Menu

Skoliosis Sering Bikin Sakit Pinggang, Aman Gak Sih Jika Wanita Hamil dengan Kondisi Tulang Melengkung?

18 Februari 2024 13:55 WIB

Ilustrasi skoliosis. (Freepik/Edited by HerStory)

HerStory, Jakarta —

Mungkin nyeri punggung sudah menjadi salah satu masalah tubuh yangs ering dirasakan terutama oleh ibu hamil karena sangat berat menahan janin dan otot perut yang meregang.

Namun, apakah hal kehamilan juga aman untuk para ibu yang menderita skoliosis?

National Health Service (NHS) mendefinisikan skoliosis sebagai kondisi tulang belakang melengkung ke samping atau terpelintir.

Penyakit ini bisa dialami siapa saja dari bayi hingga orang dewasa, tapi umumnya mulai menyerang remaja remaja usia 10 hingga 15 tahun dan bisa semakin parah jika tak ditangani hingga dewasa, bahkan bisa mempengaruhi perempuan saat jadi ibu hamil loh.

Gejala skoliosis meliputi tulang belakang tampak melengkung, condong ke satu sisi, bahu tak rata, satu bahu atau pinggul menonjol, tulang rusuk mencuat di satu sisi, dan pakaian jadi tak pas.

Hubungan skoliosis dan ibu hamil

Melansir Scoliosis Support & Research, Jumar (2/2/2024) skoliosis terbagi dua jenis, skoliosis bawaan sejak lahir seperti distrofi otot atau poliomielitis dan skoliosis remaja atau idiopatik.

Skoliosis idiopatik jadi kondisi yang paling umum dan banyak ditemukan, yaitu kondisi tulang melengkung ke samping saat proses pertumbuhan di usia 10 hingga 14 tahun.

Nah, menariknya khusus ibu hamil dengan skoliosis idiopatik jarang mengalami masalah pernapasan selama kehamilan dan seiring bertambahnya usia. Ini karena skoliosis terjadi pada masa paru-paru dan jantung sudah terbentuk semporna.

Sedangkan ibu hamil dengan skoliosis bawaan seperti distrofi otot atau poliomielitis, kemungkinan skoliosis terjadi sejak lahir yang menyebabkan ukuran dan kapasitas paru-paru cenderung terbatas, karena tak punya yang untuk terbentuk maksimal.

Kondisi ini terjadi karena otot yang melebarkan tulang rusuk lemah sehingga sistem pernapasan akan berpengaruh.

Perlu diingat, kapasitas paru-paru untuk bernapas sangat mempengaruhi kadar oksigen, karena bisa terjadi hipoksemia yaitu penurunan kadar oksigen. Kadar oksigen yang rendah inilah yang berbahaya bagi pertumbuhan bayi dan juga bisa menyebabkan jantung menegang.

Beruntungnya, kondisi ini bisa jarang terjadi dan untuk mencegahnya bisa dengan memantau kadar oksigen saat berolahraga dan di malam hari.

adapun cara mengukur kapasitas vital paru-paru dengan cara tes tiupan sederhana, yang ditujukan untuk mengetahui jumlah total udara yang dapat dikeluarkan dari paru setelah mengambil napas maksimal.

Jika kapasitas vital paru kurang dari 50 persen, disarankan melakukan pemeriksaan lengkap kepada dokter spesialis paru.

Tapi di beberapa kasus dengan skoliosis parah, bantuan pernapasan di malam hari bisa dilakukan dengan ventilasi non invasif. Selama alat bantu pernapasan ini digunakan dan dipantau dengan cermat, maka kesehatan ibu dan perkembangan bayi bisa tercapai.

Selain itu, untuk risiko ibu hamil skoliosis parah melahirkan bayi, cenderung disarankan lakukan persalinan diri atau kelahiran prematur di usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Ini karena pengaruh pertumbuhan bayi bisa menyebabkan ibu sesak napas, bahkan sekalipun mendapat alat bantu napas.

Penyebab skoliosis dan cara mencegahnya

Sekitar 8 dari 10 kasus skoliosis tak diketahui, khususnya skoliosis idiopatik. Skoliosis idiopatik tak bisa dicegah dan kemungkinan tak berhubungan dengan postur tubuh buruk, olahraga, atau pola makan.

Penyebab terbesar skoliosis yaitu genetik, karena tak jarang penyakit ini diturunkan dalam keluarga. Menariknya dibanding bayi, balita dan anak-anak kemungkinan besar tak perlu pengobatan.

Hanya saja disarankan memakai gips atau penyangga plastik di punggung untuk mencegah lengkungan ,jadi lebih buruk sampai anak berhenti tumbuh.

Artikel Pilihan