Menu

Cerita Tribuana Tunggadewi Menjaga Kepatuhan dan Mengembangkan SDM di BSI

16 April 2025 21:00 WIB

Tribuana Tunggadewi (istimewa)

HerStory, Jakarta —

Beauty, merger tiga bank syariah besar, mulai dari BNI Syariah, BRI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri, pastinya bukan proses yang mudah. Tapi di balik suksesnya penyatuan yang bersejarah itu, ada sosok penting yang bekerja tanpa henti memastikan semuanya berjalan lancar, siapa lagi kalau bukan Tribuana Tunggadewi, Direktur Kepatuhan dan Sumber Daya Manusia (SDM) di Bank Syariah Indonesia (BSI).

Sebagai informasi Beauty, Tribuana bukan orang baru dalam dunia perbankan. Ia memulai kariernya dari posisi yang berfokus pada hukum dan tata kelola di Bank Negara Indonesia (BNI), lalu terus menapaki tangga kepemimpinan hingga akhirnya menjadi Direktur Kepatuhan dan SDM di BNI Syariah, dan kemudian di BSI setelah merger. Latar belakang pendidikannya yang kuat di bidang hukum dari Universitas Indonesia dan kenotariatan dari Universitas Airlangga membentuk fondasi pemikiran strategisnya yang kokoh.

Saat proses merger dimulai, tantangan yang dihadapi sangat kompleks. Mulai dari menyelesaikan dokumen legal, menyatukan sistem dan layanan, hingga menyusun SOP dan PTO (Petunjuk Teknik Operasional) yang seragam bagi seluruh entitas baru. Namun dengan sinergi dari regulator seperti OJK, Bank Indonesia, dan Bursa Efek Indonesia, semua itu berhasil diselesaikan hanya dalam dua bulan. Wah, waktu yang sangat cepat untuk proses sebesar ini, ya Beauty.

Tribuana memahami bahwa sebuah institusi tak akan kuat tanpa fondasi SDM yang tangguh. Maka, ia menyusun apa yang disebutnya sebagai “house of strategy” dalam pengelolaan human capital. Strategi ini meliputi tiga pilar utama: membangun fondasi SDM yang kokoh, mempercepat pengembangan talenta terbaik, serta menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) secara konsisten.

Uniknya, pendekatan Tribuana dalam mengembangkan karyawan jauh dari kesan birokratis. Ia menerapkan sistem coaching dan mentoring, serta menyediakan ruang diskusi yang terbuka agar setiap orang merasa punya suara. 

Gaya kepemimpinan Tribuana dirangkumnya dalam tiga kata sederhana namun sarat makna: noto, nuntun, dan nagih. Noto berarti menata organisasi agar berjalan rapi, nuntun berarti memberi arahan yang jelas, dan nagih berarti melakukan pemantauan serta memastikan setiap target tercapai.

Ia percaya bahwa kepemimpinan bukan hanya soal memberi perintah, tetapi juga tentang menciptakan kepercayaan yang disertai verifikasi. Bagi Tribuana, lingkungan kerja yang harmonis dan produktif bisa tercipta jika setiap orang merasa dihargai dan tahu bahwa hasil kerjanya dipantau dengan adil.

Dalam karier panjangnya, Tribuana telah membuktikan bahwa perempuan bisa memimpin di sektor keuangan.  Dan dari apa yang telah ia capai sejauh ini, tampaknya BSI sedang melangkah ke arah yang sangat positif.

Share Artikel:

Oleh: Ida Umy Rasyidah

Artikel Pilihan