Ilustrasi wanita mengalami trauma (Unsplash/Joshua Rawson-Harris)
Beauty, apakah kamu sering jadi teman curhat teman yang sedang menghadapi masalah? Nah, ternyata saat mendengarkan curhatan yang berisi rasa sakit seseorang, ada beberapa kata-kata yang dilarang, lho.
Jika salah saja kamu menggunakan kata-kata pada seseorang yang sedang mengalami trauma, hati-hati hal itu bisa berpengaruh secara negatif.
Menurut Irma Gustiana A yang merupakan Clinical Psychologist Child & Family, menjelaskan jika bisa saja niat kamu saat menyemangati seseorang yang sedang terluka justru makin tertekan karena kata-kata kamu.
"Kadang, niat kita buat menyemangati malah bisa membuat seseorang yang lagi berjuang jadi makin tertekan. Makanya, penting banget buat kita lebih peka dan lebih ngerti, biar dukungan yang kita kasih beneran bisa membuat dia merasa nyaman. Kasih dia ruang buat proses perasaannya sendiri, tanpa harus buru-buru 'sembuh'," tutur psikolog yang akrab disapa Mba Ayang dikutip Herstory dari unggahannya di Instagram.
Menurut Mba Ayang, setidaknya ada 7 kalimat yang sebaiknya jangan kamu ucapkan kepada seseorang yang sedang menghadapi luka atau trauma. Biar gak penasaran, cusss simak berikut ini.
Komentar seperti ini sering kali diucapkan tanpa pemahaman yang mendalam tentang trauma yang dialami seseorang. Trauma, baik itu emosional maupun fisik, bisa sangat berat dan memengaruhi cara seseorang berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan meremehkan pengalaman orang lain, seseorang bisa merasa bahwa perasaannya tidak valid atau tidak penting. Ini bisa membuatnya merasa lebih kesepian atau bahkan malu untuk mengungkapkan perasaan mereka lagi di masa depan.
"Ingat, setiap orang punya cara dan tingkat sensitivitas yang berbeda dalam menghadapi trauma. Buat orang lain mungkin hal itu kecil, tapi buat mereka yang alami trauma bisa jadi masalah besar," tutur Mba Ayang.
Beauty harus hati-hati saat mengeluarkan kata-kata tersebut, karena dampaknya mereka mungkin merasa disalahkan atas reaksi mereka, bahkan jika reaksi tersebut merupakan respon alami terhadap trauma yang mereka alami. Hal ini bisa memperburuk keadaan mereka.
Meskipun niatnya mungkin baik, komentar ini sering kali terdengar seperti meremehkan pengalaman orang lain, dengan asumsi bahwa "seandainya saya yang mengalaminya, saya bisa menghadapinya lebih baik." Padahal, setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda untuk mengatasi trauma dan pengalaman emosional. Menyamaratakan cara orang merespon masalah bisa membuat mereka merasa kurang dihargai.
Hati-hati Beauty, komentar ini bisa membuat orang yang sedang trauma merasa bahwa mereka tidak cukup kuat atau tidak berhak merasa seperti yang mereka rasakan. Ini bisa memperburuk perasaan tidak dihargai atau tidak dimengerti.
"Setiap orang punya cara dan proses pemulihan yang berbeda. Jangan banding-bandingkan mereka dengan dirimu. Justru, fokuslah untuk memberikan support dan semangat," tutur Irma.
Ini adalah ungkapan yang sering digunakan ketika seseorang merasa bahwa seseorang yang lain terlalu lama berlarut-larut dalam kesedihan atau perasaan mereka. Meskipun niatnya adalah untuk memberikan dorongan agar seseorang tidak terlalu terperangkap dalam masa lalu, kata-kata ini bisa terasa minim empati, terutama bagi seseorang yang sedang berjuang dengan trauma mendalam.
Beauty, kamu harus ingat bagi orang yang trauma, "move on" bisa terasa seperti tuntutan yang tak realistis. Proses penyembuhan dari trauma memerlukan waktu dan langkah-langkah yang lebih kecil. Dengan mengatakan "move on," orang mungkin merasa dipaksa untuk sembuh dengan cepat, padahal setiap orang memiliki proses penyembuhan yang berbeda-beda.
"Gampang banget bicara seperti ini, tapi move on tidak semudah itu. Trauma itu seperti luka yang membekas dan butuh waktu lama buat sembuh. Jangan paksa mereka untuk buru-buru lupa," saran Mba Ayang.
Meskipun keinginan untuk mendengar dan memahami perasaan orang lain adalah hal yang baik, terkadang meminta detail-detail tertentu bisa membuat seseorang merasa tidak nyaman atau terlalu dibuka. Trauma bisa melibatkan pengalaman yang sangat pribadi atau menyakitkan, dan untuk memaksa seseorang bercerita secara detail bisa memperburuk perasaan mereka, apalagi jika mereka belum siap untuk berbagi.
Jika kamu lakukan hal itu bisa menuntut orang bercerita lebih dalam bisa membuat mereka merasa tertekan atau merasa bahwa mereka harus mengungkapkan lebih banyak dari yang mereka inginkan. Hal ini bisa menambah beban emosional mereka, terutama jika mereka belum siap untuk berbicara.
"Maksudnya, mungkin baik, tapi trauma itu pengalaman yang berat dan tidak semua orang nyaman untuk menceritakannya. Jangan paksa mereka buka cerita kalau mereka belum siap," ujar sang psikolog.
Pernyataan seperti ini mungkin muncul dari niat baik untuk memberikan semangat, namun bisa terasa seperti meremehkan perasaan orang yang sedang berduka. Trauma atau perasaan sedih tidak bisa diselesaikan hanya dengan perkataan positif semata. Memang, masa depan mungkin menawarkan peluang yang lebih baik, tetapi itu bukanlah solusi langsung untuk perasaan yang sedang dialami.
Kata-kata ini bisa membuat seseorang merasa bahwa perasaannya tidak dihargai dan tidak sah. Trauma dan kesedihan yang dialami seseorang tidak bisa serta merta "digeser" hanya dengan harapan akan ada yang lebih baik. Diperlukan pemahaman dan waktu untuk bisa melalui proses itu.
"Trauma bukan cuma soal sedih. Ada banyak emosi yang mereka rasakan dan butuh waktu untuk meprosesnya. Jangan kasih saran yang klise dan tidak membantu," tuturnya lagi.
Meskipun berbagi pengalaman pribadi dapat menjadi cara untuk menghubungkan diri, komentar semacam ini bisa menyinggung orang yang sedang berjuang dengan trauma. Trauma adalah pengalaman yang sangat individual, dan apa yang dianggap "lebih buruk" oleh satu orang belum tentu relevan bagi orang lain. Meskipun niatnya untuk memberikan perspektif, bisa jadi komentar ini membuat orang merasa bahwa pengalaman mereka tidak dianggap serius atau tidak sepenting pengalaman orang lain.
Komentar ini bisa membuat orang merasa bahwa perasaan mereka dibandingkan dengan pengalaman orang lain yang lebih "buruk." Hal ini bisa meremehkan rasa sakit mereka dan membuat mereka merasa tidak diperhatikan.
"Pengalaman setiap orang beda-beda. Nggak bisa dibandingkan. Justru dengan membandingkan seperti ini bisa membuat mereka merasa makin terbebani. Maka pulihnya pun bisa lebih lama," ucap Mba Ayang.
Itulah 6 kata-kata yang sebaiknya Beauty gak ucapkan kepada seseorang yang memiliki luka. Sebaliknya, kamu bisa dukung mereka dengan kata-kata berikut ini.