Menu

Tanggapi Pelecehan Seksual di KRL, Menteri PPPA Sebut Ruang Publik Belum Sepenuhnya Aman untuk Perempuan dan Kelompok Rentan

14 April 2025 09:12 WIB

Arifatul Choiri Fauzi, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (istimewa)

HerStory, Jakarta —

Kasus pelecehan seksual kembali mencoreng wajah ruang publik di Indonesia. Kali ini, seorang perempuan pengguna Commuter Line mengalami tindakan tak senonoh di Stasiun Tanah Abang pada 2 April 2025. Insiden tersebut memicu keprihatinan mendalam dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi.

“Peristiwa ini kembali menjadi alarm bahwa ruang publik masih belum sepenuhnya aman, khususnya bagi perempuan dan kelompok rentan,” ungkap Arifah dalam pernyataannya dikutip dari pemberitaan Suara.com.

Respon Cepat dari Berbagai Pihak

Menanggapi kejadian ini, Kementerian PPPA langsung bergerak melalui layanan SAPA 129 dan berkoordinasi dengan UPT PPPA Provinsi DKI Jakarta untuk memberikan pendampingan kepada korban, baik secara hukum maupun psikologis.

Di sisi lain, PT Kereta Api Indonesia (KAI) Commuter juga bertindak cepat. Berdasarkan hasil penelusuran dari CCTV Analytic, identitas terduga pelaku telah berhasil diidentifikasi. Pelaku kini masuk dalam daftar hitam atau blacklist dan tidak akan bisa lagi menggunakan layanan Commuter Line.

"Identitas pelaku telah dimasukkan ke dalam database CCTV Analytic guna memberikan notifikasi sebagai oknum yang di-blacklist, jika sewaktu-waktu terduga pelaku masuk ke area stasiun kembali, yang bersangkutan tidak dapat menggunakan layanan Commuter Line lagi," jelas VP Corporate Secretary KAI Commuter, Joni Martinus.

KAI Commuter juga menyampaikan permohonan maaf kepada korban atas ketidaknyamanan yang terjadi dan memastikan siap mendampingi korban, baik dari sisi hukum maupun psikologis.

Komitmen Bersama untuk Ruang Publik yang Aman

Kasus ini menyadarkan kita semua bahwa keamanan di ruang publik, terutama dalam transportasi umum, masih menjadi pekerjaan rumah besar. Arifah menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak, mulai dari dari operator transportasi, aparat hukum, hingga masyarakat luas untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi semua.

“Masyarakat yang menyaksikan atau mengetahui adanya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat segera melapor,” pesan Arifah. Laporan bisa disampaikan melalui hotline SAPA 129 atau WhatsApp di 08111-129-129.

Joni juga menambahkan bahwa pihaknya terus berkomitmen menghadirkan layanan transportasi yang ramah bagi perempuan, anak-anak, dan penyandang disabilitas. Selain pelatihan berkala bagi para petugas, KAI Commuter secara rutin mengumumkan imbauan antisipasi pelecehan seksual di stasiun dan kereta sebagai bentuk edukasi publik.

"Kami memastikan, KAI Commuter akan menindak tegas pelaku yang telah melanggar norma kesusilaan di area operasi Commuter Line,” imbuh Joni

Harus Berani Bersuara

Insiden ini menjadi pengingat bahwa korban pelecehan seksual tidak boleh dibiarkan sendirian. Kampanye berani bersuara terus digaungkan. Korban dan saksi diimbau untuk tidak ragu berteriak, meminta bantuan, atau melapor ke petugas di stasiun maupun selama perjalanan.

KAI Commuter juga menyediakan berbagai saluran pengaduan, termasuk call center di 121, WhatsApp 081296605747, email di commuter.care@kci.id, dan media sosial resmi @commuterline.

Di tengah viralnya video pengakuan korban yang diunggah oleh akun @indra_papsky di Instagram, publik pun ramai menunjukkan solidaritas dan empati. Wanita dalam video itu menceritakan dengan suara bergetar bagaimana pelaku “menumpahkan cairan tubuhnya” di celananya saat ia turun dari eskalator.

Ruang Publik Harus Aman untuk Semua

Apa yang terjadi di Tanah Abang bukan hanya tentang satu korban, tapi tentang bagaimana negara ini masih berjuang untuk menjadikan ruang publik aman bagi semua, khususnya perempuan dan kelompok rentan. Arifah menegaskan, perempuan berhak hidup aman, bermartabat, dan bebas dari segala bentuk kekerasan.

Pelecehan seksual bukan hanya persoalan hukum, tetapi juga persoalan budaya, keberanian, dan solidaritas. Dan perubahan, seperti yang selalu ditekankan, hanya akan terjadi jika semua pihak bersatu dan tak lagi diam.

Share Artikel:

Oleh: Ida Umy Rasyidah

Artikel Pilihan