Ilustrasi perempuan dengan disabilitas (iStockphoto/x-reflexnaja)
Penyandang disabilitas masih kerap menjadi korban kekerasan seksual dan penyalahgunaan organ reproduksinya. Sebab, mereka memiliki hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), sepanjang 2021 terjadi 987 kasus kekerasan terhadap anak penyandang disabilitas, yakni sebanyak 264 anak laki-laki dan 764 anak perempuan. Data yang sama mengungkapkan, jenis kekerasan paling tinggi jumlah korbannya adalah kekerasan seksual, sebanyak 591 korban.
Melihat kondisi tersebut, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tengah, Tenny C. Soriton menegaskan, penyandang disabilitas juga berhak mendapatkan layanan kesehatan reproduksi.
“Layanan kesehatan reproduksi (kespro) yang menjangkau remaja disabilitas, termasuk para orang tuanya, sangat dibutuhkan. Salah satunya melalui edukasi kespro bagi para penyandang disabilitas. Caranya, dengan memperkenalkan kespro sejak dini, melalui penggunaan bahasa dan cara yang sangat sederhana,” ucap Tenny, dalam keterangan tertulis, diterima HerStory, Senin (31/7/2023).
Menurut Tenny, hal ini diperlukan agar penyandang disabilitas mengetahui bagian-bagian privasi diri mereka yang gak boleh disentuh orang lain. Pembinaan kesehatan reproduksi sendiri bertujuan mencegah dan melindungi remaja dari perilaku seksual berisiko.
Oleh sebab itu, diperlukan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), konseling dan pelayanan klinis medis.
Senada dengan Tenny, tim Kerja Kesehatan Reproduksi Perwakilan BKKBN Sulteng, Rosalia Palinggi mengatakan, penyandang disabilitas harus mendapatkan kesempatan yang sama dalam pengembangan kemandirian.
“Termasuk kemampuan dalam menjaga dan memelihara kesehatan reproduksi. Keterbatasan mobilisasi dan akses terhadap informasi tentang kesehatan reproduksi menjadi salah satu penyebab timbulnya kasus pelecehan seksual pada remaja penyandang disabilitas,” kata Rosalia.
Informasi tentang pendidikan sosial ada di halaman selanjutnya Beauty!
Pendidikan seksual mengenai bagian-bagian anggota tubuh, kegunaan, serta cara merawatnya masih sering dianggap tabu atau gak sopan untuk menjadi bahan komunikasi di antara orangtua dan anak, khususnya remaja.
Kondisi ini menjadi alarm bagi pemerintah dan juga keluarga agar memberikan perhatian terhadap kesehatan reproduksi melalui komunikasi yang interaktif. Tidak hanya pada anak atau remaja memiliki kondisi kesehatan baik, tetapi juga yang berkebutuhan khusus.
“Atas dasar tersebut, perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah melaksanakan kegiatan pembinaan kespro bagi remaja penerima manfaat kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan perilaku positif kepada kelompok remaja yang tidak mendapatkan pendidikan formal. Khususnya penyandang disabilitas tentang kesehatan reproduksi dan pencegahannya,” ungkap Rosalia.
Kegiatan kespro bagi remaja disabilitas merupakan kali ke dua dilaksanakan pada 2023 dengan melibatkan forum Generasi Berencana Sulteng. BKKBN juga menghadirkan Juru Bahasa Isyarat (JBI) untuk menginterpretasikan percakapan dan informasi yang disampaikan fasilitator kepada penyandang disabilitas tuna rungu.