Menu

Moms, Kenali Gangguan Pendengar pada Anak Sejak Baru Lahir, Ini Caranya!

29 Februari 2024 19:55 WIB

media briefing di RS Pondok Indah tentang gangguan pendengaran pada anak (Herstory/Nailul Iffah)

HerStory, Jakarta —

Moms, pendengaran merupakan organ yang sangat penting bagi manusia. Pada anak, pendengaran dapat membantu proses belajar berbicara, berbahasa, serta melakukan hubungan sosial. 

Jika pendengaran pada anak terganggu, maka dapat berakibat buruk secara signifikan terhadap kemampuan kognitif serta tumbuh kembangnya. Gejala gangguan pendengaran pada anak umumnya tidak terlihat secara fisik. 

Terlebih, si kecil juga belum dapat mengungkapkan gangguan yang dialaminya. Hal tersebut membuat orangtua kerap abai dan melewatkan waktu penting untuk melakukan deteksi dini. 

Nah, Moms, menurut dr. Ashadi Budi, Sp. THTBKL – Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher yang berpraktik di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, gangguan pendengaran yang terjadi pada anak dapat terjadi sejak lahir atau berkembang di kemudian hari pada masa kanak-kanak, seperti rendahnya respons bayi pada suara keras.  

"Kalau ada suara cukup kencang kita kaget, tapi anaknya diam saja dan tetap tidur, maka perlu bertanya-tanya. Jangan-jangan ada sesuatu," ungkap dr Ashadi pada media briefing di Jakarta, Kamis (29/2/2024).  

Umumnya, bayi akan memberikan respon ketika ia merasa tidak nyaman seperti menangis saat suasana terlalu bising. "Kalau baik, ada kaget, orang ngobrol nangis, risih, itu artinya bagus. Tapi kalau anaknya terlalu sepi, cuek itu perlu khawatir. Datang periksa ke dokter telinga hidung  dan tenggorokan (THT) terdekat," tambah dr Ashadi. 

Bahkan, faktor sederhana bisa memengaruhi gangguan pendengaran pada bayi lho Moms, seperti kotoran telinga yang menumpuk dalam waktu lama. Pasalnya, hal tersebut bisa menurunkan kualitas kosakata pada anak 

"Bayi dan balita kadang-kadang sederhana, ada kotoran telinga. Kotoran telinga tidak dibersihkan 3-4 tahun mulai dari bayi, otomatis tidak mendengar. Sayangnya ini sering terjadi," sambung dr Ashadi. 

Penyebab dari gangguan pendengaran bisa dari kondisi tersendiri atau sindrom yang menyebabkan gejala tambahan. Namun dalam beberapa kasus, dengan melakukan pengujian genetic, penyebab gangguan pendengaran dapat ditemukan. 

Gangguan pendengaran lainnya bisa disebabkan oleh penyakit menular, seperti meningitis atau infeksi telinga berulang, serta trauma dan obat-obatan tertentu dan rergantung penyebab dan asalnya. 

Moms, berikut beberapa gangguan pendengaran yang perlu diketahui antara lain:

  • Sensorineural, jenis gangguan pendengaran permanen yang terjadi ketika telinga bagian dalam (koklea) atau saraf pendengaran rusak atau cacat. 
  • Konduktif, jenis gangguan yang terjadi ketika suara tidak dapat melewati telinga karena penumpukan kotoran telinga, benda asing yang tersangkut di suatu tempat di telinga, penumpukan cairan, atau gendang telinga yang bocor (Gangguan pendengaran konduktif dalam beberapa kasus dapat diobati dengan pengobatan atau pembedahan.) 

Gangguan pendengaran sendiri dapat dikategorikan sebagai ringan, sedang, berat atau darurat tergantung pada tingkat keparahannya. Gejala yang didapat dari gangguan pendengaran pun beragam seperti, berkurangnya pendengaran, seperti ketidakmampuan mendengar suara samar. Kegagalan merespons suara, keterlambatan perkembangan bahasa dan bicara pada anak kecil dan capan tidak jelas.

Jika sudah mendapat salah satu gejala yang ada, maka tes pendengaran adalah cara terbaik untuk mendiagnosis gangguan pendengaran dan tingkat keparahannya. Tes lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi penyebabnya. 

Perlu diingat Moms, bahwa bayi yang baru lahir harus menjalani tes gangguan pendengaran dan ketulian segera setelah lahir agar dapat segera menerima terapi, karena intervensi dalam enam bulan pertama dapat mencegah masalah perkembangan dan sosial.

Artikel Pilihan