Buku Baru Dr. Ray Wagiu Basrowi (Istimewa)
Dr. Ray Wagiu Basrowi baru saja merilis buku baru bertajuk "Sehat Setengah Hati – Interpretasi Paradoks Health Belief Model".
Peluncuran ini menjadi titik awal diskusi baru dalam ranah kebijakan kesehatan nasional, khususnya terkait pentingnya integrasi pendekatan Health Belief Model (HBM) dalam program-program kesehatan publik.
Dalam momen peluncurannya, Ray menyoroti satu akar persoalan utama di balik belum optimalnya berbagai program kesehatan pemerintah seperti Cek Kesehatan Gratis, Germas, skrining penyakit tak menular (PTM), makanan bergizi gratis untuk anak sekolah, dan pencegahan stunting: keyakinan masyarakat terhadap kesehatan itu sendiri.
“Sebesar apa pun investasi negara dalam bidang kesehatan akan sia-sia bila masyarakat tidak merasa rentan, tidak yakin terhadap manfaatnya, atau terus merasa ‘masih muda, masih sehat, belum perlu periksa.’ Inilah mengapa Health Belief Model perlu diintegrasikan ke dalam setiap strategi komunikasi dan implementasi program kesehatan,” tegas Ray dalam sambutannya.
Mantan Menteri Kesehatan RI 2014–2019, Nila F. Moeloek, yang turut hadir sebagai narasumber, menyatakan bahwa pendekatan HBM dalam buku ini seharusnya menjadi perhatian serius para pengambil kebijakan.
“Karena ini adalah intervensi strategis yang dapat meningkatkan efektivitas program kesehatan nasional yang telah terbukti ilmiah,” ujarnya.
Dalam momen yang sama, hadir pula Rory Asyari, Figur publik sekaligus influencer kesehatan yang menyoroti pentingnya HBM dalam mendukung edukasi publik.
"Pesan kesehatan yang memasukkan konsep ini dapat memastikan edukasi tepat sasaran dan sesuai konteks," tegasnya.
Melalui buku ini, Ray, yang juga merupakan Pendiri Health Collaborative Center (HCC), mengajak Kementerian Kesehatan serta seluruh pemangku kepentingan untuk mengintegrasikan pendekatan HBM dalam desain program, pelatihan kader kesehatan, hingga strategi komunikasi perubahan perilaku.
Ia juga mengusulkan agar indikator “kepercayaan dan makna sehat” dimasukkan sebagai bagian dari evaluasi program nasional kesehatan di Indonesia.
Sekedar informasi, Health Belief Model sendiri telah digunakan secara global sejak 1950-an. Pendekatan ini menekankan enam dimensi psikologis utama: perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, cues to action, dan self-efficacy.
Ray menjelaskan bahwa keenam dimensi ini belum sepenuhnya dijawab dalam pelaksanaan berbagai program preventif di Indonesia.