengalami anemia di awal, pada masa balita juga anemia maka ini berlanjut terus sampai terjadi stunting,” tutur dr. Nurul.

Perlu diketahui Moms, sebanyak 50-60 persen anemia disebabkan defisiensi zat besi. Akibatnya, pembentukan sel darah merah menurun gak cukup membuat metabolisme tubuh menjadi normal. 

dr. Nurul menegaskan, Hb atau sel darah merah adalah transporter utama untuk oksigen. Nah Moms, oksigen digunakan oleh semua metabolisme tubuh yang ada di dalam sel. 

“Metabolisme sel itu butuh energi, protein (karena protein itu adalah zat pembangun), dan oksigen. Kalau salah satunya tidak tercukupi dengan baik, maka metabolismenya tidak berjalan dengan optimal. Akhirnya terjadinya faltering growth atau gangguan pertumbuhan yang nanti di kemudian hari bisa menjadi stunting,” papar dr. Nurul.

Oleh sebab itu, dr. Nurul menekankan aspek penting untuk mencegah stunting, salah satunya pemenuhan gizi sesuai panduan ‘Isi Piringku’. 

“Pola asuh yang benar dalam memberikan ASI, MPASI serta pemantauan tumbuh kembang hingga imunisasi juga penting. Terakhir, sanitasi penggunaan sarana air bersih, jamban, cuci tangan untuk cegah infeksi,” tutup dr. Nurul. 

Itulah pembahasan soal anemia dan stunting, semoga bermanfaat ya Moms!