Aplikasi New SIGA. (Istimewa: BKKBN/Edited by HerStory)
Angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022, prevalensi stunting Indonesia tercatat 21,6 persen.
Angka ini masih jauh dari target penurunan prevalensi stunting yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, yakni 14 persen pada 2024.
Melihat kondisi tersebut, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bekerja sama dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) resmi hadirkan buku “Menu Bergizi Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) Nusantara bagi Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak Baduta” di 13 provinsi.
Ketiga belas provinsi tersebut meliputi Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Papua.
Buku ini memuat menu dan informasi pemanfaatan bahan pangan lokal yang diolah menjadi makanan bergizi. Tentunya, makanan bergizi diperlukan guna memenuhi nutrisi Moms hamil, Moms menyusui, dan anak baduta.
Buku ini diluncurkan dalam rangka sinkronisasi dan sinergisitas Kebijakan Pembangunan Berwawasan Kependudukan yang diselenggarakan secara virtual. Selain itu, mencegah stunting merupakan program prioritas pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan dan perkembangan anak-anak.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara memperbaiki asupan makanan bergizi seimbang. Selain itu, perlu juga memanfaatkan keanekaragaman pangan lokal yang tersedia di masing-masing wilayah.
Mencermati kondisi status gizi para keluarga, anak-anak, dan juga calon Moms, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengungkapkan, berdasarkan data pada aplikasi elsimil (siap nikah siap hamil), angka kurang energi kronis (KEK) ataupun anemia masih sangat besar.
"Kemarin saya ke Jogja. Kemudian saya lihat angka (KEK) di sana, ternyata masih sangat besar jumlahnya. Ini kenyataan dan menjadi tugas kita semua untuk bisa mengatasi," ucap Hasto, dalam keterangan tertulis, diterima HerStory, Jumat (11/8/2023).
Oleh karena itu, permasalahan gizi dan nutrisi menjadi tantangan nyata. Menurut Hasto, berbagai nutrisi penting seperti folat sangat diperlukan untuk mencegah kelahiran stunting.
"Kita tahu hari ini angka kelainan atau cacat kongenital juga cukup tinggi. Punya underline, problem karena defisiensi nutrisi. Adanya asam folat yang defisiensi akan mengganggu pertumbuhan otak, sumsum tulang yang juga bisa terganggu sehingga banyak terjadi kelahiran cacat," tutur Hasto.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum AIPGI, Hardinsyah menyambut baik Buku Menu Bergizi Dashat Nusantara. Harapannya, diterbitkannya buku ini, masyarakat bisa mengetahui menu makanan bergizi untuk mencegah stunting pada anak.
“Langkah jitu menekan pertambahan kasus stunting adalah dengan tindak pencegahan. Dilakukan mulai dari ibu hamil, ibu menyusui, dan anak baduta. Lalu, kita membuatnya secara digital di mana ada web erlina namanya, erlina.co.id. Yang di dalamnya menyajikan tips-tips seorang ibu mempersiapkan kehamilan sesuai arahan Kepala BKKBN,” tutup Hardinsyah.