Menu

Siapa Sosok Perempuan di Balik Kejayaan Tupperware?

16 April 2025 10:30 WIB

Brownie Wise (istimewa)

HerStory, Jakarta —

Moms, karena sudah tak lagi dipasarkan dan diproduksi, kita akan mengenang Tupperware bukan hanya sebagai wadah plastik kedap udara, tapi sebagai bagian dari cerita yang jauh lebih lebih dalam. Bisa dibilang, Tupperware adalah warisan dan ternyata di baliknya, ada kisah seorang perempuan luar biasa bernama Brownie Wise yang membuat Tupperware makin dikenal.

Sebagai informasi, di tahun 1950-an, ketika dunia bisnis masih sangat maskulin dan perempuan kerap dipinggirkan, Brownie datang membawa pendekatan yang benar-benar berbeda. Ia bukan insinyur, bukan eksekutif dari universitas ternama. Ia hanya seorang ibu tunggal yang hidup bersama anak lelakinya di Miami,  Brownie sendiri bekerja sebagai kolumnis saran, Beauty.

Namun, Brownie punya dua senjata hebat dalam memasarkan tupperware, yaitu insting pemasaran yang tajam dan keberanian untuk berpikir di luar kebiasaan.

Dari Mangkuk Plastik ke Gaya Hidup

Tupperware sendiri diciptakan oleh Earl Tupper, seorang ahli kimia yang berhasil mengolah limbah minyak bumi menjadi wadah plastik kedap udara. Tapi, sebrilian apapun produknya, Tupperware sempat tak laku di toko.

Hingga muncullah Brownie Wise dengan ide revolusionernya, yaitu menjual Tupperware melalui pesta rumahan.

Ia menciptakan konsep “Tupperware Party”, yang saat itu benar-benar inovatif. Bukan sekadar jualan, tapi perayaan. Para perempuan menjadi tuan rumah, menyambut teman-teman, dan menyaksikan langsung demonstrasi produk, terutama "Wonder Bowl", mangkuk legendaris yang harus "dibekapkan" agar kedap udara.

Pendekatannya personal, menyenangkan, dan memberdayakan. Bahkan ada penjual yang berhasil menjual 56 buah mangkuk dalam seminggu hanya dari satu pesta.

Wise menjadikan Tupperware lebih dari sekadar produk. Ia menjadikannya gaya hidup dan sumber kekuatan ekonomi bagi perempuan, jauh sebelum istilah “pemberdayaan perempuan” populer.

“You build the people, and they’ll build the business.” menjadi salah satu pernyataan dari Brownie Wise saat mengembangkan Tupperware.

Berkat kesuksesan luar biasa itu, pada tahun 1951, Earl Tupper mengangkat Brownie sebagai Wakil Presiden Pemasaran. Sebuah posisi langka untuk perempuan di era itu.

Brownie membangun ekosistem Tupperware dari nol: pelatihan, buletin motivasi, dan pesta penghargaan tahunan bernama “Jamboree”, yang penuh kemeriahan dan apresiasi. Para ibu rumah tangga bukan lagi sekadar penjual. Mereka adalah pahlawan di rumah dan di ruang tamu.

Namun, seperti kisah hebat lainnya, kejayaan itu tak selamanya indah.

Pada tahun 1958, ketika Earl Tupper berniat menjual perusahaannya ke Rexall Drugs, ia justru memecat Brownie. Alasannya? Ia merasa Brownie telah terlalu mendominasi citra perusahaan.

Tanpa kontrak formal, Brownie hanya menerima pesangon satu tahun gaji sebesar USD 30.000. Ia sempat mencoba membangun bisnis kosmetik dengan sistem serupa, tapi tak pernah mencapai puncak kejayaan seperti saat bersama Tupperware.

Tupperware terus berkembang ke lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia. Namun badai demi badai datang, mulai dari persaingan produk murah, perubahan gaya hidup, hingga hantaman pandemi COVID-19.

Pada September 2024, Tupperware Brands Corporation mengajukan pailit di Amerika Serikat karena utang lebih dari USD 1 miliar.

Dan awal tahun 2025, sebuah pengumuman resmi mengguncang para penggemar setianya di Tanah Air:

“Kenangan selama 33 tahun ini akan selalu menjadi bagian dari cerita indah kami,” tutur  akun @tupperwareid di Instagram.

Meski perjalanan Tupperware di Indonesia resmi usai, warisan sejati dari Brownie Wise tetap hidup. Bukan hanya dalam lemari dapur, tapi dalam semangat pemberdayaan yang pernah menyentuh jutaan perempuan di seluruh dunia.

Brownie Wise bukan sekadar bagian dari sejarah Tupperware. Ia adalah jiwa di balik kejayaannya. Sosok yang membuktikan bahwa keberanian berpikir beda bisa mengubah dunia, bahkan dari ruang tamu rumah sendiri.

Share Artikel:

Oleh: Ida Umy Rasyidah

Artikel Pilihan