Menu

Hasyakyla Kakak Adhisty Zara Dibully Gegara Tatoan, Kenapa Sih Stigma Tato Sangat Buruk?

01 Februari 2024 09:55 WIB

Adhisty Zara dan Hasyakyla Utami. (Instagram/zaadhsty)

HerStory, Jakarta —

Netter belakangan ini tengah membicarakan aksi Hasya Kyla kakak perempuan dari Adhisty Zara yang mengunggah video curhatannya di akun X pribadinya.

Ia menangis tersedu-sedu karena perasaannya campur aduk dan sangat marah.

Pasalnya, ia merasa kesal mendapatkan bully-an karena tato yang ada di tubuhnya karena diulas oleh salah satu media.

Kyla mulanya merasa tak masalah ia dijuluki mirip anak punk usai menggunakan tato. Namun, hal itu ternyata memengaruhi karir sang ibu yang akhirnya membuatnya merasa kesal.

"Padahal dulu gue pernah deeptalk sama nyokap gue, gue bilang kalau gue ditato merasa lebih baik gitu. Setiap gue lagi sedih banget gue baru putus tiga tahun. Jadi gue nato ngga pernah asal nato aja gue nyari rasa sakitnya," jelas Kyla sambil nangis sesegukan.

Menurutnya, dengan merasakan sakit di bagian luar ia jadi merasa lebih baik dibandingkan sakit hati. Selain itu, ia juga bagian dari anak seni yang suka dengan gambar-gambar.

Lalu, kenapa sih tato memiliki stigma buruk di Indonesia?

Melansir Smithsonian, keberadaan tato sudah diawali pada peradaban kuno diawali dengan penemuan mumi perempuan Mesir kuno dari 2000 tahun SM.

Tato pada mumi perempuan itu bertuliskan Michael dengan bentuk salib di bagian atasnya. Pada era kuno, tato menjadi bentuk pengharapan.

Selain itu, tato juga menjadi bentuk aestetic medicine atau pengobatan secara estetis. Perempuan Mesir bertato untuk menghindarkan diri dari penyakit.

Sementara itu, pada peradaban Nusantara sendiri tak lepas dari budaya melukis tubuh dengan tato. Masyarakat Dayat menggunakan tato sebagai simbol strata sosial dan kelas ekonomi.

Bagi orang dayak, semakin banyak tato yang dimiliki, semakin tinggi derajat di masyarakat. Selain itu, ada peradabatan tradisional Nusantara yang paling dikenal dengan tatonya adalah orang-orang Mentawai.

Tato masyarakat Mentawai disebut sebagai peradaban menggambar tubuh yang paling tua di dunia yang ada sehak zaman neolitikum.

Kendati demikian, warisan nusantara ini dipandang sebelah mata oleh rezim Orde Baru. Pada 1980-an menyelipkan label para kriminal dengan ciri fisik tubuh bertato dan berambut gondrong untuk melancarkan operasi pembrantasan preman.