Menu

Jangan Berlarut-larut, Inilah 4 'Bahaya' yang Bakal Beauty Alami Jika Patah Hati, Move On Yuk!

14 September 2023 19:00 WIB

Ilustrasi wanita yang patah hati (Unsplash/Kat J)

HerStory, Jakarta —

Beauty tahukah kamu ternyata ada penelitian yang menyebutkan jika patah hati bisa sebabkan gangguan kesehatan lho!

Selain itu mengutip konten sindikasi genpi.co, ternyata patah hati tak hanya berdampak terhadap kondisi psikologis, tapi juga bisa berdampak buruk terhadap fisik.

Ironisnya, masalah kesehatan yang timbul akibat patah hati bisa menjadi sangat serius di beberapa kasus.

Berikut beberapa gangguan kesehatan yang dialami tubuh saat patah hati

1. Stres mental dan fisik

Saat terancam, tubuh ternyata membangun respons fight or flight merujuk pada reaksi fisiologis yang timbul akibat suatu pemicu stres, baik secara mental maupun fisik.

Akibat merespons stres, sistem saraf simpatetik dalam otak akan diaktifkan untuk pelepasan sejumlah hormon secara tiba-tiba. Namun, produksi hormon di saat tubuh tidak membutuhkannya akan membawa sejumlah masalah lain, seperti sesak napas, jantung berdebar kencang akibat produksi kortisol dan adrenalin, badan linu akibat produksi kortisol berlebih, dan penumpukan lemak dalam tubuh.

Jika saat patah hati Beauty  merasa nafsu makan sangat jauh berkurang, ini adalah akibat dari produksi kortisol dalam tubuh yang meningkat.

Sementara itu, produksi asam lambung pun meningkat dan memberikan rasa tidak nyaman dalam perut.

2. Tekanan darah tinggi

Seseorang yang memiliki riwayat darah tinggi yang dilanda stres perlu waspada.

Pasalnya, peningkatan tekanan darah dalam waktu singkat bagi orang-orang dengan kondisi ini bisa mendorong terjadinya krisis hipertensif.

Hal tersebut akan menyebabkan gejala seperti sakit kepala, kesulitan bernapas, bahkan mimisan.

3. Rasa sakit dan rasa rindu

Penelitian dalam Journal of Neurophysiology tahun 2010 mengungkapkan, bahwa kamu dipaksa untuk berpisah setelah menghabiskan sebagian hidup dan terbiasa dengan kehadiran seseorang yang dicintai.

Oleh sebab itu, otak akan mengirimkan sinyal rasa sakit ke sekujur tubuh dan menimbulkan berbagai gejala withdrawal serius, layaknya orang sakaw. Selain itu, penelitian dengan mengharuskan 15 orang yang baru saja putus cinta untuk memandangi foto mantan pacar, hasilnya otak bisa memicu rasa sakit saat melihat foto mantan mereka.

Sakit kepala mencengkeram, tidak nafsu makan, susah tidur yang dialami akibat putus cinta ternyata bisa dibuktikan secara ilmiah.

Hal tersebut ternyata akibat dari penurunan kadar dopamine dan oxytocin, senyawa kimiawi yang membuat bahagia, tergantikan oleh kadar kortisol (hormon stres) yang meningkat. Kondisi itu, persis dengan gejala fisik akibat putus obat yang dialami oleh pengguna kokain.

4. Rambut rontok dan jerawatan

Penelitian yang dimuat dalam The New York Post tahun 2007 berhasil mengesampingkan faktor-faktor penyebab umum jerawat seperti polusi, dan memastikan bahwa stres benar-benar dapat mengakibatkan peradangan jerawat.

Menurut peneliti itu, bahwa sebesar 23 persen kasus peradangan jerawat muncul saat orang-orang berada di bawah tekanan stres yang sangat tinggi, seperti saat sedang patah hati. Menurut konsultan kesehatan di mayoclinic.org, Daniel K. Hall-Flavin, M.D, bahwa ada sejumlah alasan mengapa stres dapat mengakibatkan kerontokan rambut.

Pasalnya, produksi hormon akibat stres akan melonggarkan folikel rambut secara bertahap, menyebabkan helaian rambut rontok saat disisir atau sedang mencuci rambut.

Artikel ini merupakan konten sindikasi Herstory dengan Genpi.co.

Artikel Pilihan