Menu

Hal Kecil Berdampak Besar, Benarkah Media Sosial Bisa Bikin Rumah Tangga Hancur Berantakan? Catat Ya Moms Pencegahannya!

08 Januari 2024 23:25 WIB

Ilustrasi pasangan gak cocok sebelum menikah (Freepik/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Rupanya, dialog dalam rumah tangga sangat penting lho Moms! Hla itu diungkapkan oleh Akademisi dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang menekankan bahwa ternyata keretakan rumah tangga bisa dipengaruhi karena komunikasi yang buruk antar keluarga.

"Ayah, ibu, dan anak-anak kita sebenarnya memiliki komunikasi dan kolaborasi yang sangat baik ketika semuanya bisa dikondisikan," ujar Alwiyah dalam diskusi Parenting Moderasi Beragama di perayaan Hari Amal Bhakti Kementerian Agama di JCC Senayan, Senin (8/1/2024).

Alwiyah menyoroti era modernisasi saat ini yang membuat seseorang ataupun anggota keluarga cenderung terpaku pada media sosial daripada dunia nyata.

Kecanduan terhadap media sosial tersebut kerap berdampak pada kurangnya komunikasi dan perhatian dari orang tua kepada anak-anaknya.

"Hal tersebut dapat membuat hubungan menjadi renggang, bahkan jika tidak bijak, faktor digital dapat merusak ikatan keluarga," kata dia.

Instruktur Moderasi Beragama Kemenag itu juga menyinggung soal keterkaitan moderasi beragama dengan pola pengasuhan anak. Orang tua harus saling membuka ruang dialog di antara anggota keluarga dan tak boleh membatasi diri.

"Moderasi beragama menjadi pondasi dan semangat untuk para orang tua dan anak-anak agar hubungan keluarga menjadi lebih baik," ujarnya.

Sementara itu, artis ibu kota Mona Ratuliu yang menjadi narasumber dalam diskusi tersebut memberikan pandangannya terkait tantangan yang dihadapi keluarga modern.

Ia mengatakan bahwa banyak keluarga cenderung mencari bantuan dari guru atau profesional seperti psikolog ketika menghadapi masalah.

Bagi Mona, yang lebih penting adalah pandangan orang tua terhadap konsultasi tersebut. Ia menekankan bahwa orang tua memiliki tanggung jawab penuh terhadap tumbuh kembang anak-anak mereka.

"Jangan hanya mengandalkan psikolog atau guru. Menjadi orang tua itu seperti menjadi murid seumur hidup. Belajar terus untuk memahami cara berkomunikasi dengan anak-anak yang berkembang, baik itu balita maupun anak yang sudah kritis," kata dia.