365 Exhibition by Indra Leonardi (HerStory/Azka Elfriza)
Indra Leonardi, seniman fotografer ternama kini membuka pameran bertajuk "365 by Indra Leonardi” di Spac8, Ashta mulai 12 Oktober 2024 hingga 3 November 2024.
Gelaran ini dihelat bukan tanpa sebab, selama berkarier menjadi fotografer, ia ingin memubuat karya yang berkesan bertepatan dengan perayaan ulang tahunnya yang ke-60.
Proyek ini dimulai pada Agustus 2023. Ia mulai memotret kegiatan sehari-harinya dan menciptakan kedisiplinannya sendiri untuk menciptakan momen setiap harinya.
Dengan bermodalkan teknik tradisional dan lensa manual dari kamera Sony, ia sengaja menciptakan gambar buram yang abstrak, mencerminkan kehidupan dan perjalanannya sehari-hari.
Dalam kurun waktu satu tahun, akhirnya terkumpul kurang lebih 15.000 yang sudah ia abadikan. Kini, di gelaran pamerannya yang bertajuk “365 by Indra Leonardi” terpampang 400-500 karya terbaiknya yang menyoroti keindahan ketaksempurnaan dan keaslian artistik dengan tujuan memperkuat pemahaman lintas budaya.
Dalam seri ini, fokus beralih dari ketajaman kejelasan, dan kualitas yang sering diasosiasikan di dalam fotografi profesional, kini justru merangkul kekaburan sebagai metafora untuk memori dan refleksi.
Rupanya, perjalanan Indra untuk sampai ke titik ini pun tak mudah, ia kerap berkutat dengan rasa malas untuk memotret kesehariannya. Namun, mengingat komitmen pada dirinya, ia selalu membawa kamera kemanapun ia pergi untuk menimbulkan rasa tanggung jawab.
“Ya itu yang paling susah sebenernya. Kadang-kadang kita males kan tapi kamerannya itu harus tetap ada di situ,” ungkapnnya kepada media pada Sabtu (12/10/2024).
Menurut Enin Supriyanto sebagai penulis, Indra ingin merayakan hubungan dirinya dengan kamera dan fotografi secara keseluruhan, dengan cara membebaskan diri sekaligus membebaskan kamera dari tuntutan ketajaman dan kejelasan gambar.
“Saya menduga bahwa seri foto ini justeru dibuat dengan keinginan untuk melakukan refleksi atas pengalaman dan perjalanan hidup, baik sebagai pribadi maupun juga sebagai seorang fotografer profesional,” ungkap Enin Supriyanto.
“Semua ini adalah jeda dari kebiasaan, atau habitus yang selama ini melingkupi praktik Indra Leonardi sebagai fotografer profesional. Seperti dalam puisi, jeda, atau caesura, adalah batas yang mengapung samar, blur, sejenak menjadi ruang refleksi, penentu makna atau tanda bagi alur kisah yang baru,” tulisnya.