Menu

Waspada Aritmia, Jadi Penyebab Seseorang Alami Kematian Mendadak, Yuk Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya Moms!

03 September 2023 13:10 WIB

Ilustrasi aritmia jantung (Freepik/pch.vector)

HerStory, Jakarta —

Beauty, aritmia atau gangguan irama jantung seringkali dialami banyak orang tanpa adanya kelukahan. Namun, hal tersebut harus diwaspadai karena berisiko pada penderitanya dan tak jarang bisa menyebabkan kematian mendadak.

Dijelaskan oleh dewan Penasehat InaHRS/PERITMI Dr. dr. Dicky Armein Hanafy, Sp.JP (K),FIHA, FAsCC, aritmia atau gangguan irama jantung berupa denyut jantung yang terlalu cepat, terlalu lambat, atau denyut jantung yang tidak teratur. 

Umumnya aritmia bergejala ringan, seperti berdebar, pusing, kliyengan, tetapi juga dapat berakibat fatal, yaitu terjadinya stroke, gagal jantung maupun pingsan. Ririko serangan stroke lebih tinggi hingga mengancam jiwa.

"Dan yang paling fatal dari gangguan irama jantung ini adalah kematian jantung mendadak (KJM)," jelas dr Dicky saat konferensi pers, Selasa (29/8/2023).

Sayangnya, jumlah pasien aritmia di Indonesia terus meningkat dari waktu ke waktu. Namun, penanganan pasien aritmia di Indonesia masih menjadi tantantan besar di bidang kesehatan.

Berdasarkan data 2023, prevalensi aritmia secara umum diperkirakan sekitar 1,5% sampai 5% pada populasi global. Aritmia yang paling sering terjadi adalah Fibrilasi Atrium (FA), dengan prevalensi global mencapai 46,3 juta kasus. 

Diperkirakan pada 2050, prevalensi FA akan terus meningkat hingga mencapai 6-16 juta kasus di Amerika Serikat, 14 juta kasus di Eropa, dan 72 juta kasus di Asia (di Indonesia diperkirakan mencapai 3 juta).

"Individu dengan FA mempunyai risiko 5 lima kali lebih tinggi untuk terjadinya stroke dibanding individu tanpa FA," tambah dr Dicky.

Gejala-gejala aritmia dapat menimbulkan komplikasi yang membahayakan, seperti stroke, gagal jantung dan kematian mendadak. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan seseorang menderita aritmia, yaitu faktor usia, penyakit jantung koroner, penggunaan narkoba atau zat-zat tertentu, konsumsi alkohol berlebihan, mengonsumsi obat-obat tertentu, merokok dan mengonsumsi kafein berlebihan.

Penanganan aritmia dapat dilakukan dengan tindakan kateter ablasi yaitu tindakan untuk detak jantung yang tidak teratur dan terlalu cepat dengan menggunakan kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah ke jantung. Tindakan ablasi menjadi pilihan utama karena tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Sedangkan obat-obatan hanya dapat meredam kemunculan aritmia tetapi tidak menyembuhkannya.

"Penanganan aritmia juga dapat dilakukan dengan pemasangan alat Implantable Cadioverter Defibrillator (ICD) untuk mencegah kematian jantung mendadak," kata dr Dicky.

Fungsi ICD pada dasarnya untuk mengembalikan fungsi jantung dengan cara memberikan kejut listrik ketika terjadi gangguan irama jantung. ICD adalah sebuah alat berukuran kecil yang ditanam di dalam dada untuk mengembalikan irama jantung yang tidak normal.

"Perangkat ICD mempunyai baterai yang dapat bertahan hingga 8 tahun, bergantung pada frekuensi kerja alat tersebut," tutup dr Dicky.

Share Artikel:

Oleh: Nailul Iffah