Menu

Apa Saja Sih Kriteria Pasien Parkinson yang Bisa Menjalani Operasi DBS? Kepoin Infonya di Sini Beauty..

18 Juli 2023 09:15 WIB

Ilustrasi Dokter dan pasien (Freepik/Wiroj)

HerStory, Jakarta —

Beauty, parkinson adalah gangguan neurologis yang umum terjadi pada usia lanjut. Keluhan utama seperti gerakan melambat, gemetar (tremor), dan kekakuan pada sendi (rigiditas).

Seperti yang kita tahu Beauty, pasien parkinson bisa diobati dengen melakukan metode operasi DBS. Namun, setiap pasien memiliki keunikannya sendiri tergantung tingkat keparahan.

Operasi DBS atau Deep Brain Stimulation adalah salah satu prosedur yang membantu memperbaiki gejala parkinson dan meningkatkan kualitas hidup penyandangnya.

Dokter spesialis saraf RS Siloam Kebon Jeruk dr. Frandy Susatia, Sp.S, RVT p1, menjelaskan beberapa kriteria pasien yang cocok melakukan operasi DBS Parkinson:

1. Penegakan diagnosis penyakit Parkinson

Pasien harus memiliki diagnosis Parkinson yang ditegakkan dengan jelas. Tipe Parkinson yang lebih berat seperti Parkinson refraktori dapat menjadi indikasi untuk menjalani terapi DBS.

2. Telah maksimal dalam menggunakan obat

Pasien harus sudah mencoba dan memaksimalkan obat-obatan Parkinson yang tersedia dan tidak memberikan pengobatan yang memadai dalam mengontrol gejala, sehingga opsi bedah menjadi pertimbangan.

3. Tidak adanya efek samping yang signifikan dari obat

Pasien harus mampu mentoleransi efek samping dari obat obatan yang diberikan. Jika pasien tidak dapat mentoleransi efek samping terkait dengan obat-obat ini, maka opsi bedah bisa dianggap sebagai alternatif.

4. Kondisi medis lain yang stabil

Pasien harus dalam kondisi kesehatan yang cukup baik dan tidak memiliki penyakit medis lain yang bertentangan dengan operasi DBS. Pada pasien yang menderita penyakit medis lain seperti epilepsi yang tidak terkontrol atau terapi kanker sistemik, sebaiknya menunda operasi DBS ini.

5. Usia pasien

Umur pasien yang direkomendasikan tidak lebih dari 75 tahun, namun demikian tetap diperlukan diskusi antara pasien, dokter, dan keluarga.

6. Kualitas hidup pasien

Pasien harus memiliki keinginan untuk memperbaiki kualitas hidup dan memperbaiki cara hidup sehat. Pasien harus mengerti bahwa operasi DBS Parkinson bukanlah obat ajaib yang akan menghilangkan penyakit, tetapi metode pengobatan yang bertujuan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

Keputusan pilihan untuk menjalani operasi DBS harus didasarkan pada evaluasi yang cermat dan diskusi antara pasien, dokter spesialis saraf, dan keluarga.

Proses Pemasangan Elektroda DBS pada Pasien Parkinson

Di kesempatan yang sama, Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, dokter spesialis bedah saraf di RS Siloam Lippo Village Karawaci1, menyebut langkah pertama dalam pemasangan elektroda DBS adalah dengan melakukan pemeriksaan MRI.

"MRI sebuah prosedur pemindaian tubuh yang menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menciptakan gambaran detail dari otak. Membantu dokter untuk menentukan area yang akan diberikan stimulasi," jelas  dr. Made dalam siaran pers, Senin (17/7/2023).

Prosedur berikutnya adalah memasang frame penyangga kepala. Frame ini akan membantu mengamankan kepala pasien agar dapat dilakukan pemetaan otak yang lebih tepat.

Setelah frame dipasang, dokter melakukan pemetaan otak. Hal ini dilakukan menggunakan teknologi yang disebut trajectories. Trajectories sendiri berfungsi untuk menentukan rute yang tepat memasukkan elektroda ke otak, sehingga dapat melakukan stimulasi.

Dokter akan memasukkan elektroda DBS ke otak melalui lubang kecil pada tengkorak. Kemudian elektroda dipasang melalui sebuah tabung khusus yang memungkinkan dokter untuk memasang elektroda tersebut dengan tepat dan terkendali. 

Setelah elektroda dipasang, dokter akan mengaktifkan stimulator. Stimulator ini berperan untuk mengirimkan sinyal elektrik melalui elektroda ke otak dan memengaruhi sistem saraf yang mengendalikan gerakan.

Dokter akan menentukan frekuensi optimal dan arus listrik yang diperlukan untuk mengendalikan gejala Parkinson. Ketika prosedur selesai, pasien dimasukkan ke ruang pemulihan untuk dipantau oleh dokter dan tim medis.

Pasien menjalani beberapa sesi pemograman dan disarankan untuk melakukan beberapa aktivitas fisik saat tangan dan kaki distimulasi oleh DBS. Selama beberapa hari setelah operasi, pasien dalam pengawasan tim medis. Hal ini dilakukan untuk memantau kemajuan pasien serta memeriksa adanya komplikasi yang mungkin muncul. 

Selain itu, pasien diharuskan untuk menjalani sesi pemrograman ulang ketika dibutuhkan. Metode DBS merupakan metode yang memerlukan keterampilan khusus. Pasalnya, tidak semua dokter spesialis bedah saraf boleh atau mampu melakukan operasi DBS tersebut. Seorang dokter spesialis bedah saraf harus memiliki sertifikasi dan untuk mendapatkannya.

Di mana dokter harus menjalani pelatihan selama berbulan-bulan di lembaga sertifikasi yang letaknya saat ini masih dilakukan di luar Indonesia. 

Share Artikel:

Oleh: Nailul Iffah

Artikel Pilihan