Diskusi tentang Tatalaksana Fibrilasi Atrium dengan Teknologi PFA (Pulsed Field Ablation) di Heartology Cardiovaskular Hospital (Herstory/Ida Umy Rasyidah)
Beauty, jantung yang sehat pasti menciptakan detak irama yang teratur. Jika teratur, bisa jadi kamu menderita aritmia. Menurut Dr. dr. Dicky Armein Hanafy, Sp.JP(K), seorang ahli aritmia di Heartology Cardiovascular Hospital, aritmia merupakan kondisi impuls yang terjadi akibat komplikasi dari gangguan jantung atau gangguan medis lainnya.
"Sebuah kelainan irama jantung, bisa jadi lebih cepat, terlalu lambat atau tidak teratur," tutur dr. Dicky
Seramnya nih Beauty, aritmia menjadi penyebab kematian jantung mendadak paling banyak, lho. Meski memang hal itu bisa juga disebabkan oleh penyakit jantung lainnya, lho.
Nah, ternyata aritmia sendiri memiliki beberapa jenis Beauty, yang dibahas dalam diskusi media bereng Heartology Cardiovaskular Hospital adalah Fibrilasi Atrium (FA). Menurut dr. Dicky, FA ini merupakan kelainan irama di serambi jantung atau atrium.
"Jantung itu iramanya reguler, dari detak satu ke detak lainnya teratur. Tapi ini (FA) kita bisa lihat bahwa detak jantungnya itu ireguler," tutur dr. Dicky sambil memerhatikan contoh jantung yang menderita FA.
Biasanya nih Beauty, normalnya jantung akan berdenyut sekitar 60-100 kali saja per menit jika memang kamu lagi dalam posisi santai. Tapi pada penderita FA, maka serambi jantungnya akan berdenyut lebih dari 400 kali per menitnya, lho.
Kondisi tersebut ternyata bisa memicu stroke Beauty. Itu karena detak jantung yang iramanya ireguler bisa membuat jantung tak optimal dalam mengalirkan darah hingga membentuk penggumpalan. Jika penggumpalan-penggumpalan darah ini sudah sampai ke otak, maka bisa mengalami stroke. Itu sebabnya penderita FA bisa 4-5 kali lebih berisiko stroke.
Untuk mencegah hal itu terjadi, Beauty harus mengenal dengan ciri-ciri FA ini. Biasanya, para penderita FA ini sering merasakan keluhan seperti tak nyaman di bagian dada, berdebar, dan gampang lelah.
"Gejala aritmia yang sering dikeluhkan antara lain jantung berdebar (palpitasi), pusing, nyeri dada, atau mudah lelah," jelas dr. Dicky.
Sementara itu, menurut dr. Dicky, semakin tua seseorang, maka semakin berisiko untuk mengalami FA ini. Selain itu, faktor genetik, etnik, dan gender. Itu karena pria ternyata lebih rentan mengalami FA ini dibandingkan perempuan.
"Jadi memang untuk laki-laki, faktor risiko untuk penyakit jantung lebih sedikit tinggi dibandingkan perempuan," ujar dr. Dicky.
Usut punya usut hal itu karena para laki-laki tidak dilindungi oleh hormonal yang hanya dimiliki perempuan, Beauty.
"Perlindungan hormonal ini memang cukup berpengaruh sehingga pembuluh darah (pada wanita) bisa lebih elastis, terjadinya arteriosklerosis lebih lambat daripada laki-laki, terjadinya darah tinggi lebih lambat dari laki-laki," tutur dr. Dicky.
Meski begitu, dr. Dicky juga menegaskan faktor risiko juga bergantung besar dari lifestyle sehingga perempuan juga memiliki risiko untuk menderita FA, hanya saja laki-laki risikonya lebih tinggi.
"Kalau hidupnya sangat sehat bisa mengatur pola hidup dengan baik, terjadinya risiko FA karena gender (laki-laki) pun akan lebih minim," ujar sang dokter.
Beauty, karena kamu sudah tahu faktor risiko dan ciri-ciri dari FA, penting sekali untuk melakukan deteksi dini. Jika memang terdeteksi mengalami FA, kamu gak usah khawatir karena saat ini di Heartology Cardiovascular Hospital menghadirkan teknologi Pulsed Field Ablation (PFA) dalam tatalaksana fibrilasi atrium. Hadirnya teknologi ini membuktikan jika Heartology Cardiovascular Hospital menjadi yang pertama di Indonesia dalam Revolusi Tatalaksana Fibrilasi Atrium dengan teknologi Pulsed Field Ablation.
“Sebagai rumah sakit yang berfokus pada tatalaksana kardiovaskular, kami selalu mengedepankan inovasi demi menempatkan kenyamanan dan keamanan pasien sebagai prioritas utama. Kehadiran teknologi PFA di Heartology adalah langkah besar dalam dunia kardiologi untuk membawa layanan kesehatan jantung di Indonesia ke standar internasional,” tutur Dr. dr. Faris Basalamah, Sp.JP(K).
Oh iya Beauty, tindakan ablasi dengan teknologi PFA ini memiliki begitu banyak keunggulan untuk para pasiennya. Itu karena PFA lebih cepat, lebih efektif, dan lebih aman bagi pasien. Hal itu sudah dibuktikan dengan pasien yang berobat di Heartology Cardivaskular Hospital.
“PFA memiliki keunggulan dibandingkan teknologi ablasi yang sebelumnya dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi dengan nilai keampuhan pengobatan setara terhadap pasien atrial fibrilasi yang persisten maupun non-persisten. Kami juga percaya bahwa keberhasilan ini tidak hanya terletak pada teknologi, tetapi juga kerja sama tim yang solid antara dokter, tenaga medis, dan seluruh pihak yang terlibat dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pasien,” lanjut sang dokter.
Dalam dunia medis, perkembangan teknologi terus membawa angin segar dalam pengobatan penyakit, termasuk dalam penanganan fibrilasi atrium (AF), salah satu gangguan irama jantung yang cukup umum. Salah satu inovasi terbaru adalah teknologi Pulsed Field Ablation (PFA), yang menawarkan cara baru dalam mengobati kondisi ini dengan lebih cepat, efektif, dan aman bagi pasien.
PFA merupakan sebuah prosedur kateter ablasi yang dilakukan dengan teknik invasif minimal, artinya tidak memerlukan sayatan besar seperti operasi pada umumnya. Teknologi ini menggunakan proses electroporation, yakni pengiriman gelombang listrik pendek yang membuka pori-pori membran sel untuk menghancurkan jaringan yang bermasalah tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Berbeda dengan metode ablasi konvensional yang menggunakan energi panas (ablasi thermal) atau energi dingin (cryoblation), PFA lebih selektif dalam menargetkan area yang bermasalah, mengurangi risiko kerusakan pada jaringan tubuh lainnya.
Menurut dr. Sunu Budhi Raharjo, Sp.JP(K), PhD, ahli aritmia di Heartology, teknologi PFA membawa perubahan besar dalam pengobatan fibrilasi atrium. "Pulsed Field Ablation (PFA) adalah sebuah game changer dalam pengobatan fibrilasi atrium. Menggunakan mekanisme electroporation untuk menghancurkan jaringan target dengan presisi tinggi tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Teknologi ini tidak hanya lebih aman dibandingkan metode ablasi konvensional, tetapi juga mempercepat waktu prosedur dan pemulihan pasien. Ini berarti pasien dapat kembali menjalani aktivitas mereka dengan lebih cepat dan risiko komplikasi yang lebih rendah," jelas dr. Sunu.
Keunggulan utama dari PFA terletak pada kemampuannya untuk menghancurkan jaringan dengan akurasi tinggi tanpa mempengaruhi jaringan sehat yang ada di sekitarnya. Hal ini tentu sangat penting untuk mengurangi risiko efek samping atau komplikasi pasca-prosedur yang sering terjadi pada teknik ablasi lainnya yang menggunakan panas atau dingin. Dengan teknik ini, waktu pemulihan pasien pun menjadi lebih singkat, memungkinkan mereka untuk kembali beraktivitas lebih cepat tanpa merasa khawatir akan masalah kesehatan lebih lanjut.
Selain itu, karena sifatnya yang non-thermal, PFA memberikan keunggulan dalam hal keamanan. Pasien yang menjalani prosedur ini cenderung mengalami risiko komplikasi yang lebih rendah, seperti cedera pada pembuluh darah atau saraf sekitar jantung. Kecepatan dan presisi dalam prosedur PFA juga mengurangi kemungkinan adanya masalah lain yang bisa terjadi pada teknik ablasi konvensional.
Dengan teknologi yang lebih canggih ini, PFA memberikan harapan baru bagi pasien fibrilasi atrium. Prosedur yang lebih cepat, efektif, dan aman tentu menjadi pilihan utama bagi banyak pasien yang ingin menjalani perawatan dengan risiko yang lebih minimal. PFA bukan hanya membawa kemajuan dalam dunia medis, tetapi juga memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien dengan gangguan irama jantung.
Sebagai alternatif yang lebih aman dan efisien, Pulsed Field Ablation (PFA) dapat menjadi solusi yang tepat untuk menangani fibrilasi atrium, memberikan kesempatan bagi pasien untuk pulih lebih cepat dan kembali menjalani kehidupan mereka dengan penuh semangat.