Menu

Berkaca dari Siska Kohl Bocah Tajir yang Hits di TikTok, Benerkah Kehidupan Anak Konglomerat Gak Sebahagia Kelihatannya?

19 Maret 2021 14:45 WIB

Ilustrasi anak sedang makan sambil menatap layar gadget (Freepik/Freepik)

HerStory, Jakarta —

Siapa yang gak kenal dengan Siska Kohl? Yaps! Siska Khol, Si Bocah Tajir anak konglomerat ini mendadak viral di Tiktok setelah mengunggah videonya yang pamer isi celengannya senilai ratusan juta.

Belakangan ini, nama Siska Kohl mendadak viral di dunia maya. Siska Kohl mulai viral karena mengunggah videonya di Tiktok memamerkan isi berangkasnya. Dalam berangkas tersebut berisi uang senilai ratusan juta rupiah yang merupakan uang tabungannya sejak kecil.

Kehidupan Siska Kohl sebagai anak konglomerat terlihat bahagia. Hal ini dibuktikan dari isi konten Tiktoknya yang menunjukkan harta dan segudang aktivitas yang menyenangkan. Namun apakah semua anak konglomerat sebahagia seperti Siska Kohl?

Menjadi anak konglomerat adalah sebuah anugrah. Pasalnya anak konglomerat akan selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan. Gak heran kalau orang tuanya selalu memanjakan dengan harta dan barang mewah. Tetapi apakah itu semua membuat mereka bahagia?

Ternyata harta dan barang mewah gak selalu menjadi tolak ukur kebahagian seseorang. Masih banyak anak konglomerat yang gak sebahagia kelihatannya. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, umumnya kurangnya kasih sayang.

Dilansir dari berbagai sumber (19/03/2021), berikut kondisi psikologis anak-anak konglomerat yang gak sebahagia kelihatannya.

Emosional Gak Stabil

Jika dilihat secara garis besarnya, mungkin kita berpikir bahwa anak konglomerat akan selalu bahagia dan memiliki emosi yang stabil lantaran semua keinginannya mudah terpenuhi. Ternyata masih banyak anak konglomerat yang memiliki emosi gak stabil.

Menurut David Puttnam seorang produser dan edukator yang terlahir sebagai anak konglomerat mengaku memiliki emosional yang gak stabil. Puttman juga menambahkan bahwa masih banyak anak-anak konglomerat yang memiliki emosional gak stabil, ketimbang anak yang lahir dari keluarga miskin.

Kesepian

Gak heran kalau rumah konglomerat hanya besar tetapi gak hangat. Hal ini disebabkan padatnya kesibukan sang pemilik rumah. Oleh karena itu, banyak anak konglomerat yang merasa kesepian lantaran kedua orang tuanya sibuk bekerja.

Hal ini telah dikemukakan oleh Suniya Luthar seorang psikolog, mengatakan bahwa anak dari orang tua dengan pengahasilan minimal 100.000 poundsterling atau setera dengan Rp 1,7 miliar berpotensi merasa kesepian dan gak stabil secara emosional.

Kecanduan Media Sosial

Sebagian anak konglomerat kurang mendapat perhatian lebih dari orang tuanya. Biasanya orang tuanya akan mengganti perhatian dan kasih sayangnya lewang barang mewah seperti gadget. Hal inilah yang membuat anak kecanduan gadget hingga media sosial.

“Kurangnya empati dari orang tua yang tertarik pada kehidupan anak-anaknya menyebabkan mereka semakin berlebihan pada media sosial,” pungkas Puttnam.

Waduh, ternyata kehidupan anak konglemerat gak selalu bahagia seperti kelihatannya ya. Memang ya benar kata pepatah mengenai istilah rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri. Jadi hal yang paling penting dalam hidup adalah mensyukuri apa yang telah dimiliki.

Artikel Pilihan