Ilustrasi KDRT. (Pixabay/Edited by HerStory)
Moms, ternyata perbedaan finansial yang didapatkan istri dan suami bisa jadi salah satu faktor yang menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Psikolog Klinis Forensik lulusan UI, A Kasandra Putranto menyatakan bahwa suami mungkin merasa insecure sehingga akhirnya berusaha untuk menampilkan reaksi yang sifatnya ingin menunjukkan kekuasaan.
"Ketika perempuan mungkin punya penghasilan yang lebih tinggi, lalu suaminya punya penghasilan yang lebih rendah, yang paling umum terjadi biasanya suami ini mungkin merasa insecure sehingga akhirnya berusaha untuk menampilkan reaksi yang sifatnya ingin menunjukkan kekuasaan," katanya kepada Antara dikutip melalui sindikasi Suara.com, Senin (15/1/2024).
Menurut Kasandra, untuk menghindari konflik yang memicu kekerasan dibutuhkan komunikasi dan toleransi masing-masing pihak.
"Ketika toleransi (dari pihak salah satu pihak) itu rendah, lalu pihak lainnya penerimaannya juga rendah, maka otomatis masalah ini akan bertambah," ujarnya.
Kasandra menyampaikan jika konflik akibat kesenjangan finansial itu akan semakin berkembang apabila sumber pendapatan hanya bergantung pada pendapatan istri.
"Apalagi kalau sandwich generation yang terjepit harus menanggung anak dan orang tua, belum lagi kalau ada adik-adik. Ini akhirnya berpotensi mengandung konflik," ujarnya.
Namun, Kasandra menekankan bahwa kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya dipicu oleh faktor finansial, melainkan faktor psikologis, serta faktor sosial.
Tidak hanya tekanan dari lingkungan keluarga, Kasandra mengatakan bahwa tekanan dari masyarakat sekitar juga dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga.
"Netizen juga sering berperan ya ketika tahu 'oh suaminya di rumah, istrinya yang kerja kenapa istrinya yang kerja suaminya yang di rumah' itu bisa memberikan tekanan," sebutnya.
Komentar dari lingkungan sekitar, lanjut Kasandra, akan memberikan tekanan. Sehingga konflik akan timbul saat penghasilan istri lebih besar dari suami.
"Ketika konflik berkelanjutan, akhirnya bisa meningkat menjadi sebuah kekerasan," katanya.
Disampaikan Kasandra, untuk mengubah perilaku tindak kekerasan dibutuhkan tekad dan niat yang kuat dari pelaku kekerasan tersebut.
"Yang paling penting itu ada niat nomor satu, kemudian kedua ada semacam introspeksi diri, lalu kemudian melihat mau diubahnya ke arah mana. Kalau perlu tentu dengan bantuan psikolog agar lebih lebih termonitor," tegas dia. (Antara)
Lihat Sumber Artikel di Suara.com
Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama HerStory dengan Suara.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel yang tayang di website ini menjadi tanggung jawab HerStory.