ilustrasi penyakit ginjal (sumber:freepik)
Beauty, dalam rangka memperingati Hari Ginjal Sedunia atau WKD (World Kidney Day) 2025, Kalbe mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya menjaga kesehatan ginjal dengan cara mendeteksi dini penyakit ginjal. Selain itu, Kalbe juga melakukan edukasi kesehatan terkait pengobatan hingga pencegahan penyakit ginjal.
“Kegiatan WKD tahun ini merupakan salah satu inisiatif dari PT Finusolprima Farma Internasional melalui Tim Medikal Nutrience, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih aware terhadap deteksi dini penyakit ginjal. Menekankan pentingnya deteksi dini untuk menjaga kesehatan ginjal dan mencegah Penyakit Ginjal Kronik (PGK),” ujar Group Marketing Head PT Finusolprima Farma Internasional, dr. Siswandi.
Sejumlah kegiatan yang dilakukan, salah satunya edukasi office to office (sreening pemeriksaan ureum & kreatinin bagi karyawan). Edukasi kesehatan juga dilakukan kepada komunitas ginjal IKCC; komunitas degeneratif; komunitas geriatri yang berisiko terkena penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, kolesterol menahun, dan memiliki risiko mengalami gangguan fungsi ginjal; hingga edukasi untuk caregiver dan pendamping pasien ginjal. Selain itu, juga diadakan edukasi kesehatan ginjal melalui webinar, siaran podcast, serta live Instagram, untuk memberikan edukasi secara menyeluruh di Indonesia.
Kalbe terus berinovasi dalam perawatan pasien untuk meningkatkan kesejahteraan pasien ginjal, apalagi angka kasus kematian akibat gagal ginjal kronis masih tinggi dan terus meningkat. Menurut data dari World Health Organization (WHO), pada tahun 2020 terdapat 254.028 kasus kematian akibat gagal ginjal kronis.
Pada tahun 2021, jumlah kasus mencapai lebih dari 843,6 juta, dan diperkirakan angka kematian akibat gagal ginjal kronis akan meningkat sebesar 41,5 persen pada tahun 2040. Prevalensi pasien ginjal kronis secara global diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen dari populasi umum di seluruh dunia, dengan jumlah penderita sekitar 843,6 juta jiwa.
Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi PGK mencapai 0,38 persen dari total populasi, yang setara dengan sekitar 713.783 orang.
Selain itu, Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa 1 dari 10 orang di Indonesia mengalami penyakit ginjal, termasuk di usia muda. Data Indonesian Renal Registry (IRR) juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah pasien yang menjalani terapi hemodialisis, dari 21.759 pada tahun 2013 menjadi 52.835 pada tahun 2016.
“Prevalensi PGK di Indonesia saat ini semakin meningkat. Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2020, prevalensi pasien PGK di Indonesia sekitar 710.000 kasus. Jumlah ini menunjukkan bahwa penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Kondisi diabetes dan hipertensi menjadi salah satu faktor key-risk terbesar pada PGK, yang jika tidak ditangani dengan serius akan menyebabkan gagal ginjal. Sebaliknya, deteksi dini PGK menjadi kunci pencegahan untuk memperlambat atau menghentikan perkembangan penyakit ginjal,” jelas dr. Donnie Lumban Gaol, Sp.PD-KGH. dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan.
Deteksi dini PGK secara teratur dapat dilakukan dengan mewaspadai beberapa gejala pada tubuh. Di antaranya, penurunan jumlah urine; retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada tungkai, pergelangan kaki, atau telapak kaki; urine berbusa; sesak napas, kelelahan, kebingungan, lemas, mual, detak jantung tidak teratur, serta nyeri dada.
Hal lain yang dapat dilakukan dalam usaha deteksi dini penyakit ginjal adalah pemeriksaan penyakit ginjal secara teratur. Selain itu, melakukan pemeriksaan kadar kreatinin, urea, natrium, kalium, dan fosfat dalam darah.
Namun, apabila terdiagnosis gangguan ginjal, para pejuang penyakit gagal ginjal dapat berupaya meningkatkan kualitas hidup dengan melakukan pengobatan dan terapi yang direkomendasi dokter. Kemudian, menerapkan gaya hidup sehat dengan melakukan aktivitas fisik teratur seperti berolahraga ringan.
“Jangan lupa mengonsumsi makanan harian gizi dan nutrisi seimbang dengan memperhatikan batasan untuk makanan dan minuman. Pemenuhan nutrisi juga dapat dilakukan dengan mengonsumsi nutrisi tambahan yang memang disesuaikan untuk kebutuhan pasien ginjal dengan dialisis. Dukungan dari keluarga, teman, dan bergabung dengan komunitas atau kelompok pendukung juga penting karena dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dengan berbagi pengalaman dan dukungan,” tambah dr. Donnie.
Sementara itu, dalam rangka memperingati Hari Ginjal Sedunia, Kalbe mempertegas komitmennya dalam menyediakan solusi inovatif untuk manajemen predialisis pada penyakit ginjal kronis.
Kalbe menghadirkan Solusi Total Ginjal (Renal Total Solution), yang memberikan berbagai manfaat dalam pengelolaan predialisis. Dengan perawatan yang lebih inovatif, pasien dapat mengelola kondisi ginjal mereka secara lebih efektif, sebelum mencapai tahap dialisis. Melalui intervensi sejak tahap awal predialisis, maka dapat melindungi kesehatan ginjal pasien dan mengurangi risiko progresi penyakit.
“PT Finusolprima Farma Internasional memiliki rangkaian produk yang dapat mendukung upaya pencegahan gangguan fungsi ginjal, yaitu Nephrisol untuk pasien gangguan fungsi ginjal pra dialisis dan Nephrisol D untuk pasien gangguan fungsi ginjal dialisis. Produk Nephrisol tidak hanya dapat dikonsumsi dalam sediaan diseduh, namun dapat dimodifikasi menjadi berbagai macam menu makanan sehat. Seperti pada saat acara hari ini, kami berkolaborasi dengan Chef Professional & Healthy Food Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Chef Anggun David, untuk membuat menu Creamy Chicken Salad dengan campuran Nephrisol D. Pasien dialisis tidak perlu mengkhawatirkan kandungan nilai gizinya, karena sudah kami konsultasikan dengan tim ahli gizi, sehingga pasien dapat dengan aman menikmati makanan sehat dan pastinya enak,” tutup dr. Siswandi.