Menu

Gatal di Kulit Bisa Jadi Pertanda Kamu Mengidap Diabetes, Waspada ya Beauty!

27 Juli 2023 08:50 WIB

Alat cek gula darah. (Pixabay/Steve Buissinne)

HerStory, Jakarta —

Beauty, diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin dan kerja insulin atau kedua duanya.

Diabetes melitus terjadi pada seseorang akibat kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) karena jumlah hormon insulin yang kurang atau jumlah hormon insulin cukup tetapi kurang efektif (resistensi insulin).

Sehingga kadar glukosa darah yang tinggi dalam tubuh gak bisa dipergunakan sebagai bahan energi/ tenaga dalam sel tubuh terutama sel otot.

Akibatnya, seseorang akan kekurangan energi sehingga mudah lelah, banyak makan tetapi berat badan terus menurun, sering buang air kecil dan banyak minum.

Selaras dengan hal itu, dr. Marini Siregar, SpGK, dokter spesialis gizi klinik menjelaskan, “Diabetes merupakan penyakit yang ‘akrab’ kita dengar, padahal sebenarnya merupakan silent killer yang berbahaya," saat media brief beberapa waktu lalu.

Jenis Diabetes

Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kurangnya hormon insulin dalam tubuh yang dihubungkan dengan proses autoimun serta sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Sedangkan pada diabetes tipe 2, tubuh bisa menghasilkan insulin secara normal, tetapi insulin tidak digunakan secara normal. Kondisi ini dikenal juga sebagai resistensi insulin.

Diabetes tipe 1 maupun diabetes tipe 2 bisa menyebabkan berbagai komplikasi yaitu penyakit kardiovasukular, stroke, penyakit syaraf (neuropati) , penyakit ginjal (nefropati), dan penyakit mata (retinopati)

Sementara itu gejalanya bisa dilihat, mulai dari sering buang air kecil hingga kulit merasa gatal,

"Beberapa gejala yang mudah dikenali seperti rasa haus dan lapar yang berlebih, sering buang air kecil, penurunan berat badan secara tiba-tiba, lemah badan, cepat lelah, penglihatan mulai kabur, luka sembuh secara lambat, gatal – gatal pada kulit,” jelas dr. Marini.

Informasi faktor resiko ada di halaman selanjutnya ya Beauty!

Beberapa faktor risiko diabetes meliputi:

  • Riwayat keluarga
  • Usia (> 45 tahun)
  • Riwayat diabetes melitus gestasional atau melahirkan bayi BBL > 4000 gr
  • Berat badan berlebihn (obesitas)
  • Aktivitas fisik kurang
  • Diet yang tidak sehat
  • Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular

Jika memiliki faktor risiko seperti di atas, sebaiknya ubah pola hidup seperti pemilihan asupan makanan yang mengandung nutrisi seimbang dan rutin olahraga.

“Olahraga yang dilakukan tak perlu yang berat, bisa jalan sehat, lari, atau bersepeda. Selain itu, kita juga harus bisa mengelola stres, karena saat stres, kadar gula darah akan naik, sehingga pada akhirnya tidak bisa mengelola diabetes dengan baik pula,” jelas dr. Marini.

Ditambahkan dr. Marini, masyarakat dan para diabetisi juga perlu menjauhi alkohol dan rokok. Karena keduanya memicu diabetes untuk berkomplikasi menjadi penyakit yang lebih parah, seperti penyakit jantung, stroke, hingga penyakit mata.

“Di luar itu semua, yang menjadi kunci utama adalah memerhatikan asupan makanan sehat untuk diabetisi. Makan sehat sangat penting, karena apa yang kita makan memengaruhi kadar gula darah. Makanan harus memiliki zat gizi seimbang," jelas dr Marini.

"Sebisa mungkin, setiap kali makan, asupan makanan terdiri dari makanan sumber karbohidrat , protein, sayur dan buah. Jenis karbohidrat yang diasup merupakan hal penting karena memengaruhi kadar gula darah," sambung dr Marini.

Idealnya makanan yang akan dikonsumsi kaya akan serat, vitamin, mineral serta rendah akan gula tambahan, lemak ataupun sodium.

“Pada kondisi tertentu di mana asupan makan gak adekuat, pasien DM bisa mengonsumsi suplemen nutrisi agar kadar gula darah terkontrol, aktivitas berjalan lancar dan bisa mempertahankan kualitas hidup diabetisi,” ungkap dr. Marini.

Salah satu jenis gula yang bisa dikonsumsi oleh diabetisi adalah isomaltulosa. Zat yang mirip sukrosa, mampu bertahan lebih lama, konstan dalam hal penyediaan energi yang diperlukan tubuh dan otak dibandingkan sukrosa.

"Isomaltulosa yang masuk bersama makanan/minuman akan diserap oleh tubuh 26-45% lebih lambat dari jenis gula lainnya dengan demikian gula darah stabil dan menimbulkan efek kenyang yang lebih lama,” tambah dr Marini.

Isomaltulosa memungkinkan pasokan energi yang seimbang dan berkelanjutan, mendukung diet rendah glikemik rendah, meningkatkan metabolisme, manajemen berat badan dan pembakaran lemak, serta memfasilitasi produk yang aman juga bagi gigi.

“Intinya, kandungan ini menjadi salah satu kunci keseimbangan nutrisi harian diabetisi. Hasilnya akan lebih maksimal karena juga disinergikan dengan Whey, Omega 3, Omega 6, dan natrium yang rendah,” tutup dr Marini.