Jerawat Pada Bayi (Sumber/KlikDokter)
Polusi sangat menghantui kondisi udara di Indonesia. Terutama di wilayah Jabodetabek, kualitas udara kini masuk kategori tak sehat.
Gak cuma memengaruhi kesehatan orang dewasa, kualitas udara yang tercemar polusi juga berbahaya bagi bayi. Diketahui, imun bayi sangat lemah tak sekuat orang dewasa.
Direktur Eksekutif Unicef, Anthony Lake mengungkapkan, dampak berbahaya dari polusi udara adalah menghambat pertumbuhan otak bayi.
“Polusi tidak hanya membahayakan paru-paru bayi yang sedang berkembang. Polusi juga dapat merusak otak mereka yang sedang berkembang secara permanen dan, dengan demikian, masa depan mereka," ucap Lake, sebagaimana dikutip HerStory dari Their World, Senin (14/8/2023).
Lebih lanjut, Unicef menjelaskan bagaimana polusi udara, berdampak pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak, terutama perkembangan otaknya.
Partikel polusi halus dan sangat kecil dapat memasuki aliran darah lalu berjalan ke otak. Lebih lanjut, polisi menjadi penghalang darah ke otak, yang dapat menyebabkan peradangan saraf.
Sejumlah partikel polusi, seperti ultrafine magnetite, memasuki tubuh melalui saraf penciuman dan usus. Nah Moms, muatan magnet dari polusi menimbulkan stres oksidatif yang diketahui menyebabkan penyakit neurodegeneratif.
Selain itu, partikel seperti hidrokarbon aromatik polisiklik, merusak area di otak yang sangat penting dalam membantu neuron untuk berkomunikasi, dasar pembelajaran, dan perkembangan anak.
Perlu Moms ketahui, otak bayi sangat rentan bahkan ketika terpapar dosis kimia beracun yang paling kecil. Adapun langkah tepatnya, Unicef mendorong setiap negara menjaga lingkungan lebih aman dan bersih.
“Melindungi anak-anak dari polusi udara gak hanya menguntungkan. Ini juga bermanfaat bagi masyarakat agar mengurangi biaya perawatan kesehatan, peningkatan produktivitas, serta lingkungan aman dan bersih untuk semua orang,” tutup Lake.