Menu

Gak Cuma Buat Seru-seuan Aja?! Tren Cek Khodam Merajalela, Apa Sih Dampaknya untuk Kesehatan Psikologi?

26 Juni 2024 22:55 WIB

Shio Macan (suara.com/EditedByHerstory)

HerStory, Jakarta —

Beauty, pasti kamu tahu tren cek khodam di sosial media kan? Nah, karena tren ini sedang sangat booming dan banyak diminati oleh masyarakat, tentu saja ini menjadi fenomena baru.

Khodam sendiri dapat diartikan sebagai entitas spiritual atau makhluk ghaib yang melayani individu dan diyakini mampu memberikan pengaruh positif terhadap individu tersebut.

Khodam merupakan sebuah istilah yang berasal dari Bahasa Arab yang memiliki makna pelayan atau servant. 

Ramainya pembicaraan tentang khodam ini memicu banyak pertanyaan dari para warganet sendiri, mulai dari apakah khodam itu benar-benar ada sampai hubungan antara tren ini dengan kesehatan mental.

Tren Cek Khodam dari Sudut Pandang Psikologi

Dilansir dari laman um-surabaya.ac.id, seorang dosen Keperawatan Jiwa Universitas Muhammadiyah Surabaya yakni Uswatun Hasanah mencoba menjelaskan bahwa belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan adanya khodam dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental seorang individu.

“Jika dalam lingkungan sekitar kita menjumpai seseorang percaya bahwa dirinya mampu berinteraksi dengan khodam, kondisi tersebut tidak dapat kita katakan sebagai bentuk gangguan mental, karena tidak dipungkiri bahwa keyakinan terkait khodam ini merupakan bagian dari keyakinan dalam agama maupun budaya tertentu, dan juga merupakan bagian dari pengalaman spiritual individu,” ujar Uswatun Hasanah, seperti dikutip dari laman um-surabaya.ac.id melalui sindikasi konten suara.com pada Rabu (26/06/2024).

Masih dari sumber yang sama, disebutkan bahwa asalkan pesan yang didapatkan dari proses interaksi spiritual ini memiliki dampak positif terhadap kehidupan serta individu terkait mampu memfilter dengan baik apa yang ia yakini, maka hal ini justru akan menjadi sumber dukungan secara emosional.

Namun, sebaliknya juga dapat terjadi. Jika pengalaman spiritual ini memiliki dampak negatif terhadap kehidupan seorang individu, seperti kesulitan membedakan pengalaman nyata dan imajinasi, sering terlihat berbicara sendiri dan mengaku berinteraksi dengan khodam serta mengabaikan lingkungan sekitar, maka kondisi ini perlu didalami sebagai ketaknormalan secara mental.

“Hal ini penting karena dalam proses pendalaman masalah tetap harus mengedepankan sikap peka budaya, toleransi dan empati terhadap keyakinan individu berkaitan dengan pengalaman spiritualnya,” ujar Uswatun Hasanah lebih lanjut.

Share Artikel:

Oleh: Azka Elfriza