Menu

Jantung Sering Berdebar Pascamenopause, Yuk Kenali Penyebabnya dan Cara Mencegahnya, Simak Moms!

31 Agustus 2023 15:10 WIB

Ilustrasi aritmia jantung (Freepik/pch.vector)

HerStory, Jakarta —

Setiap wanita, tentu akan mengalami menopause atau berhentinya menstruasi. Gak sekadar berhenti, menopause umumnya disertai dengan berbagai gejala penyakit, salah satunya kondisi jantung berdebar terus-menerus. 

Kondisi tersebut juga disertai dengan insomnia. Penting untuk diketahui, Moms, masalah kesehatan ini dikenal sebagai fibrilasi atrium atau AFib. 

Irama jantung yang gak teratur, bergetar atau seringkali sangat cepat dihasilkan dari ruang atas jantung, atrium. Nah, detaknya ini gak sinkron dengan ruang bawah atau ventrikel, menurut Mayo Clinic. 

AFib ini juga disertai dengan sakit kepala atau sesak napas. Meski tak mengancam jiwa, kondisi ini dapat meningkatkan risiko pembekuan darah, stroke, gagal jantung, dan komplikasi lainnya. 

Menurut Studi di Journal of The American Heart Association, Susan Zhao, fibrilasi atrium merupakan penyakit pada sistem konduksi listrik dan rentan terhadap perubahan hormon yang berasal dari stres serta kurang tidur. 

Penulis studi ini meninjau data dari kuesioner dari 83.000 wanita berusia rata-rata 64 tahun. Mereka telah direkrut ke dalam studi Inisiatif Kesehatan Wanita yang berbasis di Amerika Serikat antara tahun 1994 dan 1998.

Kuesioner membahas riwayat medis peserta, kebiasaan kesehatan, peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, dukungan sosial, kebiasaan tidur, dan rasa optimisme. Peristiwa kehidupan penuh tekanan termasuk pelecehan, kehilangan orang yang dicintai, masalah keuangan, perceraian dan penyakit.

Selama periode penelitian sekitar satu dekade, penulis menemukan, 25% wanita atau sekitat 23.954, mengalami AFib.

Ahli jantung sekaligus direktur medis Atria New York City, Nieca Goldberg menuturkan, studi ini menunjukkan ada hubungan jantung dan otak ketika datang ke fibrilasi atrium.

"Ini penting, karena sering ketika wanita pergi ke dokter dengan gejala jantung, mereka diberitahu bahwa itu hanya stres," tutur Goldberg, sebagaimana dikutip HerStory dari CNN Health, Kamis (31/8/2023). 

Para penulis menegaskan, masih lebih banyak penelitian diperlukan untuk menentukan mengapa stres dan aspek kesejahteraan lainnya dapat memengaruhi risiko pengembangan AFib. Tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, obesitas, serangan jantung, gagal jantung dan penyakit tiroid juga menjadi faktor risiko AFib. 

Nah, guna mencegah risiko AFib, penting untuk memerhatikan pola hidup, seperti asupan makanan, tidur secara teratur, dan banyak olahraga. 

“Ada perawatan yang bisa dilakukan, seperti menghindari kafein dan alkohol sebelum tidur. Lalu, hindari perangkat pintar sebelum tidur. Olahraga teratur dan berhubungan dengan orang yang dicintai juga dapat membantu mengurangi stres,” tutup Goldberg. 

Share Artikel:

Oleh: Ummu Hani

Artikel Pilihan